Presiden Donald Trump memiliki basis pendukung umat Kristen yang kuat. Dalam kampanyenya, ia berjanji untuk melindungi hak-hak mereka. Namun kini, umat Kristen meminta Trump berhenti melakukannya, jika hal itu berarti menembakkan gas air mata ke anak-anak.

Beberapa umat Kristen Amerika mengecam “kekejaman” Gedung Putih setelah pemerintahan Presiden Donald Trump membela penggunaan gas air mata di perbatasan Amerika Serikat-Meksiko.
Pendeta dan umat Kristen mengungkapkan kekecewaan mereka di media sosial Senin (26/11) atas keputusan pasukan perbatasan untuk menembakkan gas air mata ke ratusan migran—termasuk anak-anak—ketika mereka berusaha untuk menyeberang pagar perbatasan San Ysidro pada hari Minggu (25/11).

Angin membawa asap gas air mata itu ke orang-orang yang berjarak ratusan meter yang bahkan tidak berusaha masuk ke AS, The Associated Press melaporkan.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen membela penggunaan gas air mata oleh pasukannya, mengatakan bahwa para migran melemparkan “proyektil” ke petugas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.
Departemen Keamanan Dalam Negeri “tidak akan mentolerir jenis pelanggaran hukum ini,” kata Nielsen pada hari Minggu (25/11).
Tidak ada luka serius yang dilaporkan dari insiden itu, menurut The Washington Post.
Foto-foto yang diambil oleh fotografer Reuters Kim Kyung-Hoon menunjukkan seorang ibu Honduras yang mati-matian berusaha menyeret dua anak kecil saat gas air mata menyebar. Di foto lain, salah satu gadis kecil, yang hanya mengenakan kaos dan popok, menangis setelah berlari dari gas itu.
Foto-foto dan video-video dari perbatasan itu memicu kemarahan di antara para pemimpin dan aktivis Kristen progresif. Terlepas dari janji Trump untuk melindungi umat Kristen dan nilai-nilai mereka, beberapa orang menyarankan presiden untuk tidak melakukan pekerjaan yang baik untuk mempertahankan nilai inti Kristen dalam menyambut orang asing itu.
Orang-orang Kristen di Twitter menunjuk pada suatu bagian Alkitab yang telah menjadi seruan bagi mereka yang secara moral menentang pendirian keras pemerintahan Trump pada imigrasi—Matius:25. Dalam bab itu, Yesus mengajarkan para pengikutnya bahwa mereka yang peduli terhadap orang asing dan orang lain yang membutuhkan akan disambut ke dalam kerajaan surga.
Pendeta James Martin, seorang imam dan penulis Jesuit, mengecam mitos-mitos yang telah membuat orang Amerika yang tidak membantu migran yang datang ke perbatasan untuk mencari suaka.
“Ingat apa yang dikatakan Yesus tentang menyambut orang asing,” kata Martin dalam sebuah video untuk majalah online Katolik Amerika. “Dia tidak mengatakan sambut mereka saat mereka memiliki surat-surat yang benar. Dia tidak mengatakan sambut mereka ketika tidak ada risiko. Dia tidak mengatakan sambut mereka ketika Anda mampu menghidupi mereka. Yesus berkata, sambutlah mereka.”

Seperti petugas penegak hukum federal lainnya, pasukan Patroli Perbatasan diizinkan menggunakan kekuatannya jika mereka mengira mereka diserang. Para petugas dilatih untuk menggunakan gas air mata untuk mengontrol kerumunan, The New York Times melaporkan.

Para migran yang terlibat dalam insiden hari Minggu (25/11) adalah bagian dari karavan yang terdiri dari lebih 5.000 migran yang saat ini terjebak dalam limbo di Tijuana. Para migran itu berasal dari negara-negara Amerika Tengah dan sebagian besar melarikan diri dari kekerasan geng dan kemiskinan di kampung halaman mereka.
Banyak yang putus asa dalam beberapa hari terakhir setelah menunggu lama proses permohonan suaka, The New York Times melaporkan.
ACLU mengklaim pemerintahan Trump telah meningkatkan krisis perbatasan dengan membatasi pilihan hukum yang tersedia bagi orang yang mencari suaka dan mengusir migran di pelabuhan masuk resmi. Menurut AP, para pejabat saat ini sedang memproses kurang dari 100 permohonan suaka per harinya.
https://www.matamatapolitik.com/umat...-gas-air-mata/