

TS
damnhottie
TOP 5 Kasus Yang Mencoreng Sportivitas Dalam Kompetisi E-Sports






Hai Gan Sis!



Quote:
Di tahun 2018 ini, lebih dari 1 dekade sangat terasa oleh kita pesatnya perkembangan teknologi mulai dari smartphone, personal computer dan secara general termasuk juga di dalamnya kemajuan zaman pada perkembangan aktivitas online. E-Sports adalah salah satu industri yang berkecimpung di dalamnya. Dan ringkasnya Gan Sis, perlu diakui bahwa E-Sports telah membuat kegiatan bermain video games masuk ke dalam aktivitas berkompetisi di level profesional.
First-person shooter dan MOBA atau Multiplayer Online Battle Arena saat ini adalah genre yang populer dalam E-Sports. Perusahaan-perusahaan yang kreatif dengan games-nya seperti Dota 2, League of Legends, Counter Strike: Global Offensive dan Overwatch membuat ajang kompetisi memperebutkan hadiah uang sampai bernilai puluhan juta USD agar para gamer dapat berpartisipasi bersama-sama bermain games dengan orang-orang yang termasuk dalam jajaran rangking tertinggi di dunia. Industri E-Sports sendiri diprediksi tahun 2018 memiliki revenue sebesar 1,9 miliar USD.
Pemerintah pun sekarang mengakui profesional video gamer sebagai atlet E-Sports. Sebagai atlet haruslah memiliki dan menjunjung sportivitas namun besarnya revenue dan popularitas yang melekat pada E-Sports terkadang membuat beberapa orang tersandung kasus dan menghiraukan unsur sportivitas dalam E-Sports. Sesuai dengan uraian di atas maka kali ini penulis mencoba menyusun thread yang berjudul TOP 5 Kasus Yang Mencoreng Sportivitas Dalam Kompetisi E-Sportsdimana masing-masing terurai sebagai berikut:
Spoiler for E-Sports:

First-person shooter dan MOBA atau Multiplayer Online Battle Arena saat ini adalah genre yang populer dalam E-Sports. Perusahaan-perusahaan yang kreatif dengan games-nya seperti Dota 2, League of Legends, Counter Strike: Global Offensive dan Overwatch membuat ajang kompetisi memperebutkan hadiah uang sampai bernilai puluhan juta USD agar para gamer dapat berpartisipasi bersama-sama bermain games dengan orang-orang yang termasuk dalam jajaran rangking tertinggi di dunia. Industri E-Sports sendiri diprediksi tahun 2018 memiliki revenue sebesar 1,9 miliar USD.
Pemerintah pun sekarang mengakui profesional video gamer sebagai atlet E-Sports. Sebagai atlet haruslah memiliki dan menjunjung sportivitas namun besarnya revenue dan popularitas yang melekat pada E-Sports terkadang membuat beberapa orang tersandung kasus dan menghiraukan unsur sportivitas dalam E-Sports. Sesuai dengan uraian di atas maka kali ini penulis mencoba menyusun thread yang berjudul TOP 5 Kasus Yang Mencoreng Sportivitas Dalam Kompetisi E-Sportsdimana masing-masing terurai sebagai berikut:
Quote:
1. Match-fixing pada kompetisi StarCraft di Korea Selatan.
Menurut kantor berita BBC, StarCraft menguasai 70% lebih pangsa pasar industri E-Sports di Korea Selatan.
Sudah menjadi rahasia umum, di dalam pertandingan olahraga baik tingkat nasional maupun internasional ada saja sekelompok spekulan yang ingin meraup keuntungan dengan cara berjudi secara terang-terangan ataupun terselubung, baik itu legal maupun ilegal. Match-fixing di pertandingan StarCraft ini telah terjadi beberapa kali di Korea Selatan, pada tahun 2010 situs perjudian online pernah terbukti menyuap beberapa pemain game profesional dan pelatih saat pertandingan StarCraft pada event Proleague.
Di tahun 2015 hal yang sama terjadi pula pada pertandingan StarCraft II, kali ini match-fixing terjadi karena para pejudi mensponsori dan memberi suap ke beberapa pemain dan pelatih profesional seperti diantaranya Gerrard, YoDa dan BBoongBBoong untuk sengaja kalah karena di bursa taruhan banyak yang memprediksikan mereka akan memenangkan pertandingan. Korea E-Sports Association menuntut secara hukum para individu pemain profesional dan pelatih profesional yang terlibat. Beberapa diantaranya telah dijatuhi sanksi penjara selama 3 tahun, permanent banned dan membayar denda. Media Korea menyamakan hal ini dengan peristiwa Black Sox pada tahun 1919 dimana 8 pemain baseball Chicago White Sox terbukti bersalah karena secara sengaja membuat timnya mengalami kekalahan dalam pertandingan.
Spoiler for 1:

Menurut kantor berita BBC, StarCraft menguasai 70% lebih pangsa pasar industri E-Sports di Korea Selatan.
Sudah menjadi rahasia umum, di dalam pertandingan olahraga baik tingkat nasional maupun internasional ada saja sekelompok spekulan yang ingin meraup keuntungan dengan cara berjudi secara terang-terangan ataupun terselubung, baik itu legal maupun ilegal. Match-fixing di pertandingan StarCraft ini telah terjadi beberapa kali di Korea Selatan, pada tahun 2010 situs perjudian online pernah terbukti menyuap beberapa pemain game profesional dan pelatih saat pertandingan StarCraft pada event Proleague.
Di tahun 2015 hal yang sama terjadi pula pada pertandingan StarCraft II, kali ini match-fixing terjadi karena para pejudi mensponsori dan memberi suap ke beberapa pemain dan pelatih profesional seperti diantaranya Gerrard, YoDa dan BBoongBBoong untuk sengaja kalah karena di bursa taruhan banyak yang memprediksikan mereka akan memenangkan pertandingan. Korea E-Sports Association menuntut secara hukum para individu pemain profesional dan pelatih profesional yang terlibat. Beberapa diantaranya telah dijatuhi sanksi penjara selama 3 tahun, permanent banned dan membayar denda. Media Korea menyamakan hal ini dengan peristiwa Black Sox pada tahun 1919 dimana 8 pemain baseball Chicago White Sox terbukti bersalah karena secara sengaja membuat timnya mengalami kekalahan dalam pertandingan.
Quote:
2. Kontestan mengambil keuntungan dengan melihat layar yang disediakan untuk penonton di venue.
Agar mendapatkan keuntungan bagi timnya secara tidak sportif salah satu anggota tim Azubu Frost tampak jelas melihat layar monitor besar yang disediakan untuk penonton di venue.
Pada pertandingan dunia League of Legends' tahun 2012 pada babak perempat final terjadi kasus di saat Azubu Frost yang berasal dari Korea Selatan berhadapan dengan Team SoloMid dari Amerika Serikat. Azubu Frost yang juga jawara dari pertandingan League of Legends' tahun 2012 di klaim oleh penerbit dan developer Riot Games telah melakukan perilaku tidak sportif yaitu melihat monitor di venue yang disediakan panitia untuk penonton guna melihat aktivitas lawan. Riot Games memandang bahwa Azubu Frost telah mengambil keuntungan untuk meraih kemenangan setelah mengambil informasi yang didapat dengan melihat layar monitor yang disediakan untuk penonton di venue.
Akibat hal ini Azubu Frost diberi peringatan dan dikenakan denda USD 30.000 atau senilai 20% dari total hadiah yang diterima sebagai juara pertama. Panitia diketahui menyumbangkan uang denda USD 30.000 tersebut ke organisasi sosial di Korea Selatan. Dalam peristiwa ini tidak ada tim yang didiskualifikasi. Menariknya Riot Games juga mendapati ada beberapa anggota Team Solomid juga melihat ke layar monitor besar yang disediakan untuk penonton di venue namun Team SoloMid tidak dikenai peringatan dan denda. Kalau sudah kalah lalu diberi sanksi dan denda sepertinya kekecewaan akan berlipat ganda menimpa Team SoloMid ya Gan Sis.
Spoiler for 2:

Agar mendapatkan keuntungan bagi timnya secara tidak sportif salah satu anggota tim Azubu Frost tampak jelas melihat layar monitor besar yang disediakan untuk penonton di venue.
Pada pertandingan dunia League of Legends' tahun 2012 pada babak perempat final terjadi kasus di saat Azubu Frost yang berasal dari Korea Selatan berhadapan dengan Team SoloMid dari Amerika Serikat. Azubu Frost yang juga jawara dari pertandingan League of Legends' tahun 2012 di klaim oleh penerbit dan developer Riot Games telah melakukan perilaku tidak sportif yaitu melihat monitor di venue yang disediakan panitia untuk penonton guna melihat aktivitas lawan. Riot Games memandang bahwa Azubu Frost telah mengambil keuntungan untuk meraih kemenangan setelah mengambil informasi yang didapat dengan melihat layar monitor yang disediakan untuk penonton di venue.
Akibat hal ini Azubu Frost diberi peringatan dan dikenakan denda USD 30.000 atau senilai 20% dari total hadiah yang diterima sebagai juara pertama. Panitia diketahui menyumbangkan uang denda USD 30.000 tersebut ke organisasi sosial di Korea Selatan. Dalam peristiwa ini tidak ada tim yang didiskualifikasi. Menariknya Riot Games juga mendapati ada beberapa anggota Team Solomid juga melihat ke layar monitor besar yang disediakan untuk penonton di venue namun Team SoloMid tidak dikenai peringatan dan denda. Kalau sudah kalah lalu diberi sanksi dan denda sepertinya kekecewaan akan berlipat ganda menimpa Team SoloMid ya Gan Sis.
Quote:
3. Manajer mengancam salah satu anggota tim jika mundur dari pertandingan maka ia akan kehilangan rumah yang Ibunya miliki.
Suara manajer (Rotterdam) yang berisikan ancaman, direkam oleh Kori tanpa sepengetahuan manajernya. Rekaman beredar luas dan dapat didengar bebas di: [URL=https://m.S E N S O Rrichardlewisreports/mym-management-recording]SoundCloud[/URL]
Di tahun 2015 sebuah tim bernama Meet Your Makers mendapati posisi mid laner pada game League of Legends yaitu Marcin “Kori” Wolski ternyata absen dalam pertandingan League Championship Series. Kori berniat berhenti dari tim karena ia merasa tidak memiliki kepastian sewaktu berada di tim Meet Your Makers dan hal tersebut dikorelasikan dengan permasalahan hutang Kori kepada tim tempat ia sebelumnya bernaung yaitu Supa Hot Crew. Manajemen Meet Your Makers merasa tidak memiliki urusan dengan persoalan hutang yang Kori hadapi dengan timnya yang terdahulu.
Manajer Meet Your Makers mengancam keras Kori. Barangkali sang manajer sedang emosi dan panik melihat keinginan Kori yang mendadak ingin berhenti bertanding sehari menjelang League Championship Series akan dilangsungkan. Manajer yang bernama Sebastian “Falli” Rotterdam ini memberi tahu jika Kori mundur dari League Championship Series maka ia akan di denda USD 50.000 per game lalu tak sampai di situ saja Rotterdam mengatakan bahwa Ibunda Kori juga menandatangani kontrak kerja. Lalu Rotterdam mengancam hendak mengambil tindakan hukum yang mengakibatkan ibunda Kori akan kehilangan rumahnya yang ia miliki jika Kori masih saja nekat mengundurkan dirinya dari tim. Tindakan yang membuat hal ini menjadi runyam adalah ternyata Kori merekam dan menyebarluaskan rekaman ancaman Rotterdam terhadap dirinya tersebut di SoundCloud. Iklim E-sport kembali di goyang pondasinya dengan adanya peristiwa ini.
Akhir dari kisah ini, Rotterdam mengundurkan dirinya dari Meet Your Makers. Kori yang sempat ingin pindah tim akhirnya membatalkan niatnya karena masih terikat kontrak dengan Meet Your Markers. Ia pun kembali bertanding untuk Meet Your Markers dan berkewajiban membayar sejumlah denda akibat absen di beberapa pertandingan selama 2 minggu dengan alasan yang tidak jelas. Tim Meet Your Markers juga membayar sejumlah denda karena dianggap membuat kegaduhan di saat pertandingan League Championship Series.
Spoiler for 3:

Suara manajer (Rotterdam) yang berisikan ancaman, direkam oleh Kori tanpa sepengetahuan manajernya. Rekaman beredar luas dan dapat didengar bebas di: [URL=https://m.S E N S O Rrichardlewisreports/mym-management-recording]SoundCloud[/URL]
Di tahun 2015 sebuah tim bernama Meet Your Makers mendapati posisi mid laner pada game League of Legends yaitu Marcin “Kori” Wolski ternyata absen dalam pertandingan League Championship Series. Kori berniat berhenti dari tim karena ia merasa tidak memiliki kepastian sewaktu berada di tim Meet Your Makers dan hal tersebut dikorelasikan dengan permasalahan hutang Kori kepada tim tempat ia sebelumnya bernaung yaitu Supa Hot Crew. Manajemen Meet Your Makers merasa tidak memiliki urusan dengan persoalan hutang yang Kori hadapi dengan timnya yang terdahulu.
Manajer Meet Your Makers mengancam keras Kori. Barangkali sang manajer sedang emosi dan panik melihat keinginan Kori yang mendadak ingin berhenti bertanding sehari menjelang League Championship Series akan dilangsungkan. Manajer yang bernama Sebastian “Falli” Rotterdam ini memberi tahu jika Kori mundur dari League Championship Series maka ia akan di denda USD 50.000 per game lalu tak sampai di situ saja Rotterdam mengatakan bahwa Ibunda Kori juga menandatangani kontrak kerja. Lalu Rotterdam mengancam hendak mengambil tindakan hukum yang mengakibatkan ibunda Kori akan kehilangan rumahnya yang ia miliki jika Kori masih saja nekat mengundurkan dirinya dari tim. Tindakan yang membuat hal ini menjadi runyam adalah ternyata Kori merekam dan menyebarluaskan rekaman ancaman Rotterdam terhadap dirinya tersebut di SoundCloud. Iklim E-sport kembali di goyang pondasinya dengan adanya peristiwa ini.
Akhir dari kisah ini, Rotterdam mengundurkan dirinya dari Meet Your Makers. Kori yang sempat ingin pindah tim akhirnya membatalkan niatnya karena masih terikat kontrak dengan Meet Your Markers. Ia pun kembali bertanding untuk Meet Your Markers dan berkewajiban membayar sejumlah denda akibat absen di beberapa pertandingan selama 2 minggu dengan alasan yang tidak jelas. Tim Meet Your Markers juga membayar sejumlah denda karena dianggap membuat kegaduhan di saat pertandingan League Championship Series.
Quote:
4. Meraup keuntungan di ranah E-Sports dengan memanipulasi kemenangan fiktif pada lapisan bisnis steam marketplace.
Terlihat pada GIF di atas Trevor Martin atau dikenal dengan TmarTn meloncat kegirangan karena telah memenangkan hadiah USD 13.000 dalam waktu 5 menit di website CSGO Lotto. Kemenangan tersebut adalah fiktif dan rekayasa serta belakangan diketahui TmarTn bersama ProSyndicate adalah pemilik dari website CSGO Lotto.
Pada tahun 2016, masih seputar kasus E-Sports namun kali ini tidak di kalangan atlet dan manajemen akan tetapi dari lingkaran steam marketplace. Tersebutlah 2 orang YouTubers yaitu Trevor Martin yang populer dengan TmarTn dan Thomas Cassell yaitu nama asli ProSyndicate yang dalam pengamatan penulis pada saat terjadinya kasus keduanya jika di gabungkan memiliki 10 juta subscribers dan pasca terjadinya kasus sampai dengan tulisan ini dibuat menyusut menjadi 5,4 juta subscribers secara total jika keduanya digabungkan. Wah! Apakah yang sebenarnya telah terjadi Gan Sis? Bermula dengan berbagai video YouTube yang TmarTn dan ProSyndicate unggah. Dimana mereka menayangkan berbagai video luapan kegembiraan setelah memenangkan hadiah uang yang begitu besar jumlahnya hingga belasan ribu USD dengan waktu yang singkat sekitar rata-rata 5 menit dari website bernama CSGO Lotto yang dahulu pada eranya dikenal cukup populer. Sebenarnya sekilas tampak tidak ada yang salah dengan hal itu, namun belakangan terungkap bahwa TmarTn dan ProSyndicate adalah pemilik dari website CSGO Lotto dan masing-masing memiliki jabatan Direktur serta Vice President. Dengan mudah TmarTn dan ProSyndicate mengelabui para subscribers-nya yang mayoritas di bawah umur untuk dijerat melakukan transaksi steam marketplace berupa perjudian untuk game Counter Strike: Global Offensive dengan umpan video kemenangan fiktif bahkan mereka juga membuat video kekalahan fiktif dan mengunggahnya di YouTube untuk kepentingan aksinya.
Ternyata 10 juta subscribers tidak memuaskan mereka berdua, pangsa pasar 23 juta pengguna Counter Strike: Global Offensive di tahun 2016 telah membuat mereka gelap mata. Jelas saja, menurut firma independen bernama Eilers & Krejcik Gaming yang berfokus pada penelitian seputar games mencatat pada tahun 2015 perputaran uang di steam marketplace adalah sekitar USD 2,3 miliar dalam pertandingan E-Sports. Jumlah yang fantastis dan membuat duo TmarTn serta ProSyndicate tergiur memanipulasi para penggemarnya untuk membelanjakan uang di website steam marketplace CSGO Lotto yang mereka miliki dengan praktik judi online yang fiktif.
Walaupun awalnya mereka tidak mengakui perbuatannya dan menyewa pengacara handal untuk mengatasi permasalah hukum yang hingga kini masih menimpa kedua orang ini, pada akhirnya website CSGO Lotto ditutup dan dihentikan kegiatannya. Mereka pun lambat laun ditinggal para pengemar dan sponsornya serta dihantui sanksi hukum yang menanti kedua orang ini.
Spoiler for 4:

Terlihat pada GIF di atas Trevor Martin atau dikenal dengan TmarTn meloncat kegirangan karena telah memenangkan hadiah USD 13.000 dalam waktu 5 menit di website CSGO Lotto. Kemenangan tersebut adalah fiktif dan rekayasa serta belakangan diketahui TmarTn bersama ProSyndicate adalah pemilik dari website CSGO Lotto.
Pada tahun 2016, masih seputar kasus E-Sports namun kali ini tidak di kalangan atlet dan manajemen akan tetapi dari lingkaran steam marketplace. Tersebutlah 2 orang YouTubers yaitu Trevor Martin yang populer dengan TmarTn dan Thomas Cassell yaitu nama asli ProSyndicate yang dalam pengamatan penulis pada saat terjadinya kasus keduanya jika di gabungkan memiliki 10 juta subscribers dan pasca terjadinya kasus sampai dengan tulisan ini dibuat menyusut menjadi 5,4 juta subscribers secara total jika keduanya digabungkan. Wah! Apakah yang sebenarnya telah terjadi Gan Sis? Bermula dengan berbagai video YouTube yang TmarTn dan ProSyndicate unggah. Dimana mereka menayangkan berbagai video luapan kegembiraan setelah memenangkan hadiah uang yang begitu besar jumlahnya hingga belasan ribu USD dengan waktu yang singkat sekitar rata-rata 5 menit dari website bernama CSGO Lotto yang dahulu pada eranya dikenal cukup populer. Sebenarnya sekilas tampak tidak ada yang salah dengan hal itu, namun belakangan terungkap bahwa TmarTn dan ProSyndicate adalah pemilik dari website CSGO Lotto dan masing-masing memiliki jabatan Direktur serta Vice President. Dengan mudah TmarTn dan ProSyndicate mengelabui para subscribers-nya yang mayoritas di bawah umur untuk dijerat melakukan transaksi steam marketplace berupa perjudian untuk game Counter Strike: Global Offensive dengan umpan video kemenangan fiktif bahkan mereka juga membuat video kekalahan fiktif dan mengunggahnya di YouTube untuk kepentingan aksinya.
Ternyata 10 juta subscribers tidak memuaskan mereka berdua, pangsa pasar 23 juta pengguna Counter Strike: Global Offensive di tahun 2016 telah membuat mereka gelap mata. Jelas saja, menurut firma independen bernama Eilers & Krejcik Gaming yang berfokus pada penelitian seputar games mencatat pada tahun 2015 perputaran uang di steam marketplace adalah sekitar USD 2,3 miliar dalam pertandingan E-Sports. Jumlah yang fantastis dan membuat duo TmarTn serta ProSyndicate tergiur memanipulasi para penggemarnya untuk membelanjakan uang di website steam marketplace CSGO Lotto yang mereka miliki dengan praktik judi online yang fiktif.
Walaupun awalnya mereka tidak mengakui perbuatannya dan menyewa pengacara handal untuk mengatasi permasalah hukum yang hingga kini masih menimpa kedua orang ini, pada akhirnya website CSGO Lotto ditutup dan dihentikan kegiatannya. Mereka pun lambat laun ditinggal para pengemar dan sponsornya serta dihantui sanksi hukum yang menanti kedua orang ini.
Quote:
5. Kontestan menggunakan program aimbots atau auto aiming dalam turnamen kompetisi profesional kelas dunia.
Admin turnamen sedang memeriksa PC kontestan bernama Nikhil "forsaken" Kumawat dari tim E-Sports OpTic India dan mendapati program Aimbots yang ilegal pada kompetisi pro Counter Strike: Global Offensive. Dapat dilihat di GIF di atas Nikhil "forsaken" Kumawat disaksikan rekan setimnya terlihat panik dan berusaha menghapus program Aimbots yang sudah dipergoki langsung sebelumnya oleh admin pertandingan di venue.
Baru-baru ini pada bulan Oktober 2018, dalam turnamen Extremesland Zowie Asia CS:GO 2018 tim E-Sports OpTic India berhadapan dengan tim Revolution yang berasal dari Vietnam. Penulis mengamati jalannya pertandingan dan mendengarkan berbagai pujian yang dilontarkan para komentator pertandingan kepada Nikhil "forsaken" Kumawat. Sampai pada akhirnya admin pertandingan melihat hal yang tak wajar dan segera memeriksa PC yang digunakan Kumawat. Apa mau dikata ternyata admin pertandingan mendapati Kumawat bertindak tidak sportif dengan menggunakan program Aimbots atau Auto Aiming pada PC-nya. Sontak Kumawat berusaha menghapus program Aimbots tersebut kendati sudah dipergoki langsung di venue oleh admin pertandingan.
Tim OpTic India mengambil tindakan tegas kepada Kumawat dengan mengeluarkannya dari tim. Namun karena tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan tindakan tidak sportif Kumawat akhirnya tim OpTic India membubarkan diri. Hal ini sangat disayangkan penulis karena akibat tindakan 1 orang anggota tim maka banyak pihak yang akhirnya dirugikan. Anggota tim lainnya yang barangkali sudah memastikan arah hidupnya dengan menjadi atlet profesional E-Sports akhirnya harus merelakan hasratnya pupus kandas karena tindakan curang dari anggota tim lainnya. Menurut pengakuan para anggota tim OpTic India, mereka sama sekali tidak mengetahui perilaku tindakan Kumawat yang menggunakan Aimbots sewaktu bertanding.
Spoiler for 5:

Admin turnamen sedang memeriksa PC kontestan bernama Nikhil "forsaken" Kumawat dari tim E-Sports OpTic India dan mendapati program Aimbots yang ilegal pada kompetisi pro Counter Strike: Global Offensive. Dapat dilihat di GIF di atas Nikhil "forsaken" Kumawat disaksikan rekan setimnya terlihat panik dan berusaha menghapus program Aimbots yang sudah dipergoki langsung sebelumnya oleh admin pertandingan di venue.
Baru-baru ini pada bulan Oktober 2018, dalam turnamen Extremesland Zowie Asia CS:GO 2018 tim E-Sports OpTic India berhadapan dengan tim Revolution yang berasal dari Vietnam. Penulis mengamati jalannya pertandingan dan mendengarkan berbagai pujian yang dilontarkan para komentator pertandingan kepada Nikhil "forsaken" Kumawat. Sampai pada akhirnya admin pertandingan melihat hal yang tak wajar dan segera memeriksa PC yang digunakan Kumawat. Apa mau dikata ternyata admin pertandingan mendapati Kumawat bertindak tidak sportif dengan menggunakan program Aimbots atau Auto Aiming pada PC-nya. Sontak Kumawat berusaha menghapus program Aimbots tersebut kendati sudah dipergoki langsung di venue oleh admin pertandingan.
Tim OpTic India mengambil tindakan tegas kepada Kumawat dengan mengeluarkannya dari tim. Namun karena tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan tindakan tidak sportif Kumawat akhirnya tim OpTic India membubarkan diri. Hal ini sangat disayangkan penulis karena akibat tindakan 1 orang anggota tim maka banyak pihak yang akhirnya dirugikan. Anggota tim lainnya yang barangkali sudah memastikan arah hidupnya dengan menjadi atlet profesional E-Sports akhirnya harus merelakan hasratnya pupus kandas karena tindakan curang dari anggota tim lainnya. Menurut pengakuan para anggota tim OpTic India, mereka sama sekali tidak mengetahui perilaku tindakan Kumawat yang menggunakan Aimbots sewaktu bertanding.
Quote:
Dari berbagai kasus yang mencoreng sportivitas di laga E-Sports cukuplah penulis dan Gan Sis mengambil hikmahnya dan tidak meniru maupun mencontoh tindakan tidak sportif tersebut. Sebagai penutup penulis ingin menyampaikan apapun kategori olahraganya maka perlulah sportivitas dijunjung tinggi dengan dukungan regulasi yang jelas dan partisipasi dari berbagai pihak. Karena tanpa dukungan berbagai pihak adalah hal yang mustahil E-Sports dapat berkembang dengan pesat.
Quote:
Quote:
Threads
damnhottie:
damnhottie:
[MUSICOC] #Playlist My Current Top 5 Club Tracks Right Now Are... #AslinyaLo
TOP 5 Game Terburuk Dengan Glitches yang Paling Membuat Kesal
Top 5 Awkward Easter Eggs EVER! Seriously...
#IniIndonesiaku Orang Terkaya Seantero Nusantara Pun Menjadi Atlet Asian Games 2018
Sepenggal Kisah Penggemar iPhone X di Silicone Valley
Banzz Kreator Asal Korea Berpenghasilan 1 Juta USD Per Tahun
'Resolute Desk' Meja Kerja Para Penguasa Negeri Paman Sam
Polemik Memberi Bantuan Langsung Pada Pengemis
TOP 5 Game Terburuk Dengan Glitches yang Paling Membuat Kesal
Top 5 Awkward Easter Eggs EVER! Seriously...
#IniIndonesiaku Orang Terkaya Seantero Nusantara Pun Menjadi Atlet Asian Games 2018
Sepenggal Kisah Penggemar iPhone X di Silicone Valley
Banzz Kreator Asal Korea Berpenghasilan 1 Juta USD Per Tahun
'Resolute Desk' Meja Kerja Para Penguasa Negeri Paman Sam
Polemik Memberi Bantuan Langsung Pada Pengemis



16
10.8K
Kutip
42
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan