Para desainer yang bernaung dalam IFC atau Indonesian Fashion Chamber mulai menjaring pasar singapura. Mereka mulai memasarkan karya-karya mereka melalui pop up store d2-i di mal paragon Singapura yanh terletak di orchad. Kurang Lebih ada sekitar 30 desainer dari berbagai daerah di indonesia ikut serta.
Pop up store D2i adalah salah satu mal yang tidak hanya lokal singapura melainkan banyak turis yang bertransaksi juga.
Kita mendapat sambutan yang antusias dari para konsumen ujar Ali. Konsep nya adalah tentang kain dan kultur tradisional indonesia yang dikemas secara modern(kekinian).
Para konsumen beranggapan bahwa batik biasanya berwarna coklat atau agak gelap namun para desainer membuatnya berbeda tampil dengan warna cerah dan masuk selera pasar singapura.
Bisa dipadulan dengan jins pula.
Dengan kisaran harga antara 150 dollar singapura dan 170 dollar singapura, menurut konsumen sangat terjangkau bahkan masuk kategori murah meski ada juga yang dipasarkan dengan harga mencapai 500 dollar singapura.
Untuk tahap awal meraka mendapat panduan terkait dengan produk yang semestinya mereka pasarkan. Seperti membawa identitas indonesia melalui kain-kain tradisional indonesia yang disajikan dalam kemasan modern. Tidak sekedar beda, tetapi sekaligus menjadi peluang bagi desainer indonesia untuk meraih peluang pasar global.
Secara ekonomi pop-up store d2i di disingapura memberikan hasil terbaik sehingga dapat dipertimbangkan menjadi toko permanen di masa datang.
Ini adalah peluang bagi para desainer muda untuk mengembangkan potensinya. Khususnya mengembangkan gaya tradisional menjadi modern tanpa menghilangkan khas indonesianya.
Salah satu desainer menuturkan karya-karya yang dibawanya ke singapura untuk dipasarkan mendapat penyeleksian yang ketat karena bukan hanya diperuntukan masyarakat lokal singapura namun untuk pasar internadional.
Ini adalah kali keempat IFC mengadakanya dan merupakan kali pertama di luar negeri.