Halo gan sis, selamat datang di thread ane.

Dengan makin murahnya perangkat digital sekarang ini, membuat film bukanlah menjadi persoalan yang sulit untuk gan sis yang ingin menyalurkan bakat dan keinginan membuat sebuah film. Tak perlu lampu-lampu ribuan watt, dan gulungan seleloid yang harga perkalengnya mencapai jutaan rupiah. Sekarang, semuanya diringkas dalam wujud digital yang praktis, cepat, ringkas, canggih dan tentu saja murah.

Pict from google

Tak perlu DSLR high end yang bersensor full frame seharga Rp 25 juta atau lebih. Kamera DSLR seharga 5 jutaan rupiah sudah bisa menghasilkan film HDQ atau beresolusi tinggi, asalkan kamera DSLR tersebut bisa merekam gambar berkerak ukuran 6800 x 4800pixel, dengan 30 frame perdetik. Sediakan juga micro SD 64Megabyte, dimana memori ini sudah dapat menyimpan file film video selama 30 menit.

Pict from google

Untuk setting kamera, hal paling penting yang dilakukan adalah mengubah sistem fokus ke mode continous atau berkesinambungan, yang artinya kamera melakukan pemokusan secara terus menerus sesuai obyek yang diinginkan secara otomatis (untuk saat ini hanya pada obyek yang terdekat saja). Kekreativan dan pengetahuan gansis memang dituntut dalam hal pengambilan angle gambar.

Pict from google

Bila pengambilan gambar ingin dibiarkan auto fokus, maka tombol perlu ditekan separo barulah fokus diterapkan. Hal yang gak kalah pentingnya untuk gan sis, buatlah mode vibration atau VR dalam keadaan hidup, sehingga gambar yang dihasilkan tidak bergoyang hebat bila terjadi getaran yang tidak di sengaja.

Pict from google

Dalam proses pengambilan gambar, ada kalanya lensa mengeluarkan suara berisik ketika tiap kali melakukan pemindahan titik fokus, disini gan sis dapat menyiasatinya dengan menambahkan alat perekam luar alias eksternal microphone di DSLR nya.

Pict from google

Selain teknis pada kamera, untuk selalu diingat bahwa dalam pembuatan film atau video tetap berlaku aturan komposisi pada setiap gambar yang diambil. Dimana gambar jarak jauh maupun jarak dekat harus tetap memperhatikan latar belakang, arah datangnya sinar, sudut pengambilan dan letak obyek di dalam bidang gambar (dalam hal pemotretan biasa, komposisi hanya berlaku untuk gambar tunggal. Namun dalam hal pembuatan film, harus diperhitungkan agar adegan tetap berada dalam komposisi yang mumpuni.)

Pict from google

Misalnya ide tentang seorang dalang tua yang mengajari cucunya mendalang. Kakek dan cucunya yang sedang bersiap mendalang di ruang tamu, latar belakang poster tua saat kakek dimasa usia ke emasannya, kesibukan ini cukup 10 detik. Kemudian lebih dekat ketika tangan si kakek menekuk atau membenarkan gerakan tangan cucunya, latar belakangnya piagam yang diterima si kakek, durasinya cukup 3 detik.
Kakek yang menggerakkan wayang lewat cempurit, latar belakangnya si cucu yang serius menatap sang kakek, adegan ini cukup berdurasi 5 detik. Begitu seterusnya, hindarkan mengambil gambar sampai 3 menit dari satu sudut. Dalam istilah sinematografi biasanya disebut gambar terbakar. Background yang semrawut misalnya sarung dan pangsi bergelantungan juga di hindari karena bisa memecah perhatian penikmat film gan sis nantinya. Selain tiap adegan, juga harus diperhatikan alurnya. Setelah mengambil wayang, tidak disarankan untuk langsung masuk ke adegan cucunya meletakkan wayang. Harus ada adegan si kakek dan cucunya melangkah kebawah pohon rindang. Kemudian si kakek menanti dengan sabar saat wayang digerakkan perlahan. Simbolisasi dengan bahasa gambar, bahwasanya si kakek menurunkan ilmu mendalangnya kepada sang cucu. Alur yang jelas akan mempertegas pesan gambar yang disampaikan.
Selain itu disaat pengambilan gambar sebaiknya jangan melakukan panning terlalu banyak, misalnya menyapu suasana dari kiri ke kanan dengan pelahan. Walaupun kamera sudah stabil, gambar seperti ini kadangkala memberi efek pening pada beberapa orang. Begitu juga zooming secara langsung, misalnya gambar sudut lebar langsung di zoom ke close up dalam keadaan masih merekam. Ada baiknya hentikan dulu rekaman, setelah close up baru tekan tombol record, hal ini lebih "aman". Karena gerakan zoom pada gambar, memberi efek seakan film berasal dari tahun 70an, ketika kamera dengan zoom baru ditemukan.

Pict from google

Setelah sebuah kisah nyata, dokumenter, cerita rakyat, biografi telah dibungkus secara detil oleh gan sis, tibalah kita masuk di saat yang lebih sulit lagi. Yakni melakukan editing terhadap film yang baru dibuat. Ada banyak software untuk melakukan editing ini seperti Ulead, Penacle, Corel Movie maupun  Adobe Premiere. Masing masing memiliki peralatan atau tool yang berbeda, begitu pula tampilannya. Secara umum yang harus dilakukan adalah memasukkan seluruh gambar hasil rekaman itu dalam satu folder. Lalu setiap adegan disesuaikan urutannya, jangan lupa memberi transisi untuk setiap pergantian adegan.
Beberapa software juga membebaskan untuk memberi efek, misalnya seperti efek film penuh noda dan jamur seperti saat  film diputar dengan proyektor. Atau yang warnanya terbalik, rambut jadi putih dan gigi jadi hitam dsb. Silahkan dikreasikan ya gan sis.
Setelah itu berikan judul yang menarik dengan sedikit animasi yang bisa dibuat dari potongan film yang paling menonjol. Sebagai refrensi Adobe After Efect paling bagus untuk membuat judul yang memikat. Juga jangan dilupakan penumpukan dua gambar dalam satu frame.
Bahkan pada beberapa sofware membolehkan juga untuk menerapkan chroma key. Satu gambar dengan latar belakang hijau, ditumpuk dengan latar belakang bergerak. Nantinya latar hijau bisa dihilangkan, maka obyek otomatis seperti berada di satu tempat tanpa pernah hadir disana.
Chroma key ini membutuhkan fokus dan ketelitian agak serius, tapi tak ada salahnya dicoba dan diterapkan lho gan sis.
Setelah dianggap sempurna, jangan lupa untuk menyimpan hasil editing ke format yang benar. Ada MP4, ada MP3, 3GP atapun AVI dan format untuk email dan web.

Pict from google

Diatas segalanya yang paling terpenting adalah penulisan script atau skenario yang mumpuni. Sebab sehebat apapun teknis, komposisi, ataupun editing sebuah film bila scriptnya tidak ciamik dan jos gandos, dia akan jadi film yang ala kadarnya dan hambar.