- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kesal Solar Langka, Puluhan Ibu-ibu Petambak Dipasena Geruduk Polsek Rawajitu


TS
sukhoivsf22
Kesal Solar Langka, Puluhan Ibu-ibu Petambak Dipasena Geruduk Polsek Rawajitu
Senin, 10 Desember 2018
13:40

Tribunlampung/Endra
Ibu-ibu Petambak Dipasena
Geruduk Polsek Rawajitu
Laporan Reporter Tribun
Lampung Endra Zulkarnain
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID,
RAWAJITU - Puluhan kaum ibu
dari petambak Dipasena
Kecamatan Rawajitu Timur
Kabupaten Tulangbawang
menggeruduk kantor Polsek
setempat, Senin (10/12) pagi.
Kedatangan kaum hawa ke
Mapolsek tersebut sebagai
luapan kekesalan para
petambak di wilayah berikat itu
atas kelangkaan bahan bakar
minyak (BBM) jenis solar
diwilayah mereka.
Belum cukup susah dengan
tingginya harga pakan,
murahnya harga jual udang dan
serangan penyakit WSSV,
kondisi sulit ini masih harus
diperparah lagi dengan
langkanya solar yang
dibutuhkan untuk penerangan
dan proses produksi budidaya
udang petambak.
Kelangkaan solar yang terjadi
diareal pertambakan udang
bumi dipasena itu di sinyalir
terjadi karena terhentinya
suplai solar eceran yang
masuk ke Kecamatan
tersebut.
Warga menduga, terhentinya
suplai solar itu disebabkan
kendaraan yang menyuplai
solar tertangkap razia Polsek
Rawajitu Selatan dan Polres
Tulangbawang.
Buntutnya, ibu-ibu petambak
yang tergabung dalam
Persaudaraan Perempuan
Nelayan Indonesia (PPNI)
beramai-ramai mendatangi
kantor Polsek Rawajitu untuk
mengklarifikasi.
Mereka juga meminta solusi
terkait permasalah kelangkaan
bahan bakar yang terjadi
karena adanya razia yang
dilakukan oleh pihak kepolisian
setempat.
Ezra Dewi, salah satu peserta
aksi menyampaikan bahwa
bahan bakar solar adalah
kebutuhan yang amat vital bagi
masyarakat di bumi dipasena.
Menurutnya, terhentinya
pasokan solar karena di razia
polisi berpengaruh sangat
besar terhadap ketersediaan
solar bagi masyarakat.
"PLN ngga ada, listrik kami
harus pakai diesel, SPBU ngga
ada, solar kami beli eceran dari
pemasok, kalau sekarang di
razia solusinya apa??," ujar
Ezra.
Ezra pun menambahkan bahwa
harga solar di areal
pertambakan bumi dipasena
saat ini telah mencapai Rp
6.500 - Rp 8 ribu per liter.
"Harga tersebut fluktuasi
walau tidak ada informasi
kenaikan harga BBM secara
formal," katanya.
Diketahui, hampir sepekan ini
Petambak Bumi Dipasena,
Kecamatan Rawajitu Timur
mengeluhkan langkanya Bahan
Bakar Minyak (BBM) jenis solar.
"Kami butuh solar untuk
mengidupkan mesin dan
Genset. Kencir harus berputar,
air tambak perlu diganti, kalau
Genset tidak hidup ya matilah
udang-udang kami," terang
Suryadi, salah satu petambak
di Kampung Bumi Dipasena
Mulya.
"Kalau makanan kami bisa
tahan, tapi kalau udang telat
dikincir dua jam saja sudah
kehabisan oksigen, udang
dipastikan mati," sambungnya.
Menurutnya, sudah beberapa
malam ini lampu penerangan
kolektif satu RT-nya hanya
hidup sampai pukul 21.00 wib.
"Itu karena jami perlu
menghemat solar yang
sekarang langka," tegasnya.
Midarminto, petambak lainnya
asal Kampung Bumi Dipasena
Agung menceritakan, Sabtu
(08/12) pekan kemarin ada
seorang tetangga yang
terpaksa panen dini.
Ini lantaran udangnya mati
akibat genset yang digunakan
untuk menghidupkan kincir air
kehabisan solar pada pukul
03.00 dini hari.
Padahal, udang tersebut
belum layak panen.
"Udangnya masih kecil-kecil,
tapi tidak bisa diteruskan
karena tidak ada BBM untuk
menghidupkan mesin, kami
rugi. Harga udang saat ini
cenderung terus turun,
sementara harga pakan udang
justru naik," keluhnya.
Sementara itu Towilun Wakil
Ketua Perhimpunan Petambak
dan Pengusaha Udang Wilayah
Lampung (P3UW Lampung)
mengatakan, mereka
mendapat informasi dari
beberapa Suplayer BBM
bahwa kelangkaan solar
tersebut lantaran ada razia
dari pihak Kepolisian.
Mobil pengangkut BBM
sempat di tahan di Mapolsek
Rawajitu akhirnya para
Suplayer BBM menghentikan
aktifitasnya memasok BBM ke
Dipasena.
"mereka istirahat dulu, tidak
berani narik," kata Towilun.
(endra)
Penulis: Endra Zulkarnain
Editor: Reny Fitriani
http://lampung.tribunnews.com/2018/1...olsek-rawajitu
13:40

Tribunlampung/Endra
Ibu-ibu Petambak Dipasena
Geruduk Polsek Rawajitu
Laporan Reporter Tribun
Lampung Endra Zulkarnain
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID,
RAWAJITU - Puluhan kaum ibu
dari petambak Dipasena
Kecamatan Rawajitu Timur
Kabupaten Tulangbawang
menggeruduk kantor Polsek
setempat, Senin (10/12) pagi.
Kedatangan kaum hawa ke
Mapolsek tersebut sebagai
luapan kekesalan para
petambak di wilayah berikat itu
atas kelangkaan bahan bakar
minyak (BBM) jenis solar
diwilayah mereka.
Belum cukup susah dengan
tingginya harga pakan,
murahnya harga jual udang dan
serangan penyakit WSSV,
kondisi sulit ini masih harus
diperparah lagi dengan
langkanya solar yang
dibutuhkan untuk penerangan
dan proses produksi budidaya
udang petambak.
Kelangkaan solar yang terjadi
diareal pertambakan udang
bumi dipasena itu di sinyalir
terjadi karena terhentinya
suplai solar eceran yang
masuk ke Kecamatan
tersebut.
Warga menduga, terhentinya
suplai solar itu disebabkan
kendaraan yang menyuplai
solar tertangkap razia Polsek
Rawajitu Selatan dan Polres
Tulangbawang.
Buntutnya, ibu-ibu petambak
yang tergabung dalam
Persaudaraan Perempuan
Nelayan Indonesia (PPNI)
beramai-ramai mendatangi
kantor Polsek Rawajitu untuk
mengklarifikasi.
Mereka juga meminta solusi
terkait permasalah kelangkaan
bahan bakar yang terjadi
karena adanya razia yang
dilakukan oleh pihak kepolisian
setempat.
Ezra Dewi, salah satu peserta
aksi menyampaikan bahwa
bahan bakar solar adalah
kebutuhan yang amat vital bagi
masyarakat di bumi dipasena.
Menurutnya, terhentinya
pasokan solar karena di razia
polisi berpengaruh sangat
besar terhadap ketersediaan
solar bagi masyarakat.
"PLN ngga ada, listrik kami
harus pakai diesel, SPBU ngga
ada, solar kami beli eceran dari
pemasok, kalau sekarang di
razia solusinya apa??," ujar
Ezra.
Ezra pun menambahkan bahwa
harga solar di areal
pertambakan bumi dipasena
saat ini telah mencapai Rp
6.500 - Rp 8 ribu per liter.
"Harga tersebut fluktuasi
walau tidak ada informasi
kenaikan harga BBM secara
formal," katanya.
Diketahui, hampir sepekan ini
Petambak Bumi Dipasena,
Kecamatan Rawajitu Timur
mengeluhkan langkanya Bahan
Bakar Minyak (BBM) jenis solar.
"Kami butuh solar untuk
mengidupkan mesin dan
Genset. Kencir harus berputar,
air tambak perlu diganti, kalau
Genset tidak hidup ya matilah
udang-udang kami," terang
Suryadi, salah satu petambak
di Kampung Bumi Dipasena
Mulya.
"Kalau makanan kami bisa
tahan, tapi kalau udang telat
dikincir dua jam saja sudah
kehabisan oksigen, udang
dipastikan mati," sambungnya.
Menurutnya, sudah beberapa
malam ini lampu penerangan
kolektif satu RT-nya hanya
hidup sampai pukul 21.00 wib.
"Itu karena jami perlu
menghemat solar yang
sekarang langka," tegasnya.
Midarminto, petambak lainnya
asal Kampung Bumi Dipasena
Agung menceritakan, Sabtu
(08/12) pekan kemarin ada
seorang tetangga yang
terpaksa panen dini.
Ini lantaran udangnya mati
akibat genset yang digunakan
untuk menghidupkan kincir air
kehabisan solar pada pukul
03.00 dini hari.
Padahal, udang tersebut
belum layak panen.
"Udangnya masih kecil-kecil,
tapi tidak bisa diteruskan
karena tidak ada BBM untuk
menghidupkan mesin, kami
rugi. Harga udang saat ini
cenderung terus turun,
sementara harga pakan udang
justru naik," keluhnya.
Sementara itu Towilun Wakil
Ketua Perhimpunan Petambak
dan Pengusaha Udang Wilayah
Lampung (P3UW Lampung)
mengatakan, mereka
mendapat informasi dari
beberapa Suplayer BBM
bahwa kelangkaan solar
tersebut lantaran ada razia
dari pihak Kepolisian.
Mobil pengangkut BBM
sempat di tahan di Mapolsek
Rawajitu akhirnya para
Suplayer BBM menghentikan
aktifitasnya memasok BBM ke
Dipasena.
"mereka istirahat dulu, tidak
berani narik," kata Towilun.
(endra)
Penulis: Endra Zulkarnain
Editor: Reny Fitriani
http://lampung.tribunnews.com/2018/1...olsek-rawajitu
0
1.3K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan