JawaPos.com - Kegiatan Tari Angguk dengan dihibur memakai kembang api atau petasan dalam mengisi acara Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) diklaim sudah melalui prosedur dan koordinasi matang. Meski sempat menimbulkan polemik terkait adanya parasut dengan bendera Tiongkok keluar dari petasan yang dibunyikan.

"Kegiatan ini sudah melalui proses koordinasi dengan Kepolisian. Konyol dan nggak mungkin saya menghadirkan (petasan dengan parasut berbendera Tiongkok). Itu sama saja bunuh diri," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, Joko Mursito selaku seksi kesenian di acara itu, Rabu (17/10).

"Saya balik ke Alun-alun menemui beberapa personel Polres yang ingin mengetahui itu. Ketika saya tahu pertama, ini asli atau rekayasa. Ini di alun-alun atau tempat lain," katanya.

Ia membeli petasan tersebut dalam satu paket. Seharga kisaran Rp 4 juta, sudah mencakup yang melakukan eksekusi atau menyalakannya.

Joko menyebut, petasan itu dibelinya di toko yang sudah menjadi langganan selama ini. Yaitu untuk mengisi atau memberikan hiburan ketika ada acara atau hajatan besar, seperti Hari Jadi. "Biasanya juga tidak ada apa-apa," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, Untung Waluya menambahkan, dalam acara Hari Jadi pada Senin (15/10) itu ada beberapa kegiatan. "Untuk upacara, panitianya dari Pemda. Kami menghadirkan Tari Angguk, untuk menyemarakkan nguri-nguri (melestarikan) nilai budaya di Kabupaten Kulon Progo. Karena Angguk itu sebagai salah satu tari unggulan di Kulon Progo," katanya.

Tari Angguk total yang terlibat sebanyak seribu orang. Mereka meliputi penari, perias, hingga sampai yang mengurusi pakaian.

Setelah dinyalakan petasan itu, tak hanya kembang api yang muncul. Akan tetapi parasut kecil dengan membawa bendera, salah satunya Tiongkok. Baru di bawah bendera itu ada bendera Merah Putih.

https://www.jawapos.com/jpg-today/17/10/2018/polemik-bendera-tiongkok-dari-petasan-disbud-pun-kaget

Awas bahaya laten buabik!