- Beranda
- Komunitas
- Female
- Kids & Parenting
[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo


TS
awalpermata
[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo
Quote:
image from vox.com
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
jika anak dibesarkan dengan celaan,
dia belajar memaki
jika anak dibesarkan dengan permusuhan / kekerasan
dia belajar membenci
jika anak dibesarkan dengan cemoohan
dia belajar rendah diri
jika anak dibesarkan dengan hinaan
dia belajar menyesali diri
jika anak dibesarkan dengan toleransi
dia belajar menahan diri
jika anak dibesarkan dengan pujian
dia belajar menghargai
jika anak dibesarkan dengan dorongan
dia belajar percaya diri
jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perilaku
dia belajar keadilan
jika anak dibesarkan dengan rasa aman
dia belajar menaruh kepercayaan
jika anak dibesarkan dengan dukungan
dia belajar menyayangi dirinya
jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan
dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan
dia belajar memaki
jika anak dibesarkan dengan permusuhan / kekerasan
dia belajar membenci
jika anak dibesarkan dengan cemoohan
dia belajar rendah diri
jika anak dibesarkan dengan hinaan
dia belajar menyesali diri
jika anak dibesarkan dengan toleransi
dia belajar menahan diri
jika anak dibesarkan dengan pujian
dia belajar menghargai
jika anak dibesarkan dengan dorongan
dia belajar percaya diri
jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perilaku
dia belajar keadilan
jika anak dibesarkan dengan rasa aman
dia belajar menaruh kepercayaan
jika anak dibesarkan dengan dukungan
dia belajar menyayangi dirinya
jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan
dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan
---Dorothy Law Nolte Children Learn Way They Live---
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Target Asuh Didik
banyak orang tua yang bingung dan dilema saat mencari sekolah untuk anak-anaknya. karena sekarangini, semakin banyak pilihan sekolah dengan keunggulan yang berbeda-beda. sepintas memang memudahkan, tetapi banyaknya pilihan ini membuat kita sebagai orang tua harus lebih cermat saat memilih.
karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak, biasanya orang tua rela mengunjungi sekolah yang jadi referensi satu persatu. tak hanya fasilitas yang di ceck, tetapi juga kurikulum dan biasanya ini yang menjadi perhatian paling besar dan cara belajar di sekolah tersebut. kemudian setelah anak mulai bersekolah, biasanya orang tua terus melakukan kontrol berkala dan mengkritisi cara guru mengajar, kurikulum yang diberikan, dan segala yang berkaitan dengan perkembangan anak.
namun, sadarkah kita bahwa sekolah yang utama itu adanya di rumah ? dan, guru yang pertama itu adalah kita sebagai orang tua ? kitala yang berkewajiban membimbing anak-anak agar tumbuh menjadi manusia yang dewasa, mandiri, bertanggung jawab, peduli dan juga bermanfaat bagi semua. nah pertanyaannya sekarang : apakah kita punya kurikulum belajarnya ?
membuat kurikulum belajar di rumah bisa dimulai dengan memutuskan target belajar sang anak. contohnya di keluarga ane target belajar anak ane adalah agar mereka dapat mengambil keputusan mandiri dan rasional sebelum menginjak usia 13 tahun. kenapa sebelum 13 tahun ? karena kurang lebih pada usia inilah anak mulai masuk masa peralihan ke masa remaja.
sebelum anak masuk ke dunia remaja, dunia yang paling menghawatirkan orang tua, ane berharap anak ane sudah siap dengan jati dirinya yang terbangun di rumah, yaitu sebagai pengambil keputusan yang baik. kok bukan fokus pada mengambil keputusan ? kok, bukan fokus pada berbudi luhur atau berakhlak mulia ? ya, karena pada dasarnya hidup ini merupakan pilihan. pada akhirnya nanti anak akan memilih sendiri jalan hidup seperti apa yang akan mereka ambil. menanamkan keterampilan memilih menjadi sangat penting, sebab walaupun kita sudah mendidik anak untuk hidup dengan cara-cara dan norma hidup yang baik, tetapi godaan untuk mencicipi kehidupan gemerlap yang sesungguhnya penuh resiko itu akan selalu ada.pada akhirnya nanti, merekalah yang akan menentukan kehidupan seperti apa yang akan mereka jalani, dan apapun pilihan yang mereka ambil kelak tergantung pada keterampilannya dalam memilih.
cara mengambil keputusan yang paling mudah adalah pilih yang resikonya paling sanggup dihadapi. itu sebabnya kita harus menstimulasi anak sejak dini supaya bisa mengambil keputusan sendiri dan keputusan itu sudah didasarkan pada pertimbangan yang matang sejak awal, baik dilihat dari segi resiko maupun manfaatnya
ane inget saat dulu juga suka bertindak tanpa mikir panjang, tanpa terlebih dahulu memikirkan resikonya. istilahnya modal nekat sajalah !, waktu SMP, ane pernah ikut-ikutan untuk bawa motor sendiri, ekhh malahan nabrak orang lain, ane langsung kalang kabut, dari awal ane tidak berfikir kalau ternyata keputusan yang ane ambil ada resikonya.
pada momen inilah, mempertimbangkan resiko dan manfaatnya sebelum mengambil keputusan menjadi sangat penting. jadi, walaupun seandainya kita tetap terkena resiko, kita sudah lebih siap menghadapinya karena kita sudah mempertimbangkannya di awal secara masak-masak.
kembali ke tugas kita sebagai orang tua, yaitu mempersiapkan anak kita agar bisa terampil dalam mengambil keputusan. bagaimana sih caranya ? berikut cara-cara sederhannya
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Dan zaman sekarang meskipun keberadaannya sangat penting kecanggihan teknologi dengan segala kemudahannya dan bantuan yang datang dari asisten rumah tangga bisa melemahkan daya juang anak-anak, oleh karena itu sebagai orang tua kita di tuntut lebih kreatif dalam mengajarkan anak-anak dalam berjuang.
Contoh kecil yang bisa di lakukan di rumah adalah membiasakan anak-anak menikmati fasilitas yang ada di rumah "tidak secara cuma-cuma". Misalnya , menonton televisi. Sebelum anak-anak dibolehkan menonton televisi bisa di beri syarat atau "tantangan" terlebih dahulu agar dapat memupuk daya juang mereka.
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Bagaimana Anak Dapat Berada pada Tahap Sanggup Berjuang ?
"Sanggup Bersepakat dengan Diri Sendiri" adalah yang utama yang harus ditanamkan pada anak agar sanggup berjuang. Berjuang memang rasanya enggak enak dan bisa bikin frustasi, contoh kecilnya adalah bangun pagi. Saat bangun pagi, kadang hati dan pikiran enggak singkron.
Kadang hati masih mau leyeh-leyeh di tempat tidur, tapi kepala mengaharuskan kita buat bangun karena mau bekerja. Memang bersepakat dengan diri sendiri itu enggak mudah, eiittss..tapi jangan khawatir ada caranya kok yaitu belajar bersepakat dengan orang lain.
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Bagaimana Anak Dapat Bersepakat dengan Orang Lain ?
Agar anak sanggup bersepakat dengan orang lain, anak terlebih dahulu harus sanggup kecewa. Kecewa adalah suatu kondisi tidak puas karena tidak terkabulnya suatu keinginan atau harapan. Dalam proses bersepakat dengan orang lain tak jarang anak akan menemukan kekecewaan.
Di usia 3 tahun anak sudah bisa di ajarkan sanggup kecewa dengan aman dan nyaman, maksudnya adalah anak dapat melampiaskan rasa kecewanya tanpa menyakiti diri sendiri, orang lain, maupun merusak barang-barang.
Memang tidak mudah mempersiapkan anak agar "sanggup berjuang", namun kita harus realistis sebagai orang tua kita tidak bisa mendampingi dan melindungi anak kita selama 24 jam. Oleh karena itu sebagai orang tua kita wajib membimbing dan mengajarinya cara melindungi diri dengan belajar mengambil sendiri semua keputusan penting dalam hidupnya.
banyak orang tua yang bingung dan dilema saat mencari sekolah untuk anak-anaknya. karena sekarangini, semakin banyak pilihan sekolah dengan keunggulan yang berbeda-beda. sepintas memang memudahkan, tetapi banyaknya pilihan ini membuat kita sebagai orang tua harus lebih cermat saat memilih.
karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak, biasanya orang tua rela mengunjungi sekolah yang jadi referensi satu persatu. tak hanya fasilitas yang di ceck, tetapi juga kurikulum dan biasanya ini yang menjadi perhatian paling besar dan cara belajar di sekolah tersebut. kemudian setelah anak mulai bersekolah, biasanya orang tua terus melakukan kontrol berkala dan mengkritisi cara guru mengajar, kurikulum yang diberikan, dan segala yang berkaitan dengan perkembangan anak.
Quote:
image from cyberdakwah.com
namun, sadarkah kita bahwa sekolah yang utama itu adanya di rumah ? dan, guru yang pertama itu adalah kita sebagai orang tua ? kitala yang berkewajiban membimbing anak-anak agar tumbuh menjadi manusia yang dewasa, mandiri, bertanggung jawab, peduli dan juga bermanfaat bagi semua. nah pertanyaannya sekarang : apakah kita punya kurikulum belajarnya ?
membuat kurikulum belajar di rumah bisa dimulai dengan memutuskan target belajar sang anak. contohnya di keluarga ane target belajar anak ane adalah agar mereka dapat mengambil keputusan mandiri dan rasional sebelum menginjak usia 13 tahun. kenapa sebelum 13 tahun ? karena kurang lebih pada usia inilah anak mulai masuk masa peralihan ke masa remaja.
sebelum anak masuk ke dunia remaja, dunia yang paling menghawatirkan orang tua, ane berharap anak ane sudah siap dengan jati dirinya yang terbangun di rumah, yaitu sebagai pengambil keputusan yang baik. kok bukan fokus pada mengambil keputusan ? kok, bukan fokus pada berbudi luhur atau berakhlak mulia ? ya, karena pada dasarnya hidup ini merupakan pilihan. pada akhirnya nanti anak akan memilih sendiri jalan hidup seperti apa yang akan mereka ambil. menanamkan keterampilan memilih menjadi sangat penting, sebab walaupun kita sudah mendidik anak untuk hidup dengan cara-cara dan norma hidup yang baik, tetapi godaan untuk mencicipi kehidupan gemerlap yang sesungguhnya penuh resiko itu akan selalu ada.pada akhirnya nanti, merekalah yang akan menentukan kehidupan seperti apa yang akan mereka jalani, dan apapun pilihan yang mereka ambil kelak tergantung pada keterampilannya dalam memilih.
Quote:
image from tiledsoil.org
cara mengambil keputusan yang paling mudah adalah pilih yang resikonya paling sanggup dihadapi. itu sebabnya kita harus menstimulasi anak sejak dini supaya bisa mengambil keputusan sendiri dan keputusan itu sudah didasarkan pada pertimbangan yang matang sejak awal, baik dilihat dari segi resiko maupun manfaatnya
ane inget saat dulu juga suka bertindak tanpa mikir panjang, tanpa terlebih dahulu memikirkan resikonya. istilahnya modal nekat sajalah !, waktu SMP, ane pernah ikut-ikutan untuk bawa motor sendiri, ekhh malahan nabrak orang lain, ane langsung kalang kabut, dari awal ane tidak berfikir kalau ternyata keputusan yang ane ambil ada resikonya.
pada momen inilah, mempertimbangkan resiko dan manfaatnya sebelum mengambil keputusan menjadi sangat penting. jadi, walaupun seandainya kita tetap terkena resiko, kita sudah lebih siap menghadapinya karena kita sudah mempertimbangkannya di awal secara masak-masak.
kembali ke tugas kita sebagai orang tua, yaitu mempersiapkan anak kita agar bisa terampil dalam mengambil keputusan. bagaimana sih caranya ? berikut cara-cara sederhannya
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Bagaimana Anak Dapat Sanggup Membuat Keputusan Sacara Mandiri
Hidup adalah perjuangan, mulai dari lahir sampai akhir hayat. Perjuangan seseorang dalam menjalani hidup semakin teruji saat mereka memasuki tahap kehidupan mandiri atau sudah beranjak dewasa.
Dulu, lingkungan sekolah sering menjadi guru kita dalam membangun daya juang, sebab pada zaman kita dulu segalanya enggak semudah sekarang. Sehingga para orang tua dulu secara tidak langsung mendidik anak-anak mereka untuk lebih cepat mandiri.
Hidup adalah perjuangan, mulai dari lahir sampai akhir hayat. Perjuangan seseorang dalam menjalani hidup semakin teruji saat mereka memasuki tahap kehidupan mandiri atau sudah beranjak dewasa.
Dulu, lingkungan sekolah sering menjadi guru kita dalam membangun daya juang, sebab pada zaman kita dulu segalanya enggak semudah sekarang. Sehingga para orang tua dulu secara tidak langsung mendidik anak-anak mereka untuk lebih cepat mandiri.
Quote:
image from tiledsoil.orgDan zaman sekarang meskipun keberadaannya sangat penting kecanggihan teknologi dengan segala kemudahannya dan bantuan yang datang dari asisten rumah tangga bisa melemahkan daya juang anak-anak, oleh karena itu sebagai orang tua kita di tuntut lebih kreatif dalam mengajarkan anak-anak dalam berjuang.
Contoh kecil yang bisa di lakukan di rumah adalah membiasakan anak-anak menikmati fasilitas yang ada di rumah "tidak secara cuma-cuma". Misalnya , menonton televisi. Sebelum anak-anak dibolehkan menonton televisi bisa di beri syarat atau "tantangan" terlebih dahulu agar dapat memupuk daya juang mereka.
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Bagaimana Anak Dapat Berada pada Tahap Sanggup Berjuang ?
"Sanggup Bersepakat dengan Diri Sendiri" adalah yang utama yang harus ditanamkan pada anak agar sanggup berjuang. Berjuang memang rasanya enggak enak dan bisa bikin frustasi, contoh kecilnya adalah bangun pagi. Saat bangun pagi, kadang hati dan pikiran enggak singkron.
Quote:
image from tiledsoil.org
Kadang hati masih mau leyeh-leyeh di tempat tidur, tapi kepala mengaharuskan kita buat bangun karena mau bekerja. Memang bersepakat dengan diri sendiri itu enggak mudah, eiittss..tapi jangan khawatir ada caranya kok yaitu belajar bersepakat dengan orang lain.
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Bagaimana Anak Dapat Bersepakat dengan Orang Lain ?
Agar anak sanggup bersepakat dengan orang lain, anak terlebih dahulu harus sanggup kecewa. Kecewa adalah suatu kondisi tidak puas karena tidak terkabulnya suatu keinginan atau harapan. Dalam proses bersepakat dengan orang lain tak jarang anak akan menemukan kekecewaan.
Quote:
image from tiledsoil.org
Di usia 3 tahun anak sudah bisa di ajarkan sanggup kecewa dengan aman dan nyaman, maksudnya adalah anak dapat melampiaskan rasa kecewanya tanpa menyakiti diri sendiri, orang lain, maupun merusak barang-barang.
Memang tidak mudah mempersiapkan anak agar "sanggup berjuang", namun kita harus realistis sebagai orang tua kita tidak bisa mendampingi dan melindungi anak kita selama 24 jam. Oleh karena itu sebagai orang tua kita wajib membimbing dan mengajarinya cara melindungi diri dengan belajar mengambil sendiri semua keputusan penting dalam hidupnya.
![[COC] Anak Kita Mau Menjadi Apa Nanti, Ya ? #AslinyaLo](https://s.kaskus.id/images/2018/09/28/5896832_20180928033143.png)
Diubah oleh awalpermata 31-10-2018 17:09
1
666
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan