- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Baik buruk menyimpan rahasia orang lain


TS
kangjati
Baik buruk menyimpan rahasia orang lain

Menjadi tempat curhat orang lain pasti punya kebanggaan tersendiri, karena udah dipercayain seseorang buat ngejaga rahasia orang tersebut.

Tapi ternyata, menyimpan rahasia orang lain itu buruk loh buat mental. Ini penjelasannya

Quote:

Ilustrasi rahasia | Sokoloko /Shutterstock
Menyimpan rapat rahasia orang lain, meskipun punya manfaat yang besar, tapi bisa membebani mental.
Oleh karena itu, agar kesejahteraan mental tetap terjaga, ada kalanya curhat soal rahasia pada seseorang justru lebih bijak.
Begitu kesimpulan dua studi baru yang dipimpin oleh Dr Michael Slepian dari Columbia University.
Supaya mudah dipahami, Elizabeth Bernstein, kolumnis di Wall Street Journal(WSJ) yang juga pemerhati pendidikan dan perilaku, memberi contoh kasus berdasarkan pengalaman hidupnya.
Rebecca, adik perempuan Bernstein, suatu kali menelepon dengan panik.
Rebecca meminta kakaknya segera memesan tiket pesawat untuk menemaninya menjalani biopsi payudara keesokan harinya.
Rebecca bilang, dia takut mendengar hasil dan butuh dukungan sang kakak. Namun, ia tak ingin ada satu pun keluarga yang tahu karena tak mau tertekan oleh ceramah dan nasihat yang tidak perlu.
Bernstein mengabulkan permintaan adiknya dengan membawa segudang dilema. Pasalnya, ayahnya adalah spesialis bedah ortopedi, dan kakak perempuannya berprofesi sebagai ginekolog. Dia tahu mengungkap rahasia pada keluarga pasti baik, tetapi Bernstein memilih tak ambil pusing.
Beberapa hari berselang, sang ibu menelepon Bernstein sambil marah-marah. Alasannya, adiknya yang cemas terpaksa bicara jujur soal biopsi. Sang ibu merasa Bernstein sengaja mencegah keluarga mendukung kesehatan Rebecca. Kakaknya yang ginekolog lebih parah, dia sakit hati karena Bernstein seolah tidak percaya pada keahliannya.
Akhirnya, hasil biopsi negatif dan keluarga seakan lupa pada masalah ketidakjujuran itu, tetapi terlanjur efek tumpang tindih.
Di satu sisi, Rebecca berterima kasih dan tambah percaya pada kakaknya. Namun, Bernstein sadar dalam menjaga rahasia adiknya, ia telah mengkhianati orang lain. Butuh lebih dari seminggu untuk mentralisir kecanggungan keluarga. Kondisi itu sangat menyiksa.
Untuk mencapai simpulan studi, mengutip penjelasan Profesor psikologi, Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., dalam Psychology Today, kisah serupa Bernstein adalah satu dari sekitar 13.000 rahasia yang diteliti.
Peneliti menyurvei lebih dari 800 orang secara korelasional maupun eksperimental.
Jenis rahasia yang dipilih sengaja mencakup topik-topik sulit, tapi banyak dilakukan seperti ketidaksetiaan perasaan, aborsi, pencurian, trauma, hingga perselingkuhan.
Lebih lanjut, di samping memperkuat rasa percaya dan ikatan, dua studi yang sama-sama dipublikasikan dalam Journal of Experimental Social Psychology itu menemukan bahwa menyimpan rahasia orang lain bisa merusak kesehatan pelan-pelan dengan mengurangi kebahagiaan dan tingkat kepuasan hidup.
Kenapa menyimpan rahasia orang lain bisa buruk?
Menurut peneliti, bukan rahasianya yang memberatkan, melainkan seberapa sering Anda memikirkan rahasia tersebut. Terutama jika Anda merasa suatu rahasia bertentangan dengan prinsip hidup, misalnya, ketika merahasiakan seorang teman berselingkuh, sedangkan Anda tahu pasangannya itu orang yang baik.
Bahkan, rahasia yang tidak terlalu Anda pikirkan sekalipun jika berpotensi menyakiti orang lain atau membuat Anda jadi sulit spontan menjadi diri sendiri juga bisa menggerogoti kesehatan.
Pasalnya, mengutip Mindbodygreen, privasi dan rahasia itu berbeda.
Privasi mengacu pada pilihan sadar yang kita buat untuk tidak membagikan sesuatu yang dianggap urusan pribadi. Sementara rahasia, cenderung dimotivasi oleh rasa malu, takut akan penilaian, disertai penilaian diri sendiri dan ketidaknyamanan.
Bercermin pada kasus Bernstein, menyimpan rahasia orang lain bisa memberatkan karena apa yang seharusnya menjadi privasi, malah dijadikan rahasia dua orang. Istilahnya “turbulansi privasi”, yakni ketika ketidaksetujuan membuat kita merasa melanggar aturan, tabu, atau kesepakatan dan ingin menyangkal situasi, tetapi serba salah.
Selain itu, Dr Slepian menemukan bahwa rata-rata orang punya 13 rahasia dan lima di antaranya tak pernah diungkap. Itu saja sudah berat, apalagi harus ditambah rahasia orang lain.
Alasan terakhir, jelas ahli saraf Gopal Chopra dalam Forbes, bagian korteks di otak kita yang berfungsi menangani emosi dan motivasi sebetulnya terlatih untuk jujur dan spontan. Menyimpan rahasia akan membuat korteks itu tidak berfungsi dengan baik sehingga mengalami stres.
Pada fisik, stres di otak bermanifestasi sebagai nyeri tubuh, menurunkan tingkat energi sehingga tidak bergairah, dan penurunan kesejahteraan secara menyeluruh.
Terlepas dari itu, jika Anda terganggu oleh suatu rahasia, menceritakan pada orang yang dianggap “aman” sangat disarankan, yaitu orang-orang berkepribadian tegas dan berbelas kasih, bukan orang-orang yang sopan dan menunjukkan antusias tinggi. Mereka dengan kepribadian pertama lebih bijak menanggapi situasi dan pandai menganalisis solusi.
Sedikit memaparkan, Dr Slepian adalah profesor manajemen bisnis di Columbia Business School yang mempelajari psikologi di balik menyimpan rahasia. Ia memulai penelitian pertamanya pada tahun 2010 dan melanjutkan sekitar 10 studi berbeda tentang menyimpan rahasia—dengan serangkaian penelitian lagi—hingga tahun 2017.
Pada Bulan Mei 2017, ia menerbitkan studi yang berfokus pada bagaimana menyimpan rahasia diri sendiri bisa memiliki konsekuensi negatif terhadap kesehatan.
Lalu, sepanjang 2018, bersama tim peneliti dari University of Melbourne di Australia, Dr Slepian mulai meneliti efek dari menyimpan rahasia orang lain yang diklaim sebagai pertama dari jenisnya.
Oleh karena itu, agar kesejahteraan mental tetap terjaga, ada kalanya curhat soal rahasia pada seseorang justru lebih bijak.
Begitu kesimpulan dua studi baru yang dipimpin oleh Dr Michael Slepian dari Columbia University.
Supaya mudah dipahami, Elizabeth Bernstein, kolumnis di Wall Street Journal(WSJ) yang juga pemerhati pendidikan dan perilaku, memberi contoh kasus berdasarkan pengalaman hidupnya.
Rebecca, adik perempuan Bernstein, suatu kali menelepon dengan panik.
Rebecca meminta kakaknya segera memesan tiket pesawat untuk menemaninya menjalani biopsi payudara keesokan harinya.
Rebecca bilang, dia takut mendengar hasil dan butuh dukungan sang kakak. Namun, ia tak ingin ada satu pun keluarga yang tahu karena tak mau tertekan oleh ceramah dan nasihat yang tidak perlu.
Bernstein mengabulkan permintaan adiknya dengan membawa segudang dilema. Pasalnya, ayahnya adalah spesialis bedah ortopedi, dan kakak perempuannya berprofesi sebagai ginekolog. Dia tahu mengungkap rahasia pada keluarga pasti baik, tetapi Bernstein memilih tak ambil pusing.
Beberapa hari berselang, sang ibu menelepon Bernstein sambil marah-marah. Alasannya, adiknya yang cemas terpaksa bicara jujur soal biopsi. Sang ibu merasa Bernstein sengaja mencegah keluarga mendukung kesehatan Rebecca. Kakaknya yang ginekolog lebih parah, dia sakit hati karena Bernstein seolah tidak percaya pada keahliannya.
Akhirnya, hasil biopsi negatif dan keluarga seakan lupa pada masalah ketidakjujuran itu, tetapi terlanjur efek tumpang tindih.
Di satu sisi, Rebecca berterima kasih dan tambah percaya pada kakaknya. Namun, Bernstein sadar dalam menjaga rahasia adiknya, ia telah mengkhianati orang lain. Butuh lebih dari seminggu untuk mentralisir kecanggungan keluarga. Kondisi itu sangat menyiksa.
Untuk mencapai simpulan studi, mengutip penjelasan Profesor psikologi, Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., dalam Psychology Today, kisah serupa Bernstein adalah satu dari sekitar 13.000 rahasia yang diteliti.
Peneliti menyurvei lebih dari 800 orang secara korelasional maupun eksperimental.
Jenis rahasia yang dipilih sengaja mencakup topik-topik sulit, tapi banyak dilakukan seperti ketidaksetiaan perasaan, aborsi, pencurian, trauma, hingga perselingkuhan.
Lebih lanjut, di samping memperkuat rasa percaya dan ikatan, dua studi yang sama-sama dipublikasikan dalam Journal of Experimental Social Psychology itu menemukan bahwa menyimpan rahasia orang lain bisa merusak kesehatan pelan-pelan dengan mengurangi kebahagiaan dan tingkat kepuasan hidup.
Kenapa menyimpan rahasia orang lain bisa buruk?
Menurut peneliti, bukan rahasianya yang memberatkan, melainkan seberapa sering Anda memikirkan rahasia tersebut. Terutama jika Anda merasa suatu rahasia bertentangan dengan prinsip hidup, misalnya, ketika merahasiakan seorang teman berselingkuh, sedangkan Anda tahu pasangannya itu orang yang baik.
Bahkan, rahasia yang tidak terlalu Anda pikirkan sekalipun jika berpotensi menyakiti orang lain atau membuat Anda jadi sulit spontan menjadi diri sendiri juga bisa menggerogoti kesehatan.
Pasalnya, mengutip Mindbodygreen, privasi dan rahasia itu berbeda.
Privasi mengacu pada pilihan sadar yang kita buat untuk tidak membagikan sesuatu yang dianggap urusan pribadi. Sementara rahasia, cenderung dimotivasi oleh rasa malu, takut akan penilaian, disertai penilaian diri sendiri dan ketidaknyamanan.
Bercermin pada kasus Bernstein, menyimpan rahasia orang lain bisa memberatkan karena apa yang seharusnya menjadi privasi, malah dijadikan rahasia dua orang. Istilahnya “turbulansi privasi”, yakni ketika ketidaksetujuan membuat kita merasa melanggar aturan, tabu, atau kesepakatan dan ingin menyangkal situasi, tetapi serba salah.
Selain itu, Dr Slepian menemukan bahwa rata-rata orang punya 13 rahasia dan lima di antaranya tak pernah diungkap. Itu saja sudah berat, apalagi harus ditambah rahasia orang lain.
Alasan terakhir, jelas ahli saraf Gopal Chopra dalam Forbes, bagian korteks di otak kita yang berfungsi menangani emosi dan motivasi sebetulnya terlatih untuk jujur dan spontan. Menyimpan rahasia akan membuat korteks itu tidak berfungsi dengan baik sehingga mengalami stres.
Pada fisik, stres di otak bermanifestasi sebagai nyeri tubuh, menurunkan tingkat energi sehingga tidak bergairah, dan penurunan kesejahteraan secara menyeluruh.
Terlepas dari itu, jika Anda terganggu oleh suatu rahasia, menceritakan pada orang yang dianggap “aman” sangat disarankan, yaitu orang-orang berkepribadian tegas dan berbelas kasih, bukan orang-orang yang sopan dan menunjukkan antusias tinggi. Mereka dengan kepribadian pertama lebih bijak menanggapi situasi dan pandai menganalisis solusi.
Sedikit memaparkan, Dr Slepian adalah profesor manajemen bisnis di Columbia Business School yang mempelajari psikologi di balik menyimpan rahasia. Ia memulai penelitian pertamanya pada tahun 2010 dan melanjutkan sekitar 10 studi berbeda tentang menyimpan rahasia—dengan serangkaian penelitian lagi—hingga tahun 2017.
Pada Bulan Mei 2017, ia menerbitkan studi yang berfokus pada bagaimana menyimpan rahasia diri sendiri bisa memiliki konsekuensi negatif terhadap kesehatan.
Lalu, sepanjang 2018, bersama tim peneliti dari University of Melbourne di Australia, Dr Slepian mulai meneliti efek dari menyimpan rahasia orang lain yang diklaim sebagai pertama dari jenisnya.
Ternyata menyimpan rahasia itu punya tanggung jawab dan resiko yang besar.
Gak main-main apabila kita tertekan dengan rahasia yang kita pegang, itu malah bisa neghancurin diri kita sendiri.

Tapi gak perlu panik, kalo emang agan punya rahasia dan gak sanggup nanggung sendiri, agan bisa cerita hal itu ama orang-orang yang agan anggap bener-bener aman.

Quote:


Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh

SUMUR :
Beritagar.id
Quote:
Jangan lupa kunjungi thread ane yang lain gan 
Dampak kebiasaan tidur pada ingatan
Ada apa dengan jimat
5 Jenis olahraga yang mampu membakar banyak kalori
Bahaya mengkonsumsi daging anjing
Hari ini Gun N' Roses akan mengajak penonton bernostalgia
Seperti Rambut, ternyata jenggot juga perlu perawatan
Film Bohemian Rhapsody vs kisah nyata Queen dan Mercury (Mengandung Sop Iler)
Pengen bebasin diri dari stres? Menangislah
Terungkap, kalimat paling seksi untuk pasangan agan
Pecinta film lokal? nih deretan film Indonesia yang tayang bulan November


Dampak kebiasaan tidur pada ingatan
Ada apa dengan jimat
5 Jenis olahraga yang mampu membakar banyak kalori
Bahaya mengkonsumsi daging anjing
Hari ini Gun N' Roses akan mengajak penonton bernostalgia
Seperti Rambut, ternyata jenggot juga perlu perawatan
Film Bohemian Rhapsody vs kisah nyata Queen dan Mercury (Mengandung Sop Iler)
Pengen bebasin diri dari stres? Menangislah
Terungkap, kalimat paling seksi untuk pasangan agan
Pecinta film lokal? nih deretan film Indonesia yang tayang bulan November

2
5.9K
Kutip
57
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan