- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Solar Ekstra Realisasi 2015 Raib Misterius,3 Bulan Nelayan di Bintan Menganggur


TS
sukhoivsf22
Solar Ekstra Realisasi 2015 Raib Misterius,3 Bulan Nelayan di Bintan Menganggur
Senin, 17 Desember 2018
17:16

TRIBUNBATAM.id/AMINUDIN
Perahu nelayan di Bintan
TRIBUNBINTAN.COM,
BINTAN - Nelayan di pulau di
Bintan pesisir bingung, kuota
solar ekstra mereka yang
pernah direalisasikan
pemerintah pusat pada 2015
lalu sejak tiga bulan
belakangan ini pergi entah
kemana.
Bagi nelayan, situasi
persolaran nelayan saat ini
sangat anomali alias aneh.
Pertamina mengatakan kuota
solar baik baik saja. Tapi di
lapangan, nelayan tertatih tatih
mencari tambahan solar agar
cukup melaut.
Sejumlah pertanyaan mencuat.
Kemana gerangan perginya
kuota solar ekstra 2 persen
yang pernah diperjuangkan
mati matian nelayan pada 2014
lalu. Diperjuangkan sampai
turun berpanas panas unjuk
rasa di jalan demi solar. Tapi
kuota itu belakangan seperti
menghilang.
Sejumlah nelayan terancam
mengangggur berbulan bulan
akibat hilangnya pasokan solar
mereka. Bahkan sebagian
nelayan sudah menganggur
gara gara persoalan solar.
Hidup nelayan pun kian
terhimpit. Apalagi menjelang
akhir tahun, kesulitan nelayan
menjadi dobel. Setelah solar,
ancaman berikutnya lagi
musim angin utara.
Lambaila, salah satu nelayan
Kelong, Bintan Pesisir
mengaku paling merasakan
dampak dari masalah solar.
Sejak solar sulit, ia kadang
menganggur sebulan lebih di
darat menunggu solar untuk
kapal cukup. Jika tidak cukup,
ia tentu tidak mau nekat turun
melaut.
"Sekarang ini kadang kadang
sampai satu bulan lebih
menunggu minyak (solar).
Kalau solar pun sudah ada
adanya ini kadang kadang
masih tak cukup.
Kami ini, kalau turun ke laut
harus dalam stok BBM cukup.
Kalau kita tetap paksa
berangkat dengan solar
seadanya, bahaya, bisa
terombang ambing kita di
lautan, tidak bisa pulang
rumah,"kata Lambaila, nelayan
Desa Kelong, Kecamatan
Bintan Pesisir, Senin
(17/12/2018).
Lambaila mengatakan,
kebutuhan mereka atas solar
harus selalu cukup agar bisa
melaut aman. Kebutuhan solar
setiap nelayan berbeda beda.
Ambil contoh, kapal tipe 20 GT
hingga 25 GT bisa butuh
ketersediaan solar 10 hingga
20 drum, tergantung mesin.
Solar itu akan dipakai berhari
hari bahkan semingguan di
laut.
Dengan kondisi demikian,
perekonomian Lambaila
sebagai nelayan dan kawan
kawan lainnya terancam.
Istrinya di rumah bahkan sudah
menjerit resah akibat situasi
para suami.
"Istri kita pun sudah
menangislah ibarat kata
tinggal air mata yang belum
keluar,"kata Lambaila.
Di tengah situasi tidak melaut
akibat menunggu solar,
sejumlah nelayan di pulau
mencari pemasukan dengan
meminjam uang kepada toke
ikan. Masalahnya, toke ikan
tidak mungkin terus menerus
meminjamkan uang. Kadang
kadang ada juga toke ikan
yang lari diam diam saat
nelayan datang meminjam
uang.
"Situasi kita ini benar benar
sulit sekali,"kata Lambaila.
Fenomena anomali solar saat
ini kata Lambaila mengingatkan
dia pada kondisi tahun 2014
atau lima tahun silam. Waktu
terjadi kelangkaan solar
nelayan secara sistematis.
Tidak tahan, sejumlah nelayan
kemudian mendatangi bupati
waktu itu meminta solusi.
Bupati kata Lambaila saat itu
akhirnya mengajukan ke pusat
meminta kuota ekstra untuk
Bintan 2 persen.
Pasca pengajuan kuota ekstra
ke pusat, nelayan melakukan
pertemuan pada 2015 dengan
bupati. Kepada nelayan, bupati
menyampaikan kabar bagus,
bahwa kuota tambahan 2
persen buat nelayan disetujui.
Sejak ada kuota esktra,
nelayan kemudian bisa
bernapas lega. Keberadaan
solar mulai pulih kembali
kemudian.
Namun, jatah ekstra kuota 2
persen bagi nelayan tersebut
mendadak saat ini tidak
pernah muncul lagi.
"Maka kami, istilahnya mau
bertanya juga ke Dinas
Perikanan, pun dengan
anggota dewan bagaimana
nasib kuota ekstra yang
pernah ada itu. Mengapa tiga
bulan belakangan ini jatah solar
hilang entah kemana,"kata
Lambaila.(min)
Penulis: Aminnudin
Editor: Zabur Anjasfianto
http://batam.tribunnews.com/2018/12/...tan-menganggur
17:16

TRIBUNBATAM.id/AMINUDIN
Perahu nelayan di Bintan
TRIBUNBINTAN.COM,
BINTAN - Nelayan di pulau di
Bintan pesisir bingung, kuota
solar ekstra mereka yang
pernah direalisasikan
pemerintah pusat pada 2015
lalu sejak tiga bulan
belakangan ini pergi entah
kemana.
Bagi nelayan, situasi
persolaran nelayan saat ini
sangat anomali alias aneh.
Pertamina mengatakan kuota
solar baik baik saja. Tapi di
lapangan, nelayan tertatih tatih
mencari tambahan solar agar
cukup melaut.
Sejumlah pertanyaan mencuat.
Kemana gerangan perginya
kuota solar ekstra 2 persen
yang pernah diperjuangkan
mati matian nelayan pada 2014
lalu. Diperjuangkan sampai
turun berpanas panas unjuk
rasa di jalan demi solar. Tapi
kuota itu belakangan seperti
menghilang.
Sejumlah nelayan terancam
mengangggur berbulan bulan
akibat hilangnya pasokan solar
mereka. Bahkan sebagian
nelayan sudah menganggur
gara gara persoalan solar.
Hidup nelayan pun kian
terhimpit. Apalagi menjelang
akhir tahun, kesulitan nelayan
menjadi dobel. Setelah solar,
ancaman berikutnya lagi
musim angin utara.
Lambaila, salah satu nelayan
Kelong, Bintan Pesisir
mengaku paling merasakan
dampak dari masalah solar.
Sejak solar sulit, ia kadang
menganggur sebulan lebih di
darat menunggu solar untuk
kapal cukup. Jika tidak cukup,
ia tentu tidak mau nekat turun
melaut.
"Sekarang ini kadang kadang
sampai satu bulan lebih
menunggu minyak (solar).
Kalau solar pun sudah ada
adanya ini kadang kadang
masih tak cukup.
Kami ini, kalau turun ke laut
harus dalam stok BBM cukup.
Kalau kita tetap paksa
berangkat dengan solar
seadanya, bahaya, bisa
terombang ambing kita di
lautan, tidak bisa pulang
rumah,"kata Lambaila, nelayan
Desa Kelong, Kecamatan
Bintan Pesisir, Senin
(17/12/2018).
Lambaila mengatakan,
kebutuhan mereka atas solar
harus selalu cukup agar bisa
melaut aman. Kebutuhan solar
setiap nelayan berbeda beda.
Ambil contoh, kapal tipe 20 GT
hingga 25 GT bisa butuh
ketersediaan solar 10 hingga
20 drum, tergantung mesin.
Solar itu akan dipakai berhari
hari bahkan semingguan di
laut.
Dengan kondisi demikian,
perekonomian Lambaila
sebagai nelayan dan kawan
kawan lainnya terancam.
Istrinya di rumah bahkan sudah
menjerit resah akibat situasi
para suami.
"Istri kita pun sudah
menangislah ibarat kata
tinggal air mata yang belum
keluar,"kata Lambaila.
Di tengah situasi tidak melaut
akibat menunggu solar,
sejumlah nelayan di pulau
mencari pemasukan dengan
meminjam uang kepada toke
ikan. Masalahnya, toke ikan
tidak mungkin terus menerus
meminjamkan uang. Kadang
kadang ada juga toke ikan
yang lari diam diam saat
nelayan datang meminjam
uang.
"Situasi kita ini benar benar
sulit sekali,"kata Lambaila.
Fenomena anomali solar saat
ini kata Lambaila mengingatkan
dia pada kondisi tahun 2014
atau lima tahun silam. Waktu
terjadi kelangkaan solar
nelayan secara sistematis.
Tidak tahan, sejumlah nelayan
kemudian mendatangi bupati
waktu itu meminta solusi.
Bupati kata Lambaila saat itu
akhirnya mengajukan ke pusat
meminta kuota ekstra untuk
Bintan 2 persen.
Pasca pengajuan kuota ekstra
ke pusat, nelayan melakukan
pertemuan pada 2015 dengan
bupati. Kepada nelayan, bupati
menyampaikan kabar bagus,
bahwa kuota tambahan 2
persen buat nelayan disetujui.
Sejak ada kuota esktra,
nelayan kemudian bisa
bernapas lega. Keberadaan
solar mulai pulih kembali
kemudian.
Namun, jatah ekstra kuota 2
persen bagi nelayan tersebut
mendadak saat ini tidak
pernah muncul lagi.
"Maka kami, istilahnya mau
bertanya juga ke Dinas
Perikanan, pun dengan
anggota dewan bagaimana
nasib kuota ekstra yang
pernah ada itu. Mengapa tiga
bulan belakangan ini jatah solar
hilang entah kemana,"kata
Lambaila.(min)
Penulis: Aminnudin
Editor: Zabur Anjasfianto
http://batam.tribunnews.com/2018/12/...tan-menganggur
0
1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan