Pertualangan 2 Sahabat ( Cerita Dengan Multiple choice )
TS
c4punk1950...
Pertualangan 2 Sahabat ( Cerita Dengan Multiple choice )
Maaf sebelumnya ane hanya ingin bercerita sedikit sebelum agan dan sista membaca dongeng ini lebih jauh. Jadi dalam cerita ini agan dan sista ada choice matters alias pilihan untuk memilih cerita bahasa kerennya Multiple choice, entah dari pilihan yang agan sista lakukan nanti akan membuat cerita menjadi berbeda dan tiap-tiap karakterpun nantinya bisa berbeda cerita. Kemungkinan juga akan ada ending yang berbeda-beda.
Untuk itu ane tidak menyertakan indeks karena dibawah pilihan cerita yang agan dan sista lakukan ada tulisan " next " yang akan menuju ke cerita selanjutnya, sesuai dengan pilihan agan.
Mungkin yang terbiasa bermain game telltale sudah terbiasa dengan jalan cerita seperti ini. Akan ada cerita petualangan dan juga cinta, tergantung pilihan agan ke depannya nanti.
bagaimana tertarikkah untuk membaca dongengan saya kali ini. Yukk lah langsung saja dibaca dan mohon di review dan comentnya ya gan and sis...insya Allah berhadiah cendol dari anS E N S O R..sebelum membaca monggo diseduh dulu kopinya, serupuutt ahhh...
created by c4punk@2018
Petualangan 2 Sahabat
Matahari terlihat bersinar malu-malu seakan enggan untuk menyapa para penghuni bumi yang nampak masih lelah menjalani kehidupan, sinarnya terasa tak garang seperti hari biasanya namun panasnya tetap saja membuat diriku terasa hangat. Bulir keringat mulai keluar dari tubuhku, rasa haus pun menyapa setelah aku berlari dua putaran di taman kota yang memang disediakan pemerintah untuk warganya.
"Fiuhhh...." kuseka sekali lagi keringat di wajah dengan handuk kecil yang kubawa.
"hoshhh....hoshhh...." deru nafasku pun bersahutan tak berirama.
"Ganii...tungguin gua dong..." aku memanggil sahabatku.
"Lambat lo punk.."
"Ahhh ....pe a, lo nya aja yang kecepetan..." ujarku sembari mengatur nafas.
Aku tak kuasa untuk terus berlari, kulihat bangku taman aku pun segera duduk untuk melepaskan lelah yang menjalar ke seluruh tubuhku. Kulihat kawanku si Gani meledekku dari jauh dan ia terus berlari hingga tak terlihat lagi diantara pepohonan rindang yang asri.
"Sialll....minumnya habis" umpatku seketika.
Dengan jengkel aku pun membuang botol minum ke tempat sampah yang tadi sempat kuteguk hanya sedikit, tak bisa membuat rasa hausku hilang saat itu. Kembali kurebahkan diriku sambil mengatur tempo nafas yang kembang kempis.
Kutatap pepohonan yang menaungiku di bangku taman, terlihat sepasang burung saling bersahutan "mmmhhh...indah sekali taman ini" aku berguman dalam hati. Tiba-tiba dari arah belakang bangku taman kulihat seseorang melakukan tindakan kriminal, seorang pemuda tanggung mengambil tas seorang wanita. Tubuhku yang baru saja terkuras tenaganya memang tak bisa berbuat banyak, terjadi perang batin dalam diriku haruskah aku menolong wanita itu atau aku biarkan saja pura-pura tidak tahu. Karena tempatku memang agak jauh dari tempat kejadian.
Kulihat wanita itu meronta ketika tasnya diambil paksa, keadaan saat itu memang agak sepi dari biasanya. Pemuda itupun berhasil mengambil tas dari wanita, terjadi tarikan kasar yang membuat ia terjatuh lalu berteriak lemah "tolong....tolong..." instingku sebagai lelaki harus menolongnya ketika melihat si pemuda tadi tapi lagi dan lagi fisikku tak bisa diajak kerjasama.
Disinilah aku harus memilih antara menolong dan tidak, "huffff...." aku menarik nafas agar otakku lebih cepat bekerja diantara dua pilihan.
Pilihan A. Menolong
Spoiler for Menolong:
Akhirnya tanpa pikir panjang aku pun segera berlari mengejar pemuda yang merampas tas si wanita tadi, dengan langkah kaki yang kupaksakan akhirnya aku sedikit lagi bisa mengejarnya "hoshh...hoshh" nafasku sudah di ujung tanduk. Kupaksakan semua energiku, lalu "brukk..." aku menabrakan diriku ke si pemuda itu. Wajahnya terlihat keren walau di balut dengan masker hitam, terlihat hidungnya yang mancung seperti tidak ada tampang begal, tapi belum sempat aku terpana lebih jauh.
"Bughhh..." pukulan mendarat di perutku.
"Siapa lo...jangan sok jagoan...mau mati lo" pemuda itupun menghardikku dengan pisau di tangan. Aku masih merasakan sakit tapi kutahan, kupersiapkan kuda-kuda untuk segera menyerang.
Sorot mataku pun fokus pada beberapa titik vital untuk segera menjatuhkan lawan dengan cepat, tanpa banyak bicara kami pun sudah terlibat perkelahian.
Tanpa diduga pemuda itu juga pandai menggunakan ilmu bela diri, pertarungan pun berjalan seru. Pukulan ku banyak mengenai angin, pemuda itu berkelit menghindar. Hampir serupa denganku pemuda itu dengan susah payah menusuk bagian vitalku, "Hiaaatt.." teriaknya. Ia meluncurkan tendangan balik yang cepat aku menghindar ke kiri. Kulihat pertahanannya goyah tanpa pikir panjang aku langsung menyapu kakinya yang belum berdiri sempurna.
"kyaaa....bughh..." ia pun terjatuh dengan sukses ke tanah. Aku kembali menghampiri dirinya menendang pisau yang terlepas dari tangannya kemudian segera menguncinya.
"Ampunn...bang...ampunnn..." ucapnya menahan nyeri yang dirasakan oleh tangannya. Aku pun mengancamnya agar ia menyerah, ia mengangguk tanda setuju.
Kemudian kulihat dari jauh wanita yang tasnya diambil berlari ke arah kami, "astaga....." ternyata wanita itu mempunyai wajah yang sempurna, matanya, dagunya serta bibir tipisnya membuatku terpana. Tubuhnya pun terlihat proporsional, sangat elok bila di pandang mata, tak terasa aku melonggarkan kuncianku.
"Awas....!!!" bibir tipis itu seakan memperingatkanku, aku tak siaga dan "crashhh..." aku berguling merasakan bahu yang sakit di sebelah kanan, darah pun segera keluar tanpa permisi.
"Sialll..." ucapku perlahan darah masih mengalir dari bahuku. Pemuda itu kembali memegang pisau dan wajahnya menyeringai, kembali ia menyerangku aku menunduk ke bawah sambil menendang dengan berputar, "brakkk...Wadawww." wajah pemuda itu sukses mencium bangku taman terlihat darah mengucur dari bibirnya. "Anjing lo..." ia kembali menyerangku demgan cepat belum sempat aku menghindar dan "Bughh..."
Pemuda itu tersungkur di tanah sambil memegang perutnya, "ampunn...bang....ampun bang...". Pukulan bertubi-tubi mengenai wajah dan perutnya hingga nyaris wajahnya yang rupawan sudah tak berbentuk lagi. "Mati lo....mati lo..." ujar pemuda yang memukuli sang pencopet tadi.
"Gani...cukup" ujarku "Nanti dia benar mati..kita yang repot" aku menahan tangannya agar tak memukulinya kembali. Sedangkan wanita yang di rampas tasnya sudah berada di sampingku, ia menangkupkan tangannya ketika melihat pemuda yang tergeletak tak berdaya dibuka maskersnya oleh Gani. " Reza..."ucapnya ia pun menghampiri si pemuda yang sudah babak belur di pukul Gani.
"Apa yang lo lakuin....ngapain lo ngerampas tas gua..." ucap gadis itu dengan wajah marah namun bersahaja. Dengan terbata pemuda yang kuketahui bernama Reza berkata " Gua sengaja, karena ingin buktiin lo selingkuh apa ga dari HP lo....!! Lo tau kan gua sayang banget ma lo...tapi kalo lo gua ajak pergi suka ga mau ....malah lo pergi ke taman ini sendiri. Ngapain...!!"
Wanita itu tampak kikuk, "Gua kesini bukan seperti yang lo kira, gua mau nemuin adek lo Ratih..." Nampak pemuda itu seakan bingung dengan jawaban si wanita tersebut.
"Ratihhh...jadi lo kesini mau nemuin Ratih... ??" ekspresi bingung tergambar dari raut wajahnya. "Iya..." ucap wanita itu. "Jadi ini siapa ?" ia menunjukku. "Gua juga ga tahu.." wanita itu membalas dengan ketus.
Tanpa basa basi aku menghampiri pemuda itu, setelah tahu apa yang terjadi aku memapahnya menuju bangku taman.
"Sorry gua pikir lo begal..." ucapku "Gua yang harusnya minta maaf, gua pikir lo selingkuhan tunangan gua, hampir aja lo gua bunuh....maklum gua cowok yang posesif" ujarnya sambil mengaduh. "Sudahlah lupakan...." ujarku penuh rasa persahabatan " bahu lo ga apa-apa kan ?" ia bertanya agak khawatir. "Ya berdarah....nih..." aku memperlihatkan luka robek yang kuderita. "Sekali lagi gua minta maaf sama lo..." Kulihat Gani sedang berbincang dengan wanita itu. Lalu "Nama gua Reza..." sambil menjulurkan tangannya. "Mahendra Brata Prawira...tapi panggil saja c4punk" ucapku kemudian.
Kemudian kupanggil Gani agar mendekat, ia dan wanita itu menghampiri nampaknya Gani meminta maaf kalau ia yang bikin bonyok wajah pemuda yang ternyata tunangannya wanita itu. "Ohhh iya za...ini kenalin teman gua yang tadi mukulin lo". Gani pun menjulurkan tanganya "Sorry ya gua pikir lo musuh sohib gua...." Reza pun tersenyum dengan bibir yang masih berdarah "Reza Agustinus " ia menjabat tangan Gani. "Mahesa Senggani" ucap kawanku. Kemudian wanita itu pun mulai mengenalkan dirinya "Pertiwi Mardhiko... Panggil saja Tiwi" akupun menyebutkan kembali namaku. "Mahendra Brata Prawira...tapi panggil saja c4punk" lalu tampak seorang gadis cantik lebih cantik dari wanita di depanku tampak tergesa menghampiri kami.
"Kakak...kenapa" ujar gadis itu sesudah sampai dihadapan kami, "Ga apa-apa dek hanya salah paham.." ia pun menjelaskan kronologi dari awal kejadian hingga saat ini kepada adiknya. "Ohh iya nih kenalin adek gua nih punk...gan..." ucap Reza, aku berdua pun mengenalkan nama diri kita masing-masing " Ratih Purwanti" ucapnya lembut."Maaf ya buat semuanya, gara-gara kakak saya semua jadi pada ribut" kami berdua mengangguk seperti tersetrum dengan kecantikan adiknya Reza. Belum sempat aku berkata Gani mencolekku "Punk...lebih baik kita pulang biarkan mereka ini urusan keluarga" benar juga ucapan Gani, akhirnya kami pun berpamitan untuk pulang dengan alasan ingin segera merawat luka robek yang kuderita. Kami pun kembali saling meminta maaf dan pergi menjauhi mereka bertiga.
"Aduhhh..." ujarku memegangi bahu yang terluka. Gani kulihat tertawa " Lagian sok Jagoan main kejar aja untung lo ga mati" kudiamkan saja ocehan kawanku sembari meninggalkan taman tempatku olahraga pagi. Tampak sinar mentari mulai tak ragu untuk membakar kulit para penghuni bumi, aku dan Gani terus berjalan hingga menghilang di tengah kerumunan kota.
Aku terus melihat kejadian itu tanpa bergerak sedikitpun, kuperhatikan lari pemuda dengan masker hitam di wajahnya begitu cepat. Tas itu pun berpindah tangan dan si Wanita tentu saja berteriak minta tolong. Tidak ada seorangpun yang menolongnya karena tempat ini sedang sepi berbeda dengan hari biasanya. Ada rasa iba dalam hatiku, namun aku enggan untuk mengejar pemuda itu, lelah yang sangat sudah menggelayuti diriku. Aku hanya bisa termenung melihat kejadian tersebut.
Kulihat pemuda itu menghilang dari pandanganku, ada rasa bersalah di hatiku kenapa tak mengejarnya. Kurebahkan kembali diriku di bangku taman, lambat laun ku mendengar isak tangis seorang wanita mendekati diriku.
"hikss...hikss...." aku terpana melihatnya ternyata suara itu dari wanita cantik yang kulihat tadi. Ia pun berjalan mendekatiku lalu duduk berdampingan denganku di bangku taman. "Mbak kenapa ?" tanyaku. Ia menjawab persis seperti yang kulihat tadi kembali ia menangis, "Sabar ya mbak....maaf saya tak melihat kejadiannya, baru kejadian ?" tanyaku pura-pura. Ia hanya mengangguk bibir tipisnya sangat mempesona ketika ku lihat lebih dalam. "Apa yang hilang ?" ia pun membuka suara "Handphone dan surat-surat penting lainnya" dengan wajah yang memelas menahan amarah atas apa yang terjadi dengan dirinya.
"Ehhh sorry gua "Mahendra Brata Prawira...tapi panggil saja c4punk" ucapku mengenalkan diri. "Pertiwi Mardhiko" ucap wanita itu. Tangannya begitu lembut membuat hatiku sempat berdesir, lalu aku mengajaknya agar segera melapor ke polisi secepatnya untuk mengurus surat yang hilang serta dokument penting lainnya. Nampaknya ajakanku pun bersambut, ia mengangguk tanda setuju kami berduapun segera melangkahkan kaki meninggalkan taman tersebut.
Aku merasa ada yang mengawasiku tapi entah siapa ? Ada sesuatu yang salah sepertinya, aku pun menengok kebelakang tidak ada siapa-siapa kosong hanya suara burung saling bersahutan yang kudengar.
"Anehh..." gumanku lalu kembali berjalan bersama wanita yang baru ku kenal tadi, kulihat dengkulnya lecet dan berdarah. "Sorry... Tiwi dengkul lo lecet tuh, lebih baik kita obati dulu lukanya" ucapku "Sudah lah tidak apa-apa, nanti juga sembuh" kemudian ia pun kembali berjalan dan badannya limbung. Aku segera menangkapnya, kupegang punggungnya agar tak terjatuh tatapan matanya beradu dengan mataku, lembut wajahnya membuatku terpaku. "Ahhhh....sorry" ucapnya ketika kembali ia kudirikan, "lebih baik kita obati dulu luka lo...bahaya nanti, tenang aja tempat tinggal gua deket kok dari sini" ia pun mengangguk.
Tak terasa tangannya memegang bahuku, jalannya yang tertatih memang membuatku harus hati-hati. Kami pun berjalan kembali hingga terasa seperti ada yang mengawasi gerak gerik kami hingga akhirnya kami pun menghilang di tengah kerumunan kota.