Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bocahlugu14Avatar border
TS
bocahlugu14
Menakar Wajah PAN dibalik Amien Rais



Sebuah partai politik adalah organisasi politik yang berpedoman terhadap ideologi dengan tujuan khusus. Dalam partai politik seluruh anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita dan visi yang sama, kesamaan inilah yang mendorong sekelompok orang tersebut membentuk komunikasi dan kerjasama untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusionil dan prosedural yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang. Menjelang pelaksanaan pemilihan presiden 2019 terhitung terdapat sedikitnya 14 partai yang ikut sebagai peserta dalam meramaikan pesta demokrasi 5 tahunan untuk memilih presiden dan wakil presiden Indonesia. Ke-14 partai ini terbagi menjadi 2 koalisi yang mendukung masing-masing calon presiden, baik dari tim Jokowi dan Prabowo. Namun, terbentuknya koalisi ini sendiri bukan sekedar kebetulan semata melainkan karena adanya kesepakatan terhadap cita-cita bersama dalam memajukan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi konstestasi politik kesamaan cita-cita dan visi merupakan hal yang sangat diperlukan dalam membentuk suatu koalisi yang kuat dan sehat untuk menarik suara dan meyakinkan masyarakat terhadap pilihan mereka. Sebelum menuju kepada koalisi yang kuat, kita harus memiliki partai politik yang kuat juga. Seperti yang kita ketahui bahwa sudah banyak partai politik di Indonesia yang silih berganti dari masa ke masa, dan tidak sedikit juga partai politik yang semakin kuat dan berkembang, begitu juga sebaliknya. PAN merupakan salah satunya. Sebagai partai yang lahir pasca berakhirnya orde baru, PAN merupakan partai besar yang telah mengkaderisasi sejumlah pemimpin di Indonesia, seperti sosok Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais. PAN juga merupakan salah satu partai terbesar sebagai pengusung Prabowo-Sandi. Koalisi abadi pun disematkan kepada PAN akibat kesetiannya serta kesamaan visi dan misi dengan Gerindra. Namun, koalisi yang digadang-gadang sebagai koalisi abadi akhirnya mulai memunculkan keretakan dari internal sendiri, menjelang Pilpres 2019 tampaknya PAN menghadapi guncangan yang hebat. Cita-cita bersama yang digagas para pendirinya pun sudah perlahan mulai luntur dan hilang. Hal ini awali oleh  munculnya aksi DPW PAN yang mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Selain itu, sikap Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais yang dianggap terlalu dominan sehingga mengebiri manajemen partai mendorong beredarnya surat pengunduran diri Bendahara Umum  PAN Nasrullah. Dalam keterangannya, Nasrullah menyebut alasan pengunduran dirinya karena tidak cocok dengan model manajemen di DPP. Menurutnya, saat ini mekanisme kepartaian tidak berjalan dengan baik, bahkan setiap pengurus berjalan semaunya sendiri.

Langkah Nasrullah ternyata bersambut dengan aspirasi para pendiri PAN. Lima pendiri PAN yakni Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohammad, Toeti Heraty, dan Zumrotin mendesak agar Amien Rais mundur dan menyerahkan sepenuhnya kiprah kepada generasi muda, melalui sebuah surat terbuka. Menurut mereka, Amien Rais cukup menjadi penjaga moral dan keadaban bangsa. Selain itu mereka juga menyinggung peran PAN sebagai partai yang bersih dari noda-noda orde baru dan bertujuan menciptakan kemajuan bagi bangsa. PAN merupakan partai reformasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan menegakkan demokrasi setelah 32 tahun di bawah kekuasaan absolut orde baru yang korup dan otoriter. Para pendiri PAN tersebut lantas membeberkan "dosa-dosa" Amien Rais di antaranya cenderung semakin eksklusif, tidak menumbuhkan kerukunan bangsa dalam berbagai pernyataan dan sikap politiknya. Sebagai tokoh reformasi yang turut berperan mengakhiri Orde Baru, kini Amien Rais justru telah bersimpati, mendukung, dan bergabung dengan politisi yang beraspirasi mengembalikan kekuatan orde baru ke kancah politik Indonesia serta menjadikan agama sebagai alat politik untuk mencapai tujuan meraih kekuasaan, ikut mengeruhkan suasana dalam negeri dalam menyebarkan berita yang jauh dari kebenaran tentang kebangkitan PKI. Keretakan yang terjadi dalam PAN menunjukkan rendah dan kurangnya komitmen yang dibangun oleh PAN menjelang Pilpres 2019. Padahal dalam menghadapi pesta demokrasi dalam memilih pemimpin, setiap setiap partai politik bertanggungjawab dalam memberikan contoh yang positif untuk menunjukkan dan meyakinkan masyarakat untuk memilih kandidat Capres dan Cawapres yang mereka usung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar memiliki kapabiitas yang mumpuni dalam mebawa Indonesia menjadi lebih baik.
0
421
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan