Kasus suapuntuk penyediaan bilik asmara dalam lapas Sukamiskin, mencuat ke publik. Hal ini dipicu oleh ramainya pemberitaan tentang, kasus Fahmi Darmawansyah yang dikabarkan menyuap Wahid Husen, agar dalam komplek Lapas Sukamiskin, ada bilik khusus untuk begituan.

Bilik asmara dalam penjara seperti yang ramai diberitakan di lapas Sukamiskin, tentunya bisa digunakan untuk suatu perbuatan begituan terjadi. Berikut ini beberapa kemungkinan yang terjadi dalam bilik asmara;


1. Mandi



2. Menikmati kipas angin



3. Menyegarkan badan



4. Tidur tiduran



5. Ditiduri dan meniduri



Itulah kelima hal unik namun sebetulnya umum atau lumrah sekali terjadi. Walaupun didalam lapas sekalipun. Namun yang membuat hal ini menjadi permasalahan adalah kasus suap untuk pengadaan hal tersebut. Apalagi fasilitas bilik asmara tersebut dikomersilkan atau disewakan kepada penghuni lapas lainnya.

Ini yang menjadi persoalan. Karena pengadaan fasilitas serupa itu, belum ada kewajiban dan aturan atau payung hukumnya. Kalo cuma segelintir orang penghuni lapas yang bisa menikmati fasilitas itu, tentu dikhawatirkan bisa memicu kecemburuan sosial bagi napi penghuni lapas lainnya.

Adanya kasus ini dan ramainya pemberitaan seputar ini, seakan menjelaskan serta menegaskan bahwa, bila punya uang serta kuasa, kendati dalam penjara sekalipun tetap bisa dapat yang spesial. Ditambah lagi kasus korupsi yang fasilitas penjaranya model begituan semua kabarnya. Itu bisa membuat tidak adanya dampak jera bagi pelaku korupsi serta penyalahgunaan wewenang serta jabatan.

Semoga saja, kedepannya pembenahan dan penegasan sanksi hukuman bagi pelaku korupsi bisa lebih keras. Mengingat, akar budaya korup dalam diri kita itu kuat mengakar. Dan untuk perubahan kebiasaan buruk serupa ini, pastinya akan menghadapi banyak rintangan yang harus di perjuangkan solusinya.