Percaya atau nggak, sistem perkereta-apian Indonesia jaman sekarang sudah berubah drastis kalau dibandingkan sama jaman dulu, semua serba teratur, dari penumpang bahkan sampai penjadwalan datang-perginya kereta, tapi yuk kita flashback ke tahun 1987, tepatnya tanggal 19 Oktober, kejadian yang bikin seantero Indonesia gempar, kejadian yang disebut Tragedi Bintaro.



Pada awalnya, 19 Oktober itu hari yang biasa aja, tapi semuanya berubah ketika kepala stasiun Serpong yang memberangkatkan kereta api KA 225 ke stasiun Sudimara tanpa mengecek kepenuhan stasiun tersebut.
Ketua PPKA yang bernama Djamhari langsung mengibarkan bendera merah yang menandakan bahwa kereta tidak seharusnya berangkat tapi masinis tidak melihat isyarat tersebut. Djamhari pun berusaha mengejar kereta tersebut tapi usahanya sia sia.




Tak kehilangan akal, Djamhari pun pergi ke ruangan pengawas peron untuk membunyikan Semboyan Genta darurat ke perlintasan Pondok Betung, tapi usahanya sia sia dikarenakan petugas perlintasan Pondok Betung tidak hafal semboyan genta.

KA 220 yang baru melewati perlintasan berjalan dengan kecepatan 25 km/jam sedangkan KA 225 berjalangan dengan kecepatan 30 km/jam, kedua kereta tersebut pun saling bertabrakan di tikungan S km 18,75, Tragedi ini merenggut 156 korban jiwa dan 300 lebih luka luka

Atas kecerobohan ini, masinis KA 225 yang bernama Slamet Suradio dihukum 5 tahun penjara dan ketua PPKA stasiun kebayoran yang bernama Umrihadi dihukum 10 bulan penjara

Terlepas dari pantas atau tidaknya mereka mendapat hukuman tersebut, nyawa manusia bukanlah suatu hal yang bisa dianggap remeh, kecerobohan kecil pun bisa berdampak besar.

Pesawat terbang itu salah satu, atau bahkan media transportasi teraman yang pernah ada. Tapi tidak ada hal yang sempurna di dunia ini.

Persis pada tahun baru, 1 Januari 2007, pesawat Adam Air dengan nomor penerbangan 574 berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya menuju Bandara Sam Ratulangi, Manado. Awalnya sih nggak ada masalah dengan penerbangan ini, semua sistem terlihat normal dan pilot pun sudah siap



Sebelum berangkat, para pilot pun menerima informasi dari BMKGbahwa cuaca menuju destinasi mereka "buruk", tapi pesawat tetap berangkat sesuai jadwal.
Di tengah perjalanan, sistem navigasi pesawat mengalami kesalahan teknis, pada saat itu pesawat sudah mencapai 35000 kaki (alias 10668 meter). Melihat hal itu, pilot dan co-pilot pesawat berusaha memperbaiki masalah yang ada tapi disaat mereka melakukan hal itu, auto-pilot pesawat mati dan pesawat pun melakukan bank ke kanan tanpa sepengetahuan pilot dan co-pilot



Pesawat pun akhirnya melakukan nose-dive (manuver menukik kebawah) menuju laut dengan kecepatan 490 knots (atau 910 km / jam). Setelah 8 bulan pencarian, blackbox pesawat akhirnya ditemukan dan rekaman dari blackbox tersebut juga disebar luaskan di internet. Transkrip dari blackbox pesawat ini ada di video diatas loh gan

Warning aja, konten dibawah ini rada gimana gitu, ati ati aja



Kasus kapal hantu memang banyak diangkat, dari film film bahkan sampai dokumentasi. kasus yang satu ini memang masih diperdebatkan keasliannya gan, tapi gak kalah misterius

Di tahun 1947, kapal trading amerika yang bernama S.S Silver Star sedang berada di selat Malaka, ketika tiba tiba mereka mendapatkan pesan telegraf dari sebuah kapal yang berbunyi "Semua petugas termasuk kapten sudah mati, tergeletak di beberapa ruangan dan anjungan kapal, mungkin seluruh kru sudah mati". S.S Silver star pun mendapat beberapa pesat telegraf lainnya sampai akhirnya mereka mendapat pesan terakhir yang berbunyi "Aku mati" 



S.S Silver star pun mencari sumber dari pesan tersebut sampai akhirnya mereka ketemu dengan kapal S.S Ourang Medan. Awalnya S.S Silver Star memberikan isyarat ke S.S Ourang Medan dengan melambaikan tangan tapi tidak ada respon. S.S Silver star pun beranjak dari kapalnya dan mulai menaiki S.S Ourang medan untuk melihat kondisi didalam.
Didalam dek kapal, kru S.S Silver star pun melihat banyak mayat kru kapal S.S Ourang medan yang tergeletak, dengan mata melotot, mulut terbuka, dan tangan menjulur kedepan, seolah olah mereka sedang ketakutan. Di anjungan kapal, kru juga menemukan sang kapten S.S Ourang medan meninggal dengan keadaan yang sama dengan ABK nya. Tapi tidak berakhir disitu saja, kru S.S Silver Star juga menemukan sang operator telegraf S.S Ourang medan dengan kondisi yang mengenaskan, sama seperti yang lainnya dengan jarinya masih berada di telegraf.



Kru S.S Silver Star pun akhirnya berniat untuk menderek S.S Ourang medan ke pelabuhan terdekat, tapi ketika mereka hendak melakukan itu, asap tebal muncul dari dek bawah S.S Ourang Medan. Dengan panik, kru S.S Silver Star pun memutuskan tali penghubung ke S.S Ourang medan dan mereka pun menjauh, beberapa saat kemudian, S.S Ourang medan pun meledak, ledakannya begitu hebat hingga akhirnya kapal tersebut tenggelam dengan sendirinya.

Walaupun banyak media cetak yang memberitakan dan mereferensikan event ini, S.S Ourang Medan tidak tercatat dimanapun sebagai sebuah kapal yang "ada", bahkan tidak ada pada Lloyd Shipping Register