- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
BPS: Kualitas Pertumbuhan Rendah


TS
sukhoivsf22
BPS: Kualitas Pertumbuhan Rendah
BPS: Kualitas
Pertumbuhan Rendah
Selasa 6/11/2018 | 06:00

Foto : istimewa
JAKARTA - Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS), Suhariyanto, saat
memaparkan kinerja
perekonomian kuartal III-2018 di
Jakarta, Senin (5/11),
mengatakan pemerintah harus
mencari solusi agar pertumbuhan
ekonomi pada kuartal IV-2018
lebih tinggi dan berkualitas.
Perlunya pertumbuhan yang lebih
tinggi dan berkualitas agar
secara akumulasi pertumbuhan
ekonomi sepanjang tahun 2018
bisa mencapai 5,15 persen.
“Pertumbuhan ekonomi di kuartal
III-2018 secara nominal di atas
ekspektasi, akan tetapi
kualitasnya rendah,” kata
Suhariyanto.
Menurut dia, realisasi
pertumbuhan di kuartal ketiga
sebesar 5,17 persen, lebih
rendah dibanding kuartal
sebelumnya yang tercatat 5,27
persen. Hal itu disebabkan
defisitnya neraca perdagangan
yang menjadi faktor pengurang.
Diketahui, kendatipun
pertumbuhan ekonomi lebih
rendah dari triwulan II 2018, tetapi
pertumbuhan ekonomi RI masih
lebih tinggi dibanding triwulan III
2017 yang hanya menyentuh
angka 5,06 persen.
Ekspor sendiri jelasnya masih
tumbuh, tetapi pertumbuhannya
belum bisa mengimbangi naiknya
impor. Ekspor triwulan III ini
secara tahunan year on year (yoy)
naik 8,33 persen, sedangkan
impor tumbuh 23,71 persen,
sehingga terjadi defisit.
Dengan tersisa satu kuartal lagi,
dia berharap pemerintah
menggenjot ekspor agar defisit
neraca perdagangan berkurang.
Dia menjelaskan, pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,17 persen
tersebut ditopang oleh konsumsi
rumah tangga sebesar 2,69
persen dan faktor lainnya yakni
konsumsi pemerintah.
Sementara secara kewilayahan,
struktur ekonomi Indonesia pada
triwulan III masih didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa
yang memberikan kontribusi
terhadap produk domestik bruto
(PDB) sebesar 58,57 persen
dengan pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,74 persen.
Pada posisi kedua ditempati oleh
provinsi di Pulau Sumatera
dengan kontribusi terhadap PDB
sebesar 21,53 persen dengan
pertumbuhan ekonomi 4,72
persen, lalu disusul oleh
Kalimantan yang kontribusinya
terhadap PDB sebesar 8,07
persen dengan pertumbuhan
ekonomi triwulan III 3,45 persen.
Pulihan Kepercayaan
Kemudian, oleh provinsi-provinsi
di Pulau Sulawesi dengan
kontribusi terhadap PDB sebesar
6,28 persen dengan
pertumbuhan ekonomi 6,74
persen. Selanjutnya, Bali dan
Nusa Tenggara dengan
kontribusi terhadap PDB sebesar
3,04 persen dengan
pertumbuhan minus 0,65 persen
karena bencana gempa.
Lalu, Maluku dan Papua dengan
kontribusi terhadap PDB 2,51
persen terhadap pertumbuhan
6,87 persen.
Lalu, Maluku dan Papua dengan
kontribusi terhadap PDB 2,51
persen terhadap pertumbuhan
6,87 persen.
Pengamat Ekonomi dari Institute
for Development of Economics
and Finance (Finance), Bhima
Yudisthira, menegaskan lebih
rendahnya pertumbuhan ekonomi
RI pada triwulan III karena dipicu
oleh beragan faktor seperti
penurunan harga komoditas
perkebunan seperti sawit dan
karet berpengaruh terhadap
kinerja ekspor yg cuma tumbuh
7,52 persen (yoy).
Kemudian, kinerja konsumsi
rumah tangga stagnan di 5,01
persen.
“Konsumsi ini perlu jadi perhatian
utama karena porsinya 55,26
persen, menurun dibanding
triwulan III 2017 yakni 55,73
persen.
Padahal di triwulan III ada
momentum Asian Games,
ternyata daya dorong ke
konsumsinya tidak besar dan
hanya berefek lokal di Jakarta
dan Palembang,” ungkap Bhima.
Dia berharap pemerintah segera
mencari solusi terhadap
kepercayaan konsumen di tengah
naiknya bunga kredit, pelemahan
kurs rupiah dan tekanan harga
bahan bakar minyak (BBM)
nonsubsidi. ers/E-9
http://www.koran-jakarta.com/bps--ku...umbuhan-rendah
Pertumbuhan Rendah
Selasa 6/11/2018 | 06:00

Foto : istimewa
JAKARTA - Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS), Suhariyanto, saat
memaparkan kinerja
perekonomian kuartal III-2018 di
Jakarta, Senin (5/11),
mengatakan pemerintah harus
mencari solusi agar pertumbuhan
ekonomi pada kuartal IV-2018
lebih tinggi dan berkualitas.
Perlunya pertumbuhan yang lebih
tinggi dan berkualitas agar
secara akumulasi pertumbuhan
ekonomi sepanjang tahun 2018
bisa mencapai 5,15 persen.
“Pertumbuhan ekonomi di kuartal
III-2018 secara nominal di atas
ekspektasi, akan tetapi
kualitasnya rendah,” kata
Suhariyanto.
Menurut dia, realisasi
pertumbuhan di kuartal ketiga
sebesar 5,17 persen, lebih
rendah dibanding kuartal
sebelumnya yang tercatat 5,27
persen. Hal itu disebabkan
defisitnya neraca perdagangan
yang menjadi faktor pengurang.
Diketahui, kendatipun
pertumbuhan ekonomi lebih
rendah dari triwulan II 2018, tetapi
pertumbuhan ekonomi RI masih
lebih tinggi dibanding triwulan III
2017 yang hanya menyentuh
angka 5,06 persen.
Ekspor sendiri jelasnya masih
tumbuh, tetapi pertumbuhannya
belum bisa mengimbangi naiknya
impor. Ekspor triwulan III ini
secara tahunan year on year (yoy)
naik 8,33 persen, sedangkan
impor tumbuh 23,71 persen,
sehingga terjadi defisit.
Dengan tersisa satu kuartal lagi,
dia berharap pemerintah
menggenjot ekspor agar defisit
neraca perdagangan berkurang.
Dia menjelaskan, pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,17 persen
tersebut ditopang oleh konsumsi
rumah tangga sebesar 2,69
persen dan faktor lainnya yakni
konsumsi pemerintah.
Sementara secara kewilayahan,
struktur ekonomi Indonesia pada
triwulan III masih didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa
yang memberikan kontribusi
terhadap produk domestik bruto
(PDB) sebesar 58,57 persen
dengan pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,74 persen.
Pada posisi kedua ditempati oleh
provinsi di Pulau Sumatera
dengan kontribusi terhadap PDB
sebesar 21,53 persen dengan
pertumbuhan ekonomi 4,72
persen, lalu disusul oleh
Kalimantan yang kontribusinya
terhadap PDB sebesar 8,07
persen dengan pertumbuhan
ekonomi triwulan III 3,45 persen.
Pulihan Kepercayaan
Kemudian, oleh provinsi-provinsi
di Pulau Sulawesi dengan
kontribusi terhadap PDB sebesar
6,28 persen dengan
pertumbuhan ekonomi 6,74
persen. Selanjutnya, Bali dan
Nusa Tenggara dengan
kontribusi terhadap PDB sebesar
3,04 persen dengan
pertumbuhan minus 0,65 persen
karena bencana gempa.
Lalu, Maluku dan Papua dengan
kontribusi terhadap PDB 2,51
persen terhadap pertumbuhan
6,87 persen.
Lalu, Maluku dan Papua dengan
kontribusi terhadap PDB 2,51
persen terhadap pertumbuhan
6,87 persen.
Pengamat Ekonomi dari Institute
for Development of Economics
and Finance (Finance), Bhima
Yudisthira, menegaskan lebih
rendahnya pertumbuhan ekonomi
RI pada triwulan III karena dipicu
oleh beragan faktor seperti
penurunan harga komoditas
perkebunan seperti sawit dan
karet berpengaruh terhadap
kinerja ekspor yg cuma tumbuh
7,52 persen (yoy).
Kemudian, kinerja konsumsi
rumah tangga stagnan di 5,01
persen.
“Konsumsi ini perlu jadi perhatian
utama karena porsinya 55,26
persen, menurun dibanding
triwulan III 2017 yakni 55,73
persen.
Padahal di triwulan III ada
momentum Asian Games,
ternyata daya dorong ke
konsumsinya tidak besar dan
hanya berefek lokal di Jakarta
dan Palembang,” ungkap Bhima.
Dia berharap pemerintah segera
mencari solusi terhadap
kepercayaan konsumen di tengah
naiknya bunga kredit, pelemahan
kurs rupiah dan tekanan harga
bahan bakar minyak (BBM)
nonsubsidi. ers/E-9
http://www.koran-jakarta.com/bps--ku...umbuhan-rendah
0
969
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan