leph15Avatar border
TS
leph15
Cah ganteng
Cerita ini cuma imajinasi yang mungkin nyeleneh dan mengandung berbagai kata-kata vulgar. Namun sekali lagi ini hanya imajinasi.






1





Namaku Bramila Indurasmi. Artinya, sinar bulan yang dihormati. Apik to jenengku? Tapi aku ya heran, apa orang tuaku itu doain anaknya biar jadi jalang? Bukannya berburuk sangka. Tapi kan aneh, masa ada bra-nya di namaku? Aneh kan?Aku ini perempuan. Aku ini cantik, imut-imut. Kalau bahasa orang kota, aku ini unyu. Aku tahu, soalnya aku sering nonton sinetron. Bukan sinetron yang panjang- panjang seperti ataran atau yang legendaris seperti tersunjang. Tapi yang pendek- pendek, seperti FTV. Oh … kalau pendek namanya bukan sinetron ya?

Iya… lupa. Balik yang tadi, aku ini cantik. Ingat lo ya, aku ini cantik! Soalnya, Ibu dan bapak sering bilang kalau aku ini ganteng.Tapi aku ini perempuan! Mana ada perempuan yang ganteng? Iya to? Kalau perempuan itu ya cantik,ayu! Aku ini ayuseperti penyanyi papan atas, mirip- mirip Ayu Tong Tong. Walau dia udah gak ting-ting lagi, tapi aku kan masih. Jangan-jangan kami ini saudara kembar beda umur yang terpisah?

Oke ini mulai ngaco. Aku tadi bahas apa ya?

Aku ini asalnya dari desa. Dari kampung, cah ndeso. Tapi...itu dulu. Sekarang aku jadi cah kuta (anak kota). Bapak sama Ibuku menang lotre, itu kata Bapak. Jadinya, kami jadi orang kaya dan hijrah ke kota. Kata Ibu, aku juga harus lanjutin kuliah yang sempat terancam gak jadi.

"Le (sebutan orang jawa untuk anak laki-laki).... eh keliru. Nduk (sebutan orang jawa untuk anak perempuan)... Nanti kalau sudah lulus SMA gak lanjut gak apa ya nduk? Bapak sama ibu gak punya uang."

Tapi...itu dulu. Sekarang kami itu orang kaya, kami orang kota. Jadi sekarang aku bisa mikuli uyah, maaf maksudnya kuliah. Aku gak pernah maksa bapak sama ibu buat nyekolahin aku setinggi langit. Aku cukup sadar diri gimana perekonomian kami waktu itu. Nah tapi kalau sekarang kan keadaan lain. Jadi gak apa to?

"Nduk bangun, dah pagi. Hari ini hari pertama kuliah kamu. Nanti telat." teriak Ibu.

"Iya Bu, Mila dah Bangun."

Ibuku itu memang Ibu terbaik. Beliau selalu telaten ngerumat ( merawat) anaknya.

"Eh, anak Ibu dah rapi ternyata." Sambut Ibu setelah aku keluar dari kamar

"Aduh nduk, koen iki wedhok tapi kok yo cek gantenge to (kamu ini perempuan tapi kok ganteng sekali)" Ibu nyubit pipiku gemas. Ini memang sering terjadi kok.

"Ibu ini lho, berapa kali harus Mila bilang? Mila ini perempuan. Mila ini cantik bukan ganteng!" Protesku yang di sambut dengan gelak tawa "Memangnya Ibu lupa kalau anak Ibu ini perempuan? Kan Ibu yang ngelahirin." Sungutku masih cemberut.

"Lha yo iku nduk, lek koen iku anake wong liya. Ibu yo ora percaya lek koen iku duwe apem. (Lha ya itu, kalau kamu itu anak orang lain. Ibu juga nggak percaya kalau kamu itu punya v***na)."

Aku jadi tambah cemberut, merengut, mbesengut. Sebenarnya candaan model begini juga udah biasa di keluarga kami, guyonane kusruh ( candaannya jorok). Tapi aku tahu, mereka gak ada maksud apa-apa. Murni bercanda.

"Ya udah Mila berangkat." Kataku sambil mencium punggung tangan Ibu, anak baik kan aku?

"Sing Pinter yo nduk. Ojo nggondok, mengko apemmu dadi gedhang( yang pinter ya. Jangan ngambek nanti v***namu jadi pe**s)"

"MILA INI PEREMPUAN GAK PUNYA P**IS!" Jeritku kesal sambil jalan ke kampus. Kampusku dekat, cuma jalan kaki sepuluh menit.

Woah  jadi ini to yang namanya kampus? Weh..... gedhe, bagus. Aku beneran gak nyangka bisa sekolah di tempat sebagus ini. Lho...itu ngapain ya, kok semua baris di lapangan? YA AMVELOPE! AKU TELAT OSPEK! Aku langsung lari ke lapangan. Tapi langkahku langsung di hentikan oleh sosok laki-laki yang tinggi. Orang itu berkacak pinggang di depanku.

"Beraninya kamu telat di hari pertama OSPEK! Nama kamu siapa?"

Astagay nagay ini orang apa Jin? Ya Gusti pangeran, pencipta Alam semesta dan seisinya. Makhluk apa yang engkau hadirkan dihadapan Hamba saat ini, ya Gusti. Kok ya ada orang gantengnya kayak gini. Bahkan Hamba yang sudah Engkau ciptakan teramat sempurna ini masih mengakui bahwa ciptaanMu yang satu ini sangatlah sempurna ya Gusti.

"Namaku Mila mas. Bramila Indurasmi. Maaf mas, sampeyan orang apa jin?"

"NGGAK SOPAN!" Orang itu melotot sampai matanya mau copot. Rahangnya mengeras garang. Dari ekspresinya kok orang ini kayak mau makan aku to. Tapi gak apa, aku rela. Di emut- emut sama dia.

Kenapa? Kalian kaget? Kenapa aku kok jalang? Sini- sini mendekat, biar aku bisikin! YA SUKA-SUKA AKU DONG! LHA WONG AKU CUMA NGEBAYANGIN DALAM HATI. Tapi ini rahasia lho. Bapak sama Ibuku gak tau soal ini. Jadi jangan bilang siapa- siapa! Cuma buat kita berdua.

"Lho, aku kan cuma tanya to mas."

"Tomas....Tomas, namaku bukan tomas!" Orang itu mendesis, kayak nahan amarah gitu lho.

"Lha yang bilang nama mas Tomas itu siapa? Nama mas itu..." Sek,sebentar aku masih baca name tag yang gelantungan di lehernya. Namanya..."Adinata Rajendra. Wah, nama Mas apik. Artinya apa?"

"Paling unggul dan paling tampan."

Namanya kok sombong sekali. Pantas aja kalo orangnya songong. Tapi gak apa. Orang ganteng mah bebas.

"Ngapain senyum- senyum?"

Lho masa sih?

"Gak apa mas. Aku cuma terpesona sama mas. Kayaknya aku ini naksir sama mas"

Dia senyum, iya beneran! Mas Rajendra tersenyum. Dan senyumnya itu lho...hadeh kang mas kalau kayak gini caranya nimas gak tahan.

Ya Gusti Pangeran sempurna sekali ciptaanmu yang satu ini. Dan Gusti, akan lebih sempurna lagi kalau ciptaanmu itu jatuh cinta sama hamba ya Gusti. Amin.

Mas Rajendra mendekat ke arahku, bikin jantungku jadi dag dig dug gendang dut. Aku mau dicium to? Haduuuuh harus siap- siap. Mulutku gak bau kan? Oh, gak. Aku tadi gosok gigi kok.

"Jadi kamu naksir sama aku?" Mas Rajendra tersenyum.

Aku mengangguk mantap

"Tapi kamu telat, jadi harus tetap di hukum."

Mas Rajendra tersenyum lebih manis. Mas...kamu tahu gak kalau senyummu itu seperti matahari yang melelahkan es batu. Anget- anget semriwing.

"Sekarang kamu scout jump!"

"Tapi masnya duduk di depanku ya?"

Mas Rajendra mengernyit. "Buat apa?"

"Ya biar aku semangat to mas." Jawabku sambil senyum super cantik.

"Ternyata kamu ini modus juga ya? Ntar kalo ada yang bangun gimana?" Bisik mas Rajendra yang otomatis bikin aku klepek- klepek. Sama yang bangun- bangun itu lho.

"Gak apa mas, aku orangnya tanggung jawab kok."

GYUTT… aku langsung nemplok di lengannya mas Rajendra. Ooh...ugh...ehm...kokoh. Lengannya mas Rajendra ini kuat, padat. Kebayang rasanya kalau aku tidur di peluk sama lengan kekar kayak gini. Berasa tidur di langit ke tujuh. Kangmas peluk Nimas.

"Di, ternyata kamu di sini? Aku cariin dari tadi."

Pengganggu! Ini siapa lagi? Aku gak suka! Apalagi datang trus main tarik tangannya mas Rajendra. mas Rajendra itu eksklusif milikku! Jadi gak ada orang lain yang boleh nyentuh mas Rajendra. Cuma aku!

"Ada apa Ya?" Mas Rajendra tanya sama cewek pengganggu itu. Tapi cewek itu malah ngeliatin aku yang masih nempel di lengannya mas Rajendra

"Itu sapa sih Di? Kenalan lo?" cewek pengganggu itu nunjuk aku.

"Bukan. Dia angkatan baru. Namanya Bramila Indurasmi."

Ih...mas Rajendra jahat! Kok hubungan kita gak di akuin? Kenapa gak bilang aja kalau aku ini calon pacarnya? Gak mungkin kan kalau mas Rajendra gak suka sama aku? Lha wong akunya aja cantik gini kok.

"Ooh...Miiii Laaa..." Cewek pengganggu itu ngeliatin aku dari atas ke bawah, balik lagi ke atas.

"Apa to liat-liat?" Aku mendengus gak suka. Emangnya aku maling, di liatin seperti itu? Awas saja nanti, aku gigit ...GRRR….

"Cih, biasa aja. Jelek. Manisan juga gue."

Eeeeeh...Ini orang maksudnya apa to? Cantik kayak gini kok katanya biasa aja.

"Heh, lo dengerin gue baik-baik! Nama gue Toya." Si Toya... Toya itu melipat tangannya di depan dadanya yang gedhe dan natap aku sinis, setelah nunjuk- nunjuk aku dasar tembelek, di pikir aku takut apa? Aku balas tatapannya, lebih sinis lagi. Eh...tunggu! Apa itu tadi? Meski cuma sekilas tapi aku yakin, aku liat kalau dia tadi menyeringai. Aku diremehin ya?

"Di, lo bisa ikut gue kan? Kita masih ada urusan yang harus diselesaiin lho." Si Toya itu senyum manis ke mas Rajendra.


Aku gak suka! Aku langsung narik mas Rajendra ke belakangku. "Kamu ini apa-apaan to? Mas Rajendra gak akan kemana- mana! Mas Rajendra cuma ada urusan sama aku." Aku berkacak pinggang dan natap dia sejudes mungkin, biar dia takut. Meski aku gak yakin kalau muka cantikku ini bisa keliatan nyeremin.

Si Toya...Toya itu terkikik sambil nutup mulutnya pakai jari. Ih...dasar sok cantik.

"Aku akan pergi." Kata Mas Rajendra yang berjalan melewatiku dan menarik lengan Toya.

Huh! Mas Rajendra ini, aku gak terima. Pokoknya kemana mas Rajendra pergi aku ikut. Tapi sepertinya aku ini emang gak perlu khawatir. Soalnya mas Rajendra memang lagi sibuk ngerjain tugas- tugas ospek. Walau begitu aku tetep sebel. Aku ini lagi marah lho sekarang. Aku di cuekin. Aku gak direken. Aku di anggap gak ada. Dan yang paling bikin amarahku berkobar mas Rajendra ketiduran di pangkuan cewek pengganggu itu! Awas saja mas Rajendra! Belum apa-apa kelakuannya dah nakal gini trus ntar gimana nasibku kalau sudah jadian? Kalau memang masih nakal juga ntar tak BDSM-in

Cuuuuurr....

Mas Rajendra bangun gelagapan lalu ngeliat aku dengan tatapan marah. Ya wajar sih,sedangkan  si Toya cewek pengganggu itu langsung pergi sambil ngomel- ngomel gak jelas. Maaf ya, tapi aku gak peduli tuh. No reken, don't gubris.

"Kenapa kamu nyiram aku?" Tanya Mas Rajendra setelah narik nafas panjang.

"Mas Rajendra kelihatan tambah ganteng kalau lagi basah."

Yang ini aku jujur lho. Dengan air yang netes- netes dari rambutnya, matanya yang sayu karena bangun tidur dan bibir yang setengah terbuka. Mas Rajendra kelihatan … sekseh. Haduh mas… Mila padamu mas. Aku tresno marang sliramu.

Gyut...

Eh...eh...lho...Mas? Mau ngelakuin sekarang? Haduh mas jangan buru-buru gini to, aku belum siap ini lho. Waduh….

Jangan pingsan...Jangan pingsan...kuatlah diriku....

"Ngg...mas kok… kancingku …  dilepas...."

Aduh...aduh... mukaku rasanya panas. Kipas...kipas mana kipas?

"Mila...."

Ahh... suaranya. Serak...serak basah, mendesah.

"I...iya Mas"

"Sini, maju lebih dekat."

Aduh mas Rajendra ini ambigay. Kalian tau gak? Gak tau to? Sekarang ini mas Rajendra itu lagi dalam posisi duduk dan aku berdiri di depannya. Mas Rajendra narik sweaterku -yang kancingnya dah dia buka lebih dulu- biar lebih dekat ke dia

"Sshh...ahh." aku merem, merasakan sensasi saat tangan mas Rajendra menyentuh perutku yang sensitif.

"Kamu ngapain sih pake mendesah segala?"

Lho?

"Mas Rajendra ngapain to?"

"Apaan? Cuma mau ngelap muka pake sweater kamu aja kok."

Iiih...mas Rajendra ini, kirain mau ngapa-ngapain aku. Jadi sebel aku!

"Jam berapa sekarang? Kayaknya udah sore ya? Ayo kuantar pulang." Mas Rajendra berdiri dan jalan ninggalin aku. Setelah sampai di pintu, dia sadar kalau aku gak ngikutin dia. Jadi mas Rajendra berbalik dan jalan lagi ke arahku.

Tapi mas Rajendra telat! Aku sudah terlanjur ngambek. Dan aku ini susah dirayu lho kalau sudah njegot. Aku berbalik, kalau istilah orang jawa nyingkur.


Mas Rajendra malah meluk aku dari belakang dan ngancingin sweaterku. Aku bisa rasain hembusan nafas mas Rajendra di leherku. Semriwing. Aku deg- degan, Mas Rajendra ini benar-benar bikin aku klepek- klepek. Mas Rajendra genggam tanganku erat dan aku gak henti- hentinya tersenyum.

"Dah nggak marah lagi kan?" Tanya Mas Rajendra

"Mas aku tresno marang sliramu."

Lho iya aku lupa, lha terus ospekku hari ini gimana ya? Halah ya wes lah, pokoknya dapet gebetan cakep.
*
*
*
Halo, ini pertama kalinya nulis di kaskus. Jadi masih bingung he he. Tolong saran dan kritiknya ya
Diubah oleh leph15 26-10-2018 08:28
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
2
1.3K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan