- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Analis: Masih Wajar


TS
bukan.salman
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Analis: Masih Wajar
TEMPO.CO, Jakarta- Nilai tukar Rupiah kembali melemah pada Selasa, 4 Desember 2018. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor, kurs dolar berada pada level Rp 14.293 per satu dolar Amerika Serikat.
Padahal pada Senin, 3 Desember 2018, Rupiah sempat menguat pada level Rp 14.252 per dolar AS. Angka tersebut lebih kuat 87 basis poin ketimbang pada akhir pekan lalu.
Tren menguatnya Rupiah terlihat kembali pada Kamis 29 November 2018 kala kurs menguat menjadi Rp 14.408 per dolar AS, saat sebelumnya sempat melemah ke Rp 14.535 per dolar AS pada Rabu, 28 November 2018.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih sebelumnya memprediksi Rupiah menguat terhadap dolar AS merespons sentimen positif dari melunaknya hubungan dagang negeri Abang Sam dengan Cina.
Dalam acara G20 Leaders di Buenos Aires, Argentina, kemarin, pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping telah menghasilkan sejumlah kesepakatan. Kesepakatan itu antara lain AS tidak bakal menaikkan tarif bea masuk dari 10 persen menjadi 25 persen untuk barang-barang impor dari Cina senilai US$ 200 miliar pada 1 Januari 2019. Selain itu, Cina setuju membeli produk-produk pertanian AS.
"Walaupun masih temporer, kesepakatan bisa menjadi sentimen positif bagi investor seiring dengan ketidakpastian global yang menurun," ujar Lana memprediksi dampak pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping terhadap nilai tukar Rupiah.
Sementara itu, Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan pelemahan Rupiah relatif wajar. "Setelah mengalami apresiasi dalam beberapa hari terakhir ini," kata Lukman, 4 Desember 2018.
Menurut dia, pelemahan nilai tukar Rupiah itu cenderung bersifat teknikal, dan masih memiliki peluang untuk kembali menguat terhadap dolar AS. Dolar AS, lanjut dia, masih terbebani pernyataan The Fed yang menilai suku bunga telah mendekati normal, situasi itu memicu minat pasar terhadap emerging market masih tinggi.
"Kenaikan suku bunga tahun depan diperkirakan tidak akan seagresif tahun ini, sehingga dampaknya Rupiah akan masuk ke dalam tren penguatan ke depannya," katanya.
Pengamat pasar uang S E N S O R Indonesia Rully Nova menambahkan meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina juga dapat menjadi faktor bagi Rupiah untuk kembali terapresiasi. "Konflik perang dagang diharapkan tidak berkepanjangan sehingga aset 'emerging market' kembali diminati," katanya.
sumber
0
1.2K
6


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan