Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Salim.SupartoAvatar border
TS
Salim.Suparto
[COC] Terapi Kognitif dan Mind Power Kalahkan Depresi #AslinyaLo




Moderenitas ditambah kondisi kritis dan berbagai tekanan sangat mungkin menimbulkan ketegangan yang memicu stress dan depresi. Yang perlu diketahui tanda tanda dan sebabnya.


Sebelmunya ditulisnya Thread ini untuk meramaikan #AslinyaLo dan juga , pemberitaan akhir akhir ini seperti bunuh diri salah satu jalan kelaur, apalagi mengorbankan satu keluarga seperti yang tejadi di Palembang dan Medan. Lantas bagi Moms and Dad wajib memperhatikan tanda tanda depresi dan tentunya stress dan penyebabnya.


Manusia Memang Butuh Stress



Tidak bias tidak dalam kehidupan seorang manusia pasti pernah mengalami stress. Stress akan terjadi pada manusia saat tuntutan dari dalam maupun luar diri dan tututan itu melebihi kemampuannya. Karena itulah manusia perlu menguasai stresnya. Stress sendiri ada dua macam, eutress adalah stress yang baik, muncul untuk memacu seseorang untuk berusaha, misalnya kita ujia CPNS BKN besok, karena stress kita belajar dengan baik supaya besok bias menjawab soal-soal ujian dan dapat menyelesaikan ujian dengan nilai bagus. Sedangkan kedua adalah distress kebalikanya, misalnya besok ada ujian, karena stress jadi merasa tidak mampu, malah sekalian tidak belajar, hal ini menjadikan orang tidak lagi produktif lagi,


Stress Berkepanjangan tidak Baik


Memang manusia tidak bisa lepas dari stress , tetapi juga membutuhkan stress, maksud saya eustress, karena seseorang akan mencari cara agar tidak stress. Akan tetapi jika stress berkepanjangan dan tidak kunjung selesai, lama kelamaan, stress itu akan membawa dampak buruk bagimanusia itu sendiri. Oleh karenanya manusia memerlukan proses pengelolaan tuntutan dari dalam atau dari luar (biasa kita sebut stress ini) dengan nama coping.

Pada orang normal ada dua jenis coping, emotional focused coping (efc) dan problem emotional focused (pfc). Yang dimaksud EFC adalah usaha untuk mengendalikan emosinya sehingga tidak lagi tertekan, sedangkan PFC adalah usaha untuk menyelesaikan masalah.

Jangan sampai emosi negative munculkebanyakan ahli berpendapat bahwa PFC lebih baik dari emosional, tapi mana yang lebih baik tergantung dari penyebab stressnya, misalnya saja ada orang divonis cencer stadium 4, dia pasti stress.
Jika mengacu pada problem focused coping , maka orang itu mencari bantuan  dokter atau obat untuk menyembuhkan kankernya, tetapi seperti kita ketahui kanker stadium 4 sulit dissembuhkan, oleh karenanya kita membutuhkan emotional focused coping.

Kita berusaha agar orang tua supaya orang tua bisa mengatur emosinya yang mengarah ke orang lain seperti missal marah marah, apalagi marah kepada Tuhan. Juga supaya orang memiliki semangat, jika dibiarkan berujung depresi hingga menyebabkan penyakit-penyakit lain nantinya. Juga diusahakan seprti emosi negative, jengkel, takut, emosi, maupun cemas tidak sampai menguasai diri seseorang.

Tentunya yang harus digaris bawahi coping yang berhubungan dengan emotional focused coping , tidak membiarkan emosi negative muncul berlebihan.


Perlu dukungan social


Salah satu mengelola stress adalah social support, hal ini dating dari orang terdekat seperti suami, istri, anak, adik, kakak, seanak saudara, atau orang lain. Semisalnya kondisi stress dialami keluarga, kedua orangtua bertengkar hingga memunculkan polemic dari pertengkaran untuk menggugat cerai, tentunya dalam keadaan ini korban strees bukan hanya orang tua , tetapi anak anak mereka, butuh problem focused coping disekitar mereka seperti keluarga, teman atau seanak saudara untuk mengakurkan kembali, memang tidak mudah karena emosi negative yang berlebihan menjadikan reaksi pada legalitastandingnya. Lantas paling umum untuk melibatkan pemuka keagamaan, untuk meredam emosi negative meraka, dan tentunya pribadi mereka yang harus berbenah. Tetapi sayangnya ada mindset seperti ini, ini urusan keluarga, sehingga penyelesainya ya antara suami dan istri, taka da penangah, jika control emosi negative memuncak akan memunculkan respon atau jalan keluar , seperti misalnya membunuh dirinya dan keluarganya sebagai jalan pintas. Astagfilah …. Mereka butuh sekali psiketri dan peran teman satu seanak suadara dalam masalah mereka.


Tiap Usia Beda Coping


Cara seseorang dalam mengelola stress itu sendiri juga tergantung factor usia dan tahap perkembangan, pada tahap perkembangan anak hingga remaja lebih banyak menggunakan emotional focused coping, karena anak remaja cendrung menggunakan emosinya.

Penyaluran emosi dikalangan remaja ditunjukan dengan perilaku mengamuk dan marah-marah, contoh nyatanya perilaku tawuran antar pelajar yang masih terjadi, hingga menimbukan perusakan fasilitas public hingga meregang nyawa, peran serta aparat sudah sangat bagus merasia pelajar ketika dicurigai kedapatan membawa sajam untuk tawuran, mirisnya juga remaja memproduk criminal baru seperti pembegalan hingga vandalism. Akibat dari itu semua adalah buah dari kemarahan, yang ditujukan dalam bentuk prilaku agresi keluar, yaitu dengan tindakan kekerasan remaja, tetapi jika dilihat dari kasus perkasus remaja marah pada sesuatu, tetapi dia gagal menyelesaikan konfliknya, sehingga muncul yang merugikan orang lain.
Jika usai beranjak dewasa penyelesaian umumnya bisa dilakukan problem focused coping, misalnya pendidikan tinggi seseorang memiliki problem solving bervariasi dalam penyelesaian dan semakin baik, hal ini ditentukan factor ekonomi dan social.

 
Ekonomi lemah, pendidikan rendah


Kenyataan dimasyarakat control diri dituntukan tidak hanay kualifikasi pendidikan, karena juga kasus bunuh diri akhir-akhir ini seperti satu keluarga meledakan diri hingga menimbulkan kegaduhan, satu keluarga di Palembang menebak seluruh keluarganya selanjutnya mengakhiri penderitaan dirinya sengan menebak dirinya sendiri, merka tak sadar dan tega membunuh anaknya yang masih usia anak anak. Tetapi ada juga kasus pembantain satu keluarga di Sumatra Selatan dari kalangan ekonomi menengah kebawah, hanya kesalahpahaman.  Jadi artinya kasus kekerasan saat ini terjadi tidak melihat sisi ekonomi, pada dasarnya problem mereka diselesaikan pada tempat yang salah , rujukan yang salah dari pemahaman. Sehingga masalah ini selalu berputar-putar.


Stress dan Mengatasinya


Seperti yang sudah saya tulis diatas, dalam istilah pskilogis respon prilaku ini disbut coping, maka dirasa harus dibedakan masalah dan emosi. Ketergantungan kebiasaan merupakan kecendrungan orang menyelesaikan masalah stress, kematangan akan usia dan pengalama mengatasi stress menetukan pilihan coping seseorang.


Keputusan yang baik dibuat berdsarkan data yang kuat,

Dan bukan pendapat dan desas desus.

(James Leibert)

Orangtua Berpikirlah Layaknya Orangtua



Jika seorang individu memiliki saran untuk mengatasi stress , ia senantiasa menghadapi tantangan hidupnya, dan semakin ia menghadapi ragam tantangan, hidupnya, semakin merasa dirinya berdaya.semakin ia merasa dirinya berdaya, semakin besar kepercayaan dirinya. Kondisi ini dikenal self-efficacy, yaitu evaluasi individu keberdayaan dirinyamakin ia merasa berdaya, dan mampu mengatasi persoalan, makin tinggi selft-efficacynya. Singkatnya dibutuhkan coping stress disetiap individu, untuk mengantisipasi tantangan dan menanggulangi tekanan yang dihadapi guna memperdayakan diri, dan meningkatkan percaya diri.


Kreatifitas pengaruhi Coping Stres


Ada beragam factor yang berpengaruh terhadap individu, pertama kreativitas individu dalam mencari solusi merupakan kunci berhasilnya menanggulangi stress, selanjutnya perkembangan kreatvitas individu dipengaruhi tingkat intelgensi pendidikan dan pengalaman hidupnya, begitu kemablikannya pendidikan rendah pada individu menemukan alternative solusi menanggulangi stress semakin sulit, karena kemampuanya berpikir abstrak terbatas akan tindakan dan rencana. Tetapi juga berdasarkan laporan penelitian menunjukan tingkat intelgensi tinggi tak menjamin mampu menanggulangi stress, malahan semakin rentan terhdapa stress, sehingga tingkat intelgensi tidak bisa dijadikan semata mata sebagai andalan keberdayaan individu dalam mengatasi stress. Sehingga tidak cukup pendidikan tinggi, melainkan pengamana dan latihan dari kekayaan informasilah yang membantu membantasi kemampuan individu menanggulangi stress.



Coping stress ditanamakan sejak dini


Cara membutuhkan coping stress baik dilakukan sejak dini sekaligus membangn ketangguhan individu. Seperti misalnya tuntutan anak kepada orang tua yang tidak harus dipenuhi, tujuannya tentu tidak memanjakan anak dan belajar hidup mandiri, dalam perkembangannya anak menjadi tangguh dan tidak rentan terhadap stress. Jika orang tua tidak perhatian kepada anak , anak akan memiliki kecendrungan cemas dan tumbuh diliputi stress, dan rentan terhadap stress dalam perkembangannya, sehingga perlu pengasuhan yang tepat di usia dini.

Orang tua harus menghindari pola memanjakan anak, bersamaan itu pula harus memberikan perhatian, kasih sayang juga memberikan anak tanggung jawab, tentu anak akan belajar mengemban dan mengambil resiko.


Ritual Keagamaan untuk atasi coping stress


Secara umum strategi coping stress terdiri dari dua yang sudah saya sebutkann diawal, tetapi ada penelitian dari Dr. wilman Dahlan dari Fakultas Psikologi UI, hubungannya dengan kondisi social masyarakat Indonesia umumnya ditemukan religious coping stress, yaitu menanggulangi stress dengan ritual keagamaan. Pada dasarnya setelah perkembangan anak memasuki wilayah akan paham moral social ia dapat menggunakan coping cara ini. Jadi sesungguhnya paradigma sama akan tetapi metodenya berbeda, hal ini tentunya sesuai “ketika kita bayi berpikirlah layaknya bayi, ketika tua berpikirlah layaknya orang tua” adapun perbedaan cara dipengaruhi kekeyaan pengalama individu masing-masing.

Bagian Akhir Terapi Kognitif dan Mind Power




Sebuah penelitian Dr. Aron Beck menemukan 80 persen yang mengalami depresi mengalami self dislike,dan digambarkan mengalami depresi dengan 4D, yaitu Defeated, Defective, Deserted, Deprived, hampir emosional bersifat negative akibat rendahnya harga diri. Karena emosi yang disebabkan cara anda memandang dan bukan karena serentetan peristiwa yang kita alami, jadi ketika terjadi peristiwa baik, netral dan negative, pikiran menafsirkan peristiwa dengan sederetan pikiran yang mengalir terus kedalam diri anda, dan ini disebut  dengan dialog internal anda.


Memulai Bangun Harga Diri



Persaan dalam diri anda yang terjadi atas respon kritik terhadap diri sendiri, seperti misalnya “saya seorang yang brengsek dan tak berguna”, dengan kata lain “tidak ada yang dapat menyakiti diri anda jika tidak mengijinkannya”. Untuk mengatasi masalah mental ini dengan:


- Latihan diri untuk mengenali dan mencatat pemikiran-pemikiran yang sifatnya mencela atau menkritik diripada saat itu terlintas dibenak anda.
- Pelajari apa sebab pikiran ini terbelokan
- Bantahlah semua itu untuk membangun system evaluasi diri yang lebih realistis. Bila perlu catatan harian tentang perasaan anda dan bagaimana seharusnya.

Kekuatan pikiran



Selain dengan teknik kognitif, anda juga bisa memberikan terapi dengan memberikan kata kata baik pada diri anda atau disebut dengan Reprograming Unconciousness karena pikiran bawah sadar akan melaksanakan apaun keyakinan yang kita miliki ataupun yang kita tanamkan. Tentu saja jika keyakinan negative, responnya negative.

Sehingga perlu melakukan relaksasi atau pengendoran semua otot, mulai dari atas kebawah, dan biarkan dalam kondisi yang sangat rileks asalakan jangan tertidur, kemudian ucapkan afirmasi positif


Hanya hal-hal yang positif yang dapat masuk ke dalam diriku , semua kecemasan dan rasa takut tidak akan mempengaruhi diriku. Aku berkarya dengan penuh kesungguhan dan ketulusan. Aku memaafkan dan mengasihi semua makhluk yang ada dialami ini, dan aku bersyukur terhdapa Tuhan ats nikmat dan karunia yang diberikan kepadaku.” Tambahan jika perlu ditambahakn doa sesuai keyakinan Agan dan Sista.







Masih stress dan depresi, ya Gan sis saya harapkan thread ini memeberikan informasi dan semoga digunakan rujukan atau perlu penambahan informasi, semoga keluar dari ketidakberdayaan, sehingga survive dan mampu merespon positif kondisi gejala stress.


Akhir kata saya mengajak, kaskuser memberikan opini penyelesiannya, jika dirundung stress semoga dapat digunkan rujukan pula oleh orang-orang atau individu lain bahwa mereka bisa keluar dari stress dengan menghadapainya dan tidak mencari alternative lain dengan melakukan tindakan kekerasan atau paling fatal mengakhiri hidup.

 
Diubah oleh Salim.Suparto 05-11-2018 17:58
2
1.5K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan