Kalau kamu anak UGM, kamu pasti sudah enggak asing dengan rumor mistis yang satu ini. Seorang ‘mahasiswa abadi’ yang lebih dikenal dengan nama ‘Mbak Yayuk’ ini konon dulunya adalah seorang mahasiswa yang skripsinya selalu ditolak dosen.

Karena frustasi, Mbak Yayuk kemudian memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara lompat dari ketinggian di Gedung Fakultas Ekonomi (FE).

“Katanya sih dulu dia stres gitu skripsinya ditolak terus makanya bunuh diri lompat dari Gedung FE,” kata Widi, salah satu alumni UGM.

Sampai sekarang, sosoknya disebut-sebut masih suka berkeliaran di bahkan pernah tertangkap lewat kamera CCTV.   

Setelah mangkrak cukup lama pembangunan Gedung Parkir Spiral UNJ, kini para mahasiswa dan masyarakat kampus dapat menggunakan fasilitas parkir tersebut. Namun ternyata di balik luasnya gedung parkir itu, terdapat cerita mistis yang sempat dialami oleh Rio, alumni UNJ.

Dia bercerita, temannya tersebut parkir motor di lantai 5 saat masih pagi buta. Saat temannya tersebut ingin turun ke lantai 1 menggunakan lift, pintu lift tak kunjung menutup padahal dia sudah memencetnya berkali-kali.

Sempat berhasil tertutup sesaat, kemudian pintu lift tersebut kembali terbuka, padahal saat kejadian tersebut tak ada seorang pun kecuali dirinya. Hingga akhirnya lift itu berhasil turun, tapi kemudian, lift tersebut harus terhenti di lantai 3

“Pas pintu liftnya kebuka, dia ngeliat ada bayangan hitam gitu masuk ke lift, terus dia denger suara. Karena panik dan buru-buru menutup lift, ternyata dia kembali lagi ke lantai 5,” ujar Rio.

Jembatan Teksas merupakan singkatan dari teknik dan sastra karena jembatan ini menghubungkan Fakultas Teknik dan Fakultas Sastra (sekarang FIB). Jembatan ini menjadi salah satu spot yang terkenal angker di UI, meskipun masih banyak lagi cerita mistis yang dimiliki oleh kampus yang terletak di Depok ini.

Salah satu alumni FIB UI, Fathir, menceritakan pada kumparan bahwa dia dulu pernah melewati Jembatan ini bersama dengan teman perempuannya pada malam hari.

Singkat cerita, setelah belajar dan makan bersama di daerah Kutek (Kukusan Teknik), mereka pulang berjalan kaki melewati Jembatan Teksas karena sudah tidak ada lagi bikun alias bis kuning. Sesampainya di Jembatan Teksas, Fathir menakut-nakuti teman perempuannya tentang arwah mayat yang ditemukan di danau. Namun anehnya, secara bersamaan, terdengar suara besi di Jembatan Teksas dipukul. Suara tersebut semakin nyaring dan semakin cepat. Padahal tidak ada orang lain di sana selain Fathir dan teman perempuannya.

“Kami berpegangan tangan sepanjang melewati FIB karena dia sepertinya agak shock. Saya merasa bersalah. Tapi kisah aneh tak berhenti sampai di sana. Ketika melewati jalan setapak di bekas kandang rusa itu, kami mencium bau melati yang begitu menyerbak, seakan dia melewati hidung kami begitu saja. Padahal, saya nyaris tiap hari lewat sana dan tidak pernah mencium bau melati. Dia (teman perempuan) bilang, mungkin kita diikuti,” kata Fathir.

Memang sudah bukan rahasia lagi, jika Jembatan Teksas memang terkenal horor. Bahkan beberapa mahasiswa mengaku sering mendengar suara tawa perempuan dan melihat sosok yang disebut dengan kuntilanak.

PSBJ yang merupakan singkatan dari Pusat Studi Bahasa Jepang di kampus Unpad Jatinangor, juga terkenal dengan cerita mistisnya. Letak PSBJ berada dalam Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad.

Seorang mahasiswa FIB Unpad, Muti, bahkan pernah tidak sengaja mengalami kejadian tak enak saat dirinya menjadi panitia festival budaya di sekitaran kampus FIB tersebut

Awalnya dia mendengar ada suara sayup-sayup seperti seorang perempuan menangis di pojok gedung PSBJ dekat deretan toilet pagar kayu. Ternyata saat didekati, suara tersebut berasal dari temannya yang memang sedang punya masalah dengan sang pacar.

Saat Muti membujuk temannya agar berhenti menangis, salah satu teman panitia lain meneriaki Muti  dan temannya yang menangis tersebut agar segera beranjak dan kembali melakukan tugas kepanitiaan.

Ternyata, keesokan harinya, teman yang meneriaki Muti tersebut melihat sesosok nenek sedang memelototi Muti dan temannya yang menangis tersebut.

Saat malam itu, tidak ada orang lain kecuali panitia festival budaya yang notabene adalah mahasiswa FIB. Semuanya masih muda dan tentu saja tidak ada yang berusia nenek-nenek.