- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Lampaui Ekspektasi, Ekonomi AS Tumbuh 3,5% di Q3 2018!


TS
ZenMan1
Lampaui Ekspektasi, Ekonomi AS Tumbuh 3,5% di Q3 2018!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih cepat dari ekspektasi pasar di kuartal III tahun ini, berdasarkan rilis data dari Departemen Perdagangan AS.
Produk Domestik Bruto (PDB) bertambah 3,5% secara kuartalan (annualized)pada periode Juli-September 2018. Capaian itu mampu mengungguli konsensus Dow Jones yang mengekspektasikan pertumbuhan sebesar 3,4%.
Sebagai tambahan, indeks harga Personal Consumption Expenditure (PCE) juga dilaporkan meningkat 1,6% di kuartal lalu, sedikit lebih rendah dibandingkan konsensus Street Account sebesar 2,2%. Indeks PCE digunakan The Federal Reserve/The Fed untuk mengukur inflasi.
Meski mampu melampaui ekspektasi, pertumbuhan ekonomi di kuartal lalu masih lebih lambat dibandingkan kuartal II-2018. Kala itu, PDB AS tumbuh 4,2%, atau merupakan ekspansi tercepat sejak kuartal III-2014. Meski demikian, laju saat ini masih jauh lebih baik dibandingkan kuartal I-2018 yang sebesar 2,2%.
Laporan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III-2018 yang positif ini lantas memberikan angin segar bagi pelaku pasar, seiring munculnya risiko dari kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam. Di tahun ini, The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.
Terlebih, risiko yang tidak kalah besarnya datang dari AS-China yang saling berbalas bea masuk bagi sejumlah produk senilai miliaran dolar AS. Situasi ini lantas menambah parah kecemasan investor terkait terganggunya arus perdagangan serta perlambatan ekonomi global.
Sebagai catatan, dalam beberapa waktu terakhir, indikasi perlambatan ekonomi malah mulai terlihat berdampak bagi AS sendiri. Hal ini tercermin dari rilis-rilis data ekonomi teranyar yang sebenarnya mengecewakan.
Pertama, penjualan rumah baru yang sebesar 553.000 unit pada September. Jumlah ini turun 5,5% secara tahunan (year-on-year/YoY) sekaligus menjadi yang terendah sejak Desember 2016.
Kedua, laporan The Fed dalam Beige Book yang menyebutkan dunia usaha mulai menaikkan harga akibat perang dagang dengan China. Tingginya bea masuk untuk importasi bahan baku dan barang modal asal China membuat dunia usaha semakin tidak bisa menahan untuk tidak menaikkan harga.
Ketiga, pemesanan barang-barang tahan lama (durable goods) yang hanya tumbuh 0,8% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada September. Jauh melambat dibandingkan pertumbuhan Agustus yang mencapai 4,6%.
Rilis data pemesanan barang tahan lama inti, yang merupakan pendekatan untuk mengukur investasi dunia usaha, malah terkontraksi 0,1% MtM. Pada Agustus, data ini juga tumbuh negatif 0,2%.
Sentimen pertama dan kedua sukses membuat indeks saham Wall Street "kebakaran" pada pertengahan pekan ini. Namun, dengan moncernya pertumbuhan ekonomi AS di kuartal III, investor nampaknya bisa bernafas lega. Hal ini lantas bisa dimanfaatkan bursa saham New York untuk memulihkan diri.
Selain itu, masih kencangnya laju ekonomi Negeri Paman Sam juga semakin memberi alasan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan lebih agresif. Pemulihan ekonomi nampaknya masih berjalan sesuai dengan harapan. Bank sentral AS diperkirakan kembali menaikkan suku bunga acuan pada Desember.
Hal tersebut membuat dolar AS bisa mendapatkan momentum untuk bergerak menguat. Selama ini senjata andalan penguatan dolar AS adalah kenaikan suku bunga acuan.
sumur
Code:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181026200905-4-39278/lampaui-ekspektasi-ekonomi-as-tumbuh-35-di-q3-2018
trump MAGA



anasabila memberi reputasi
1
383
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan