- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jadi Korban Duit Raja, Ratna Sarumpaet Nyaris Seret Kwik Kian Gie Rakyat


TS
BowoSan
Jadi Korban Duit Raja, Ratna Sarumpaet Nyaris Seret Kwik Kian Gie Rakyat

Quote:
RAKYATKU.COM, JAKARTA - Ratna Sarumpaet, jadi korban penipuan sejumlah orang. Mereka menjanjikan duit raja di bank Singapura dan Wolrd Bank senilai Rp23 triliun akan dicairkan. Syaratnya, menyetor sejumlah uang untuk pencairan. Ratna tertipu, dia menyetor Rp50 juta. Dan uang tak kunjung cair.
Dilansir dari Detik, Ratna mengajukan permintaan bertemu berulang kali kepada Kwik Kian Gie sejak Juli 2018.
Namun mantan Menteri Koordinator Ekonomi serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas itu, tidak pernah menanggapinya.
Baru pada Kamis, 6 September 2018, Kwik menerima permintaan Ratna, yang saat itu sudah tercatat sebagai salah satu Juru Kampanye Nasional Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019, untuk bertemu.
"Saya sebetulnya malas. Tapi kalau nggak ditemui, akan begitu terus (meminta ketemu). Terjadilah pertemuan pada 6 September pukul 11.00-13.00 WIB," ujar Kwik saat berbincang dengan detikcom, Jumat, 5 Oktober 2018 lalu.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam di kantor Kwik di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu, Ratna ternyata tidak sendiri. Dia membawa lima orang yang tidak pernah dikenal Kwik sebelumnya.
"Saya hanya ingat satu orang yang mengaku sebagai orang Papua, tapi wajahnya tidak seperti orang Papua. Dan dia mengaku mantan anggota DPRD Papua," tutur Kwik.
Ada juga yang mengaku sebagai keturunan Raja Aceh, yang mengatakan bahwa raja yang berkuasa pada tahun 1600 menabung uang. Dan uang itu saat ini diklaim disimpan di salah satu bank di Inggris. Jumlahnya, Kwik mengingat-ingat ucapan mereka, sekitar 750 juta pound sterling atau USD750 juta.
Nah, orang yang mengaku sebagai orang Papua tersebut, kata Kwik, meminta ditransfer dari Inggris uang sebesar USD100 juta, bagian dari tabungan itu, kepada yang mengaku sebagai keturunan raja Aceh lewat bank pelat merah. "Saya lupa dia menyebut Bank BRI atau BNI begitu," ucap Kwik.
Namun, menurut Ratna kepada Kwik, bank tersebut tidak mau memberikan uang yang telah ditransfer tersebut. Selanjutnya mereka ke Bank Indonesia, tapi tetap tidak ditanggapi. Konon, Ratna cs juga sempat mendatangi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Polhukam Wiranto untuk mengejar uang yang dikirim dari Inggris itu.
"Saya langsung berpikir, 'Wah, ini sudah nggak keruan.' Ujung-ujungnya minta bantuan kepada saya untuk mengurus klaim mereka," kata Kwik.
Namun, saat Kwik meminta bukti transfer dari Inggris, Ratna cs tidak bisa menunjukkannya. Mereka hanya menyorongkan dokumen yang, menurut Kwik, tebalnya setengah meter, yang disimpan di dalam kardus. Saat itu Kwik hanya sekilas membuka dokumen yang disodorkan. Dia merasa malas dan pusing dengan lembaran dokumen di dalam kardus itu.
Akhirnya Kwik meminta sekretarisnya menyimpan dokumen tersebut lantaran dirinya tidak sudi membaca dokumen yang dinilainya tidak jelas juntrungannya itu. Melihat sikap Kwik yang kurang respek terhadap dokumen yang diberikan, Ratna kemudian bilang punya rangkuman dokumen itu. Tapi, setelah dicek, rangkuman yang dimasukkan dalam map warna merah itu isinya hanya tulisan sejumlah nama dan sejumlah uang.
"Namanya orang asing semua. Mereka bilang ini uangnya ada di UBS Swiss. Pokoknya saya menganggap omongan mereka bohong semua. Saya merasa sudah membuang-buang waktu bersama mereka," ujar Kwik.
Kwik, yang mengaku masih merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, semakin kesal karena ujung-ujungnya Ratna cs meminta uang Rp 2 miliar untuk mengurus uang yang USD100 juta tersebut. "Pada akhirnya dia bilang, untuk 'berkelahi' dengan Jokowi itu butuh uang Rp 1-2 miliar. Lalu saya katakan, 'Saya tidak punya. Uang sejumlah itu betul-betul saya tidak punya,'" kata Kwik.
Sejak pertemuan itu, Kwik pun menangkap kesan Ratna cs berupaya menipunya. Selain itu, dia menduga, sebelum bertemu dengan dirinya, Ratna cs sudah melakukan hal sama kepada orang lain. Dua minggu berselang, Ratna membuat heboh dengan pengakuannya kepada Prabowo dan kawan-kawannya soal penganiayaan yang dialaminya di Bandung, Jawa Barat, 21 September 2018. Menyimak informasi yang beredar, Kwik pun langsung berkesimpulan bahwa keterangan Ratna bohong.
"Makanya saya merasa wajib memberi tahu Sandi (Sandiaga Uno). Sebab, saya kenal Prabowo ya lewat Sandi," begitu kata Kwik. Sayang, Kwik baru sempat menyampaikan soal perilaku Ratna pada 3 Oktober 2018, saat kebohongan Ratna telah menyebar ke Prabowo, Sandi, Amien Rais, dan sejumlah elite parpol pendukung. "Malam-malam dari Singapura saya telepon Pak Sandi, kira-kira pukul 22.00 WIB waktu Indonesia. Jadi saya beri tahu by phone," tutur Kwik.
Sandiaga pun mengakui ditelepon oleh Kwik soal Ratna itu. "Pak Kwik ingin mengingatkan kita harus perhatian kepada Ibu Ratna," ucap Sandi di Restoran Al Jazeerah Signature, Jalan Johar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 4 Oktober 2018.
Sumber : Rakyatku
https://news-rakyatku-com.cdn.amppro...034545kwik.jpg
Dilansir dari Detik, Ratna mengajukan permintaan bertemu berulang kali kepada Kwik Kian Gie sejak Juli 2018.
Namun mantan Menteri Koordinator Ekonomi serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas itu, tidak pernah menanggapinya.
Baru pada Kamis, 6 September 2018, Kwik menerima permintaan Ratna, yang saat itu sudah tercatat sebagai salah satu Juru Kampanye Nasional Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019, untuk bertemu.
"Saya sebetulnya malas. Tapi kalau nggak ditemui, akan begitu terus (meminta ketemu). Terjadilah pertemuan pada 6 September pukul 11.00-13.00 WIB," ujar Kwik saat berbincang dengan detikcom, Jumat, 5 Oktober 2018 lalu.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam di kantor Kwik di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu, Ratna ternyata tidak sendiri. Dia membawa lima orang yang tidak pernah dikenal Kwik sebelumnya.
"Saya hanya ingat satu orang yang mengaku sebagai orang Papua, tapi wajahnya tidak seperti orang Papua. Dan dia mengaku mantan anggota DPRD Papua," tutur Kwik.
Ada juga yang mengaku sebagai keturunan Raja Aceh, yang mengatakan bahwa raja yang berkuasa pada tahun 1600 menabung uang. Dan uang itu saat ini diklaim disimpan di salah satu bank di Inggris. Jumlahnya, Kwik mengingat-ingat ucapan mereka, sekitar 750 juta pound sterling atau USD750 juta.
Nah, orang yang mengaku sebagai orang Papua tersebut, kata Kwik, meminta ditransfer dari Inggris uang sebesar USD100 juta, bagian dari tabungan itu, kepada yang mengaku sebagai keturunan raja Aceh lewat bank pelat merah. "Saya lupa dia menyebut Bank BRI atau BNI begitu," ucap Kwik.
Namun, menurut Ratna kepada Kwik, bank tersebut tidak mau memberikan uang yang telah ditransfer tersebut. Selanjutnya mereka ke Bank Indonesia, tapi tetap tidak ditanggapi. Konon, Ratna cs juga sempat mendatangi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menko Polhukam Wiranto untuk mengejar uang yang dikirim dari Inggris itu.
"Saya langsung berpikir, 'Wah, ini sudah nggak keruan.' Ujung-ujungnya minta bantuan kepada saya untuk mengurus klaim mereka," kata Kwik.
Namun, saat Kwik meminta bukti transfer dari Inggris, Ratna cs tidak bisa menunjukkannya. Mereka hanya menyorongkan dokumen yang, menurut Kwik, tebalnya setengah meter, yang disimpan di dalam kardus. Saat itu Kwik hanya sekilas membuka dokumen yang disodorkan. Dia merasa malas dan pusing dengan lembaran dokumen di dalam kardus itu.
Akhirnya Kwik meminta sekretarisnya menyimpan dokumen tersebut lantaran dirinya tidak sudi membaca dokumen yang dinilainya tidak jelas juntrungannya itu. Melihat sikap Kwik yang kurang respek terhadap dokumen yang diberikan, Ratna kemudian bilang punya rangkuman dokumen itu. Tapi, setelah dicek, rangkuman yang dimasukkan dalam map warna merah itu isinya hanya tulisan sejumlah nama dan sejumlah uang.
"Namanya orang asing semua. Mereka bilang ini uangnya ada di UBS Swiss. Pokoknya saya menganggap omongan mereka bohong semua. Saya merasa sudah membuang-buang waktu bersama mereka," ujar Kwik.
Kwik, yang mengaku masih merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, semakin kesal karena ujung-ujungnya Ratna cs meminta uang Rp 2 miliar untuk mengurus uang yang USD100 juta tersebut. "Pada akhirnya dia bilang, untuk 'berkelahi' dengan Jokowi itu butuh uang Rp 1-2 miliar. Lalu saya katakan, 'Saya tidak punya. Uang sejumlah itu betul-betul saya tidak punya,'" kata Kwik.
Sejak pertemuan itu, Kwik pun menangkap kesan Ratna cs berupaya menipunya. Selain itu, dia menduga, sebelum bertemu dengan dirinya, Ratna cs sudah melakukan hal sama kepada orang lain. Dua minggu berselang, Ratna membuat heboh dengan pengakuannya kepada Prabowo dan kawan-kawannya soal penganiayaan yang dialaminya di Bandung, Jawa Barat, 21 September 2018. Menyimak informasi yang beredar, Kwik pun langsung berkesimpulan bahwa keterangan Ratna bohong.
"Makanya saya merasa wajib memberi tahu Sandi (Sandiaga Uno). Sebab, saya kenal Prabowo ya lewat Sandi," begitu kata Kwik. Sayang, Kwik baru sempat menyampaikan soal perilaku Ratna pada 3 Oktober 2018, saat kebohongan Ratna telah menyebar ke Prabowo, Sandi, Amien Rais, dan sejumlah elite parpol pendukung. "Malam-malam dari Singapura saya telepon Pak Sandi, kira-kira pukul 22.00 WIB waktu Indonesia. Jadi saya beri tahu by phone," tutur Kwik.
Sandiaga pun mengakui ditelepon oleh Kwik soal Ratna itu. "Pak Kwik ingin mengingatkan kita harus perhatian kepada Ibu Ratna," ucap Sandi di Restoran Al Jazeerah Signature, Jalan Johar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 4 Oktober 2018.
Sumber : Rakyatku
https://news-rakyatku-com.cdn.amppro...034545kwik.jpg
Kena tipu

Diubah oleh BowoSan 13-11-2018 16:37


tien212700 memberi reputasi
4
5.5K
Kutip
70
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan