Kaskus

Entertainment

jelajahkataAvatar border
TS
jelajahkata
Ada Apa di Kosan Pak Eko? [HOROR]
Btw, sebelum lanjut cerita ane bingung nih gansis kalau cerita horor begini masuknya diranah apa ye? Stories from The Heart atau The Lounge? Bingung juga soalnya ane lihat dibeberapa cerita horor kasus ada yg masuk The Lounge dan kayaknya disana lebih rame ya? Mohon maap kalau bacanya agak pusing ye ane masih newbie di planet kaskus ehehe. emoticon-Wowcantik


Oke lanjut… emoticon-thumbsup

KOSAN PAK EKO

Setelah Wina dan Dita memutuskan untuk merantau ke kota X, mereka memutuskan untuk menyewa kamar kos putri yang dekat dengan tempat mereka kerja nantinya. Setelah proses Tanya sana-sini, keliling kompleks, nego harga akhirnya mereka mendapatkan kosan yang dinilai cocok untuk mereka.

Si pemilik bernama Pak Eko memiliki rumah yang cukup besar dengan 5 kamar yang kosong. Daripada dibiarkan begitu saja akhirnya ia memutuskan untuk menyewakan kamar-kamar tersebut sebagai kosan. Kosannya bersih dan besar gan, sudah ada ranjang dan lemarinya, dua wc untuk mandi dan menyuci, dilantai atas ada tempat jemuran, ada taman kecilnya, ruang tamu, dapur untuk memasak, dan ada fasilitas kulkas bersamanya juga. Bayangkan gans untuk kosan tahun 1986an ada fasilitas seperti itu. Tapi yang bikin menarik hati Wina dan Dita adalah harganya yang sangat murah untuk ukuran kosan seperti itu! Ane lupa harganya berapa, tapi agan bisa membayangkan suatu kosan dengan fasilitas yang lumayan tapi harganya miring dibandingkan kosan dengan fasilitas yang sama. Kaga mikir dua kali lagi kan gan!

Setelah bertemu dengan si pemilik dan nego harga akhirnya mereka memilih untuk menyewa kosan tersebut. Pak Eko merupakah pemilik kosan yang baik hati dan ramah kepada anak-anak kosannya. Bagian rumah yang dihuni oleh Pak Eko gak begitu dekat banget dengan kamar-kamar kosan tapi masih satu rumah gan.
Nah, singkat cerita Wina dan Dita akhirnya pindahan ke kosan Pak Eko. Mereka memilih kamar masing-masing yang bersebelahan. Suasanya nyaman gan, ada 5 kamar berjejer, wc dan diujung ada satu kamar yang entah kenapa gak bisa dibuka dan tidak dipakai untuk kosan. Didepan kamar yang tidak dipakai itu ada dapur yang lumayan besar dan disebelahnya ada tangga untuk naik ke tempat jemuran (sorry gan ane gak punya foto kosan tersebut. Agan bisa membayangkan sendiri ya denah kosannya kurang lebih seperti itu.). Tidak ada larangan jam malam juga gan, jadi mereka bisa bebas pulang jam berapa aja karena mereka dibekali kunci gembok masing-masing. Tapi yang aneh, Pak Eko hanya melarang satu hal saja yaitu penghuni kosan dilarang masak tempe goreng dimalam hari! Wina dan Dita pun bertanya-tanya tapi pak Eko hanya membalasnya dengan guyonan saja.

SI MBAH PENUNGGU KOSAN PAK EKO

Setelah pindah, Wina dan Dita pun kenalan dengan anak-anak kosan lainnya. Mereka ramah dan sudah pada kerja semua gan. Tapi teman-teman kosan mereka lebih banyak berada diluar kosan, biasanya malah pada sering pulang larut malam. Maklum kerja lembur bagai kuda wkwkwk

Hari-hari mereka lalui sebagai guru baru disalah satu sekolah di kota X. Pulang sekolah pun tidak begitu larut seperti teman-teman kos mereka yang lain. Kosan pun menjadi tempat yang amat nyaman untuk beristirahat. Sebagai guru baru yang memiliki penghasilan biasa saja Wina dan Dita pun harus hidup hemat. Hobi mereka diperantauan adalah berbelanja ke pasar untuk membeli kebutuhan perut mereka. Sekalian mengisi kulkas yang kosong juga hehe

Dihari minggu yang cerah, kosan Pak Eko punya kebiasaan untuk membersihkan setiap sudut kosan agar bersih dan terhindar dari debu dan sampah.  Setiap minggu mereka sempatkan untuk membersihkan kosan atau minimal kamar mereka sendiri. Ketika sedang bersih-bersih beberapa dari mereka terlibat percakapan.

“Kalian kerja di sekolah X ya? Wah gimana betah gak?” tanya salah seorang penghuni kosan.

“Iya betah kok mba. Masih baru juga. Masih adaptasi” balas Dita

“Oh ya kalian kan baru disini, tak kasih tau ya kebiasaan di kosan ini. Ini juga wejangan dari Pak Eko. Kalau kalian malam-malam laper dan pingin masak, tolong jangan masak tempe goreng ya” imbuh mba kosan

“lho kenapa mba? Kok gak boleh?” tanya Wina

“wes pokoknya gak boleh. Satu lagi. Kalau kalian dengar ada orang main gitar dijemuran atas sana gausah dicari-cari siapa” Balas mba kos

Wina dan Dita tidak begitu mengerti maksud dari hal tersebut. Mereka juga tipikal orang yang cuek-cuek saja jadi wejangan tersebut tak begitu mereka pedulikan.

Sampai pada suatu hari mereka merasakan kejadian ganjil persis seperti yang dikatakan mba kosan lainnya yaitu suara orang yang bermain gitar dari atas jemuran. Perlu diketahui gan kalau dari 5 orang yang ngekos disitu tidak ada satupun yang bisa main gitar atau memiliki gitar termasuk si Wina dan Dita. Begitu juga Pak Eko sendiri, dia jarang berkunjung ke kosan walaupun masih satu rumah.

Suara seseorang yang bermain gitar itu terdengar sampai kamar mereka dan waktunya ada setiap malam hari. Tapi tidak pernah ada satu pun yang mau melihat ke atas jemuran. Wejangan yang mereka terima hanyalah biarkan saja jika ada terdengar suara seseorang bermain gitar. Suara itu munculnya gak bisa diprediksi gan kadang malam jumat kliwon kadang malam biasa. Alunannya pun hanya petikan gitar dan tidak ada orang yang bernyanyi.

Kejadian tersebut tidak membuat Wina maupun Dita ketakutan walaupun dalam hati mereka bertanya-tanya siapa yang ada diatas jemuran dimalam hari. Sampai suatu hari Wina baru pulang kerja saat matahari sudah terbenam. Dia sampai di kosan dan beristirahat sejenak. Waktu menunjukan pukul 7 malam. Ia pun bergegas untuk mandi dan beristirahat. Sekitar jam setengah 9 malam ia terbangun karena perutnya yang lapar. Ia baru sadar kalau dirinya belum makan malam.

Wina tidak memasak dari pagi alhasil dia kebingungan mau makan malam dengan apa. Lalu ia memutuskan mencari sesuatu dikulkas dan ia baru ingat kalau masih ada tempe yang belum ia masak. Tanpa pikir panjang Wina pun akhirnya memotong-motong tempe tersebut dan mulai menggorengnya.

Agan masih ingat dengan wejangan Pak Eko yang melarang untuk mengoreng tempe dimalam hari? Nah Wina pun masih ingat dengan wejangan tersebut tapi ia tidak peduli karena ia sangat lapar. Daripada ia kelaparan lebih baik ia makan apa yang masih dia punya. Ia tidak peduli terhadap apapun yang penting ia makan.
Suara penggorengan yang berisi minyak panas seakan menemani malam Wina yang tak akan pernah terlupakan. Ia mulai mencelupkan tempe yang sudah dibumbui satu persatu ke dalam minyak yang sudah panas. Ketika sedang asyik menggoreng tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya, orang tersebut kelihatan membawa lampu tempel khas jaman dulu (lampu dari api dan minyak tanah) dan berjalan dengan agak lambat.

“Goreng opo nduk?” (masak/goreng apa nak?)

“Goreng tempe mbah”
………………………….
 
TO BE CONTINUE

Bagi yang ketinggalan :
PART 1






1
2.5K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan