- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Manusia sempat hidup berdampingan dengan unicorn


TS
kangjati
Manusia sempat hidup berdampingan dengan unicorn

Pasti yang tertanem di otak kita unicorn adalah berbentuk kuda berponi pelangi dan bertanduk satu terus bisa terbang.
Mulai sekarang buang jauh-jauh imajinasi tersebut gan

Ternyata manusia modern dulunya pernah hidup bareng dengan unicorn loh. Siap siap kecewa ama bentuknya gan

Quote:

Impresi seniman atas spesies badak purba Elasmotherium | W. S. Van der Merwe /Oxford University
Meski kerap dihubungkan dengan karakter imajinasi, nyatanya unicorn itu ada. Bahkan manusia pernah hidup berdampingan dengannya.
Itulah kesimpulan dari National History Museum Inggris di London. Hasil penelitian mereka menetapkan Elasmotherium sibiricum, spesies yang dikenal sebagai unicorn Siberia, sempat hidup berdampingan dengan manusia.
Elasmotherium, juga dikenal sebagai Giant Rhinoceros atau Giant Siberian Unicorn, adalah spesies badak yang telah punah yang hidup di daerah Eurasia. Spesies ini menyandang nama unicorn karena tanduknya yang luar biasa besar. Sayangnya ia dikatakan punah antara 100 ribu hingga 200 ribu tahun yang lalu.
Dalam sebuah studi baru bekerja sama dengan Oxford University, terungkap spesies ini bertahan hingga setidaknya 39 ribu tahun yang lalu. Berarti, mereka sempat hidup bersama manusia modern.
Sampai saat ini, pengetahuan kita tentang unicorn Siberia terbatas lantaran kurangnya catatan fosil.
Hanya sejumlah kecil tulang yang terfragmentasi telah ditemukan. Selain dari mengungkapkan bobot binatang yakni sekitar 3,5 ton, kira-kira sama dengan gajah Afrika yang lebih kecil, hal lain tentangnya sulit untuk dianalisis.
Sebagai contoh, bagian dari tengkorak yang digambarkan dalam makalah tahun 2016adalah radiokarbon tertanggal 29 ribu tahun lalu. Tetapi karena hanya ada sedikit kolagen, hasilnya dianggap tidak dapat diandalkan.
Jadi kini tim peneliti internasional mengumpulkan 23 spesimen tulang unicorn Siberia dan menggunakannya untuk penanggalan radiokarbon. Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah mereka dapat memulihkan DNA dan mencari tahu lebih lanjut tentang unicorn Siberia dan periode hidupnya di Bumi.
Hasilnya mengejutkan. Spesimen tulang ini mengungkap rentang waktu setelah hewan itu dianggap punah.
Dengan yang paling baru antara 35 ribu hingga 36 ribu tahun yang lalu. Pada periode waktu ini ini, manusia telah mulai mengisi padang rumput di Rusia, Kazakhstan, Mongolia, dan Tiongkok Utara.
Selama ini diyakini bahwa makhluk besar ini punah sebelum Zaman Es terakhir (20 ribu-10 ribu tahun yang lalu). Kehilangannya terjadi sebelum kepunahan besar-besaran megafauna, yang juga menjadi akhir dari hewan purba mamut berbulu, elk Irlandia, dan kucing bertaring tajam.
Adrian Lister, peneliti dari Natural History Museum mengatakan, “Peristiwa kepunahan megafauna ini tidak benar-benar terjadi hingga sekitar 40 ribu tahun lalu. Jadi Elasmotherium dengan perkiraan waktu kepunahan megafauna lain dari 10 ribu tahun yang lalu atau lebih belum bisa dianggap sebagai bagian dari peristiwa yang sama. Kami melakukan penanggalan sejumlah spesimen, mereka datang dari periode waktu kurang dari 40 ribu tahun.”
Thibaut Devièse, ahli dari School of Archaeology di Oxford University, mengatakan, “Beberapa sampel yang kami pelajari sangat tercemar yang membuat penanggalan radiokarbon sangat sulit. Untuk alasan ini, kami menggunakan metode baru untuk mengekstraksi asam amino tunggal dari kolagen tulang untuk memastikan hasil yang sangat akurat. Metode ini dikembangkan di Oxford oleh kami.”
Hal lain yang dapat dipastikan adalah manusia kemungkinan tidak ada hubungannya dengan punahnya hewan itu.
"Jika kita melihat waktu, peristiwa kepunahan itu terjadi selama periode perubahan iklim, yang tidak ekstrem, tetapi menyebabkan sejumlah besar musim dingin lebih dingin yang kami pikir benar-benar mengubah tingkat padang rumput di daerah tersebut," kata Alan Cooper dari Australian Centre for Ancient DNA di University of Adelaide, Australia menjelaskan kepada ScienceAlert.
"Kami juga bisa melihat perubahan isotop di tulang hewan--Anda dapat melihat dan mengukur karbon dan nitrogen di tulang dan kami dapat melihat bahwa ia hanya makan rumput."
Pada waktu yang hampir bersamaan, hewan lain di daerah itu yang memakan rumput mulai mengubah makanan mereka menjadi dedaunan, semak, dan tumbuhan apa pun yang bisa mereka telan, tetapi tidak bagi unicorn Siberia. Ia terus mengunyah rumput, bahkan seperti, para peneliti percaya, permafrost (tanah yang berada di titik beku) yang mematikan akhirnya membunuhnya.
"Sepertinya makhluk unicorn ini begitu terspesialisasi untuk makan rumput, oleh karena itu tidak bisa bertahan hidup," kata Cooper.
"Kepalanya sangat besar, melebar sangat rendah, berposisi tepat di ketinggian rumput, jadi tidak perlu mengangkat kepalanya saat makan. Bahkan ada pertanyaan apakah ia bisa mengangkat kepalanya atau tidak. Ia sangat terspesialisasi sehingga setelah kondisi lingkungan bergeser ia mati."
Saat ini, hanya lima dari 250 spesies badak yang diketahui masih ada, tiga di antaranya terdaftar sebagai terancam oleh International Union for Conservation of Nature. Sangat sedikit badak yang tinggal dan dapat tetap bertahan hidup di luar taman nasional. Ini dikarenakan aksi perburuan dan hilangnya habitat.
Para ilmuwan percaya bahwa mempelajari kepunahan unicorn Siberia bisa membantu mereka menyelamatkan badak yang tersisa yang akan punah karena kekakuannya ketika memilih habitat untuk hidup.
Penelitian tim telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution.
Itulah kesimpulan dari National History Museum Inggris di London. Hasil penelitian mereka menetapkan Elasmotherium sibiricum, spesies yang dikenal sebagai unicorn Siberia, sempat hidup berdampingan dengan manusia.
Elasmotherium, juga dikenal sebagai Giant Rhinoceros atau Giant Siberian Unicorn, adalah spesies badak yang telah punah yang hidup di daerah Eurasia. Spesies ini menyandang nama unicorn karena tanduknya yang luar biasa besar. Sayangnya ia dikatakan punah antara 100 ribu hingga 200 ribu tahun yang lalu.
Dalam sebuah studi baru bekerja sama dengan Oxford University, terungkap spesies ini bertahan hingga setidaknya 39 ribu tahun yang lalu. Berarti, mereka sempat hidup bersama manusia modern.
Sampai saat ini, pengetahuan kita tentang unicorn Siberia terbatas lantaran kurangnya catatan fosil.
Hanya sejumlah kecil tulang yang terfragmentasi telah ditemukan. Selain dari mengungkapkan bobot binatang yakni sekitar 3,5 ton, kira-kira sama dengan gajah Afrika yang lebih kecil, hal lain tentangnya sulit untuk dianalisis.
Sebagai contoh, bagian dari tengkorak yang digambarkan dalam makalah tahun 2016adalah radiokarbon tertanggal 29 ribu tahun lalu. Tetapi karena hanya ada sedikit kolagen, hasilnya dianggap tidak dapat diandalkan.
Jadi kini tim peneliti internasional mengumpulkan 23 spesimen tulang unicorn Siberia dan menggunakannya untuk penanggalan radiokarbon. Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah mereka dapat memulihkan DNA dan mencari tahu lebih lanjut tentang unicorn Siberia dan periode hidupnya di Bumi.
Hasilnya mengejutkan. Spesimen tulang ini mengungkap rentang waktu setelah hewan itu dianggap punah.
Dengan yang paling baru antara 35 ribu hingga 36 ribu tahun yang lalu. Pada periode waktu ini ini, manusia telah mulai mengisi padang rumput di Rusia, Kazakhstan, Mongolia, dan Tiongkok Utara.
Selama ini diyakini bahwa makhluk besar ini punah sebelum Zaman Es terakhir (20 ribu-10 ribu tahun yang lalu). Kehilangannya terjadi sebelum kepunahan besar-besaran megafauna, yang juga menjadi akhir dari hewan purba mamut berbulu, elk Irlandia, dan kucing bertaring tajam.
Adrian Lister, peneliti dari Natural History Museum mengatakan, “Peristiwa kepunahan megafauna ini tidak benar-benar terjadi hingga sekitar 40 ribu tahun lalu. Jadi Elasmotherium dengan perkiraan waktu kepunahan megafauna lain dari 10 ribu tahun yang lalu atau lebih belum bisa dianggap sebagai bagian dari peristiwa yang sama. Kami melakukan penanggalan sejumlah spesimen, mereka datang dari periode waktu kurang dari 40 ribu tahun.”
Thibaut Devièse, ahli dari School of Archaeology di Oxford University, mengatakan, “Beberapa sampel yang kami pelajari sangat tercemar yang membuat penanggalan radiokarbon sangat sulit. Untuk alasan ini, kami menggunakan metode baru untuk mengekstraksi asam amino tunggal dari kolagen tulang untuk memastikan hasil yang sangat akurat. Metode ini dikembangkan di Oxford oleh kami.”
Hal lain yang dapat dipastikan adalah manusia kemungkinan tidak ada hubungannya dengan punahnya hewan itu.
"Jika kita melihat waktu, peristiwa kepunahan itu terjadi selama periode perubahan iklim, yang tidak ekstrem, tetapi menyebabkan sejumlah besar musim dingin lebih dingin yang kami pikir benar-benar mengubah tingkat padang rumput di daerah tersebut," kata Alan Cooper dari Australian Centre for Ancient DNA di University of Adelaide, Australia menjelaskan kepada ScienceAlert.
"Kami juga bisa melihat perubahan isotop di tulang hewan--Anda dapat melihat dan mengukur karbon dan nitrogen di tulang dan kami dapat melihat bahwa ia hanya makan rumput."
Pada waktu yang hampir bersamaan, hewan lain di daerah itu yang memakan rumput mulai mengubah makanan mereka menjadi dedaunan, semak, dan tumbuhan apa pun yang bisa mereka telan, tetapi tidak bagi unicorn Siberia. Ia terus mengunyah rumput, bahkan seperti, para peneliti percaya, permafrost (tanah yang berada di titik beku) yang mematikan akhirnya membunuhnya.
"Sepertinya makhluk unicorn ini begitu terspesialisasi untuk makan rumput, oleh karena itu tidak bisa bertahan hidup," kata Cooper.
"Kepalanya sangat besar, melebar sangat rendah, berposisi tepat di ketinggian rumput, jadi tidak perlu mengangkat kepalanya saat makan. Bahkan ada pertanyaan apakah ia bisa mengangkat kepalanya atau tidak. Ia sangat terspesialisasi sehingga setelah kondisi lingkungan bergeser ia mati."
Saat ini, hanya lima dari 250 spesies badak yang diketahui masih ada, tiga di antaranya terdaftar sebagai terancam oleh International Union for Conservation of Nature. Sangat sedikit badak yang tinggal dan dapat tetap bertahan hidup di luar taman nasional. Ini dikarenakan aksi perburuan dan hilangnya habitat.
Para ilmuwan percaya bahwa mempelajari kepunahan unicorn Siberia bisa membantu mereka menyelamatkan badak yang tersisa yang akan punah karena kekakuannya ketika memilih habitat untuk hidup.
Penelitian tim telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution.
Gimana masih mikir unicorn itu kuda? Yak selama masih imajinasi sih gak apa-apa kata ane mah.
Biarkan anak kecil itu taunya Unicorn berponi pelangi dan bertanduk satu, kan serem kalo tau tau film kartun yang di tonton atau buku cerita anak-anak berubah jadi badak bercula 1

Semoga artikel ane bermanfaat

Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 
Tahun yang nyaris sempurna untuk Luka Modric
3 Kebiasaan orang Indonesia yang picu risiko diabetes
Nih 5 alasan kenapa orang suka pake baju item
Sejarah jomlo dan perkembangannya
Wahai pecinta film lokal, nih film Indonesia yang bakal tayang bulan Desember
Mitos seputar HIV yang gak bener
5 Perbuatan Jahat yang Mungkin Agan Lakuin Setiap Harinya
Liverpool si Jago Kandang harus kalahkan Napoli jika ingin lolos
5 Pantangan Makanan yang gak boleh di makan malam hari biar tidur agan nyenyak
Kebiasaan yang bisa memicu kanker


Tahun yang nyaris sempurna untuk Luka Modric
3 Kebiasaan orang Indonesia yang picu risiko diabetes
Nih 5 alasan kenapa orang suka pake baju item
Sejarah jomlo dan perkembangannya
Wahai pecinta film lokal, nih film Indonesia yang bakal tayang bulan Desember
Mitos seputar HIV yang gak bener
5 Perbuatan Jahat yang Mungkin Agan Lakuin Setiap Harinya
Liverpool si Jago Kandang harus kalahkan Napoli jika ingin lolos
5 Pantangan Makanan yang gak boleh di makan malam hari biar tidur agan nyenyak
Kebiasaan yang bisa memicu kanker

1
8.6K
Kutip
62
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan