Ajang kompetisi yang terbilang sukses, menurut ane, ketika dalam euphoria kompetisinya menyingkirkan perbedaan, semangat sportivitas terjaga, hanya ada kontes atlet terbaik bukan menunjuk siapa yang pecundang.
Buat ane, Asian Para Games mampu menunjukkan keberhasilan dalam menjaga solidaritas ini.

Salah satu buktinya ditunjukkan oleh seorang atlet para-cycling asal Malaysia, Mohamad Yusof Hafizi Shaharuddin. Shaharuddin memuji audiens Indonesia atas sikap orang-orang kita yang menyemangati para atlet yang berpartisipasi di pertandingan balap sepeda. Dukungan diberikan Indonesia tanpa melihat asal negara atlet yang bertanding.



Mereka yang datang di pertandingan itu terus bersorak kepada para atlet, sebelum, selama bahkan setelah pertandingan.

Sejarah rivalry bangsa Indonesia dan Malaysia, seperti kita ketahui, sudah melekat, baik di masyarakat kita, maupun masyarakat Malaysia. Sebagian orang masih memendam benci, tapi sebagian lainnya pun sudah move on dari stigma yang tertanam sejak dulu. Persaingan Indonesia dan Malaysia akan terus ada di ingatan, tapi ikhlas adalah salah satu jalan untuk mencapai kedamaian, juga untuk diri sendiri. Dan itu harusnya menjadi pengaruh yang baik untuk menghilangkan ketegangan yang masyarakat kita miliki ini. Pada akhirnya, lahir mutual respect.

It's actually beautiful.



Shaharuddin mendapatkan perak di pertandingan ini karena kalah cepat delapan detik dari pesaing China, Li Zhangyu. Tapi dirinya bisa menikmati pertandingan. Bukan stres, tapi hepi.

Well, kita bisa nyimpulin kenapa dia hepi kan?

Jika Asian Para Games bisa menyatukan bangsa-bangsa se-Asia, seharusnya kita bisa ikutan euphoria dengan menjaga keharmonisan antar manusia. Mulai dari bangsa dulu sendiri aja.

Cheers gan