- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Belanja Online Dianggap Turut Menekan Penerimaan PPN


TS
sukhoivsf22
Belanja Online Dianggap Turut Menekan Penerimaan PPN
Penulis: Rizky Alika
Editor: Martha Ruth Thertina
Jum'at 14/12/2018, 12.18 WIB
Melambatnya pertumbuhan
penerimaan PPN juga diduga
karena pergeseran bisnis dari
manufaktur menjadi
perdagangan dan jasa, serta
percepatan restitusi.

Direktorat Jenderal (Ditjen)
Pajak mencatat penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
tumbuh melambat. Direktur
Eksekutif Center for Indonesia
Taxation Analysis (CITA)
Yustinus Prastowo
mengatakan rendahnya
penerimaan PPN lantaran
adanya pergeseran kebiasaan
belanja masyarakat menjadi
secara online.
Adapun pelaku usaha online
belum menarik PPN atas
barang yang dijualnya. "Kalau
jualan melalui online belum
kena pajak, belum dikenakan
PPN. Barang yang diimpor juga
masih lolos PPN. Jadi ada
pengaruh kepada strukutur
perekonomian dan penerimaan
PPN," kata dia kepada
katadata.co.id, Kamis (13/12).
Ditjen Pajak mencatat realisasi
PPN dalam negeri per
November 2018 sebesar Rp
276,38 triliun atau tumbuh
8,45% secara tahunan.
Pertumbuhan tahunan
tersebut melambat
dibandingkan November 2017
yang sebesar 13,8%.
Tren perlambatan penerimaan
PPN dalam negeri tersebut
juga terjadi pada bulan
sebelumnya. Pada Oktober
2018, realisasinya mencapai Rp
240,63 triliun atau tumbuh
8,94% secara tahunan, lebih
rendah dibandingkan Oktober
2017 yang sebesar 12,97%.
Begitu juga pada September
2018, pertumbuhan PPN hanya
mencapai 8,22% secara
tahunan, lebih rendah
dibandingkan September 2017
yang tumbuh 12,15%.
Selain imbas belanja online,
Prastowo menilai perubahan
model ekonomi dari industri
manufaktur ke perdagangan
dan jasa menyebabkan
rendahnya PPN. Penyebabnya,
rantai bisnis pada sektor
perdagangan dan jasa lebih
pendek daripada industri
manufaktur. Selain itu, sektor
jasa dianggap tidak banyak
menimbulkan efek berganda.
Rendahnya penerimaan PPN
juga diperkirakan karena
adanya peningkatan PPN impor
dan percepatan atas restitusi
pajaknya. "Itu (PPN impor)
secara neto mengurangi. Kalau
dulu restitusi masih ditahan-
tahan jadi pengembaliannya
lambat," ujarnya. Hal ini senada
dengan yang disampaikan
Direktur Potensi Kepatuhan
dan Penerimaan Ditjen Pajak
Yon Arsal beberapa waktu lalu.
Namun, Prastowo mengatakan
tren peningkatan PPN impor
bukan hanya terjadi pada tahun
ini saja. Ia menilai beberapa
tahun terakhir impor sudah
tinggi. "Ini harus diuji, apa benar
impor meningkat? Kalau
meningkat, seharusnya ada
nilai tambah output-nya,"
katanya.
Ke depan, ia memperkirakan,
penerimaan PPN dalam negeri
bisa terus berada dalam tren
penurunan. Agar hal tersebut
tak tejadi, ia menilai
pemerintah perlu membangun
industri manufaktur untuk
meningkatkan penerimaan
PPN. Dengan industri
manufaktur yang berkembang,
berbagai penerimaan pajak
akan meningkat.
Ia juga menekankan
pentingnya pengenaan pajak
pada sektor ekonomi digital.
"Cukup banyak pergeseran
konvensional ke online.
Sekarang orang beli barang di
digital, ini tidak ter-capture
PPN," ujarnya. Kemudian,
pengawasan perpajakan
melalui sistem teknologi.
https://m.katadata.co.id/berita/2018...n-dalam-negeri
Editor: Martha Ruth Thertina
Jum'at 14/12/2018, 12.18 WIB
Melambatnya pertumbuhan
penerimaan PPN juga diduga
karena pergeseran bisnis dari
manufaktur menjadi
perdagangan dan jasa, serta
percepatan restitusi.

Direktorat Jenderal (Ditjen)
Pajak mencatat penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
tumbuh melambat. Direktur
Eksekutif Center for Indonesia
Taxation Analysis (CITA)
Yustinus Prastowo
mengatakan rendahnya
penerimaan PPN lantaran
adanya pergeseran kebiasaan
belanja masyarakat menjadi
secara online.
Adapun pelaku usaha online
belum menarik PPN atas
barang yang dijualnya. "Kalau
jualan melalui online belum
kena pajak, belum dikenakan
PPN. Barang yang diimpor juga
masih lolos PPN. Jadi ada
pengaruh kepada strukutur
perekonomian dan penerimaan
PPN," kata dia kepada
katadata.co.id, Kamis (13/12).
Ditjen Pajak mencatat realisasi
PPN dalam negeri per
November 2018 sebesar Rp
276,38 triliun atau tumbuh
8,45% secara tahunan.
Pertumbuhan tahunan
tersebut melambat
dibandingkan November 2017
yang sebesar 13,8%.
Tren perlambatan penerimaan
PPN dalam negeri tersebut
juga terjadi pada bulan
sebelumnya. Pada Oktober
2018, realisasinya mencapai Rp
240,63 triliun atau tumbuh
8,94% secara tahunan, lebih
rendah dibandingkan Oktober
2017 yang sebesar 12,97%.
Begitu juga pada September
2018, pertumbuhan PPN hanya
mencapai 8,22% secara
tahunan, lebih rendah
dibandingkan September 2017
yang tumbuh 12,15%.
Selain imbas belanja online,
Prastowo menilai perubahan
model ekonomi dari industri
manufaktur ke perdagangan
dan jasa menyebabkan
rendahnya PPN. Penyebabnya,
rantai bisnis pada sektor
perdagangan dan jasa lebih
pendek daripada industri
manufaktur. Selain itu, sektor
jasa dianggap tidak banyak
menimbulkan efek berganda.
Rendahnya penerimaan PPN
juga diperkirakan karena
adanya peningkatan PPN impor
dan percepatan atas restitusi
pajaknya. "Itu (PPN impor)
secara neto mengurangi. Kalau
dulu restitusi masih ditahan-
tahan jadi pengembaliannya
lambat," ujarnya. Hal ini senada
dengan yang disampaikan
Direktur Potensi Kepatuhan
dan Penerimaan Ditjen Pajak
Yon Arsal beberapa waktu lalu.
Namun, Prastowo mengatakan
tren peningkatan PPN impor
bukan hanya terjadi pada tahun
ini saja. Ia menilai beberapa
tahun terakhir impor sudah
tinggi. "Ini harus diuji, apa benar
impor meningkat? Kalau
meningkat, seharusnya ada
nilai tambah output-nya,"
katanya.
Ke depan, ia memperkirakan,
penerimaan PPN dalam negeri
bisa terus berada dalam tren
penurunan. Agar hal tersebut
tak tejadi, ia menilai
pemerintah perlu membangun
industri manufaktur untuk
meningkatkan penerimaan
PPN. Dengan industri
manufaktur yang berkembang,
berbagai penerimaan pajak
akan meningkat.
Ia juga menekankan
pentingnya pengenaan pajak
pada sektor ekonomi digital.
"Cukup banyak pergeseran
konvensional ke online.
Sekarang orang beli barang di
digital, ini tidak ter-capture
PPN," ujarnya. Kemudian,
pengawasan perpajakan
melalui sistem teknologi.
https://m.katadata.co.id/berita/2018...n-dalam-negeri
0
1.5K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan