, kali ini ane mau berbagi cerita nih tentang pengalaman horror ane ketika ane masih SMP. Btw ini thread pertama ane ya gan, jadi mohon maaf jika penulisan atau penempatan kata sedikit berantakan hehe
dan mungkin kisah ini akan jadi beberapa part karna ini pengalaman yg cukup panjang, karna hampir 2 tahun mungkin ane dan teman-teman ane sering bertemu 'DIA'
Nama-nama yang ane sebutin semua ane samarkan ya, demi menjaga nama baik dan juga reputasi, ane takut ada nyebut salah kata yang dapat menyinggung orang-orang yang terlibat
Nama ane Rafiz, Jadi waktu itu pertengahan tahun 2012, ane & teman-teman ane ini suka banget ngebolang siang-siang (maklum lah masih bocah

)
Nah ane ini tinggal disalah satu perumahan di kota balikpapan gan, dan perumahan ane ini dekat dengan pemakaman muslim dan juga bersebelahan dengan perumahan elite dengan developor yg beda.
nb: pemakaman, perumahan ane, baru dibelakang perumahan elite. Jadi tempat pemakaman sama perumahan elite cukup jauh, tapi lebih dekat dgn perumahan ane
.
.
Skip ya
.
kita berenam orang(termasuk ane) ngelilingin isi perumahan ini, sekalian jalan-jalan gitu dan cuci mata gitu

Ane, Reo, Monae, Kelvin, Tiyan, & Iman menyusuri blok demi blok hingga sore, dan tempat terakhir kami susuri adalah Gunung, biasa orang-orang komplek nyebutnya Gunung BSD(samaran nama perumahan ane)
Nah dulunya gunung ini sempat jadi Generator Genset di Komplek ane(karna dulu PLN belum msuk di komplek ane gan, soalnya perumahan baru) tapi sekarang udah jadi lahan kosong, nah mengapa ini disebut Gunung BSD? Karna kalo naik keatas seluruh isi komplek bisa keliatan gan, dan gunung ini juga jadi perbatasan antara perumahan ane dengan perumahan elite sebelah. Digunung ini ada 2 tempat, yg pertama gunung bekas generator genset, dan yang kedua gunung lapangan bola, jadi tiap sore kadang anak-anak komplek sebelah main bola di gunung ini gan (permukaannya datar kok) dan cukup luas juga. Nah di tempat kedua ini gan ane punya banyak cerita yang melibatkan hampir seluruh teman-teman komplek ane.
Di lapangan Bola ini terdapat pondok kecil di dekat tembok perbatasan perumahan ane dan perumahan sebelah, dan ada juga box kotak besar yg sampe skrg ane gatau siapa yg taro ataupun tau apa isi box itu(sampe skrg box nya masih ada gan) dan diujung lapangan bola terdapat gunung lagi gan, cuman gunung yg ini hutannya lebat, banyak pohon, tapi gak terlalu besar sih.
Nah karna kami masih punya sedikit tenaga buat jalan-jalan, ane & teman2 ane mencoba menaiki gunung tersebut, nah saat ditengah jalan kami nemuin sebuah gubuk kayu, tua, kecil, dan banyak ilalang-ilalang disekitar gubuknya seperti bekas rumah tapi sudah gaada dindingnya, sisa dinding triplek bagian belakang gubuk itu yg tersisa, itupun sdh bolong-bolong dan rusak seperti dihancurin paksa gitu. Kami pun cuma terdiam sambil memandangi gubuk dan istirahat sejenak di gubuk ini, diatas gubuk ini kita masih bisa ngeliat lapangan bola & gunung pertama dari sini(tapi kalo kita liat dari lapangan bola ataupun gunung pertama, gubuk ini gak keliatan sama sekali. Ane juga bingung, mungkin karna ketutupan pohon-pohon)
.
.
Sambil duduk-duduk, kami ngobrol2, cerita pengalaman kami masing-masing, dan becanda tawa sama-sama di gubuk itu hingga gak kerasa waktu sudah menunjukan pukul 6 sore, udah mau maghrib.
Kami yang mulai beranjak balik tiba-tiba terdiam terpaku melihat sesosok nenek-nenek bungkuk, berbaju putih, dan rambut yang dikonde, dibelakang gubuk membelakangi kami, awalnya kami semua belum kepikiran soal setan, tapi kami bingung, itu Nenek-nenek datang darimana? Gak ada suaranya lagi, sedangkan hutan dibelakang gubuk itu sudah jelas Buntu karna ketutupan sama pager pembatas perumahan sebelah.
Kami yang celingak celinguk saling tatap bertatapan kebingungan kehadiran nenek tersebut, hingga Kelvin akhirnya angkat bicara duluan,
"permisi nek? Nenek dari mana?" tanya Kelvin
Beberapa saat belum ada respon,
"nek?"
Masih belum ada respon.
sampe hari hampir gelap, dan akhirnya nenek itu membalikkan wajahnya menatap kami, sambil tersenyum dengan
Wajah nenek itu hancur sebelah, matanya masih bergelantungan mau jatuh, bajunya yg putih tapi disekitar lehernya penuh bekas tetesan darah.
"astagfirullah!!" "an*i*g!!" semua kata kami lontarkan, kami langsung lari terbirit-birit sampe sandal ane lepas ketinggalan satu dan gapeduli pokoknya terus lari turun sampe kebawah gunung. Sampe di gunung pertama kami ngos-ngosan, keringet + muka kami semua pucat kayak org sakit. Gak ada sepatah kata yg keluar dari mulut kami, kami seperti sudah kehabisan kata-kata, karna di posisi sekarang tepat di depan mata kami semua kami liat dengan jelas penampakan itu!!!
Akhirnya kami semua memutuskan pulang kerumah masing-masing dengan tampang yang sudah normal kembali, dan berusaha melupakan apa yang terjadi barusan.
Dan berharap kejadian seperti itu tidak akan terulang kembali.
namun sepertinya takdir berkata lain