annisa2019Avatar border
TS
annisa2019
Benarkah P.Kalimantan Sepenuhnya Aman dari Gempa Bumi? Salah!
Benarkah Pulau Kalimantan Sepenuhnya Aman dari Gempa Bumi? Berikut Penjelasannya

Jumat, 12 Oktober 2018 13:35

TRIBUNKALTIM.CO - Indonesia merupakan negara yang rawan gempa bumi. Terbaru, gempa dengan magnitudo 6,3 mengguncang wilayah Situbondo, Jawa Timur dan Bali. Gempa terjadi sekitar pukul 01.00 pada Kamis (11/10) dini hari.

Namun, apakah benar demikian?

Mengutip laman geomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi. Ini terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di wilayah Ranau dan gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.

Hingga kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim. Secara garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.

Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.

Ahli ITS Ingatkan Ada Patahan Surabaya dan Waru, jika Terjadi Gempa Bisa Menimbulkan Amplifikasi
Zona tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.

Sementara, letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil secara tektonik.

Namun, benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?
Ternyata jawabannya tidak.

Pulau Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.

Risiko guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi dataran Pulau Kalimantan.

Sementara itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.

Secara umum sesar-sesar di Pulau Kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara – selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut.
Lipatan yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya – timur laut.

Pola struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi sebelumnya.

Berdasarkan kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan.

Yakni, Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar.

Di samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.

Inilah yang menyebabkan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari risiko gempa bumi.
http://kaltim.tribunnews.com/2018/10...-penjelasannya



Quote:


-------------------------------



Kebanyakan orang yang tinggal di Kalimantan merasa aman-aman saja dari gempa dan gunung meletus, memang nggak keliru bila melihat riwayat bencana gempa Bumi dan gunung meletus seperti gambar diatas itu. Tapi peristiwa gempa Bumi yang terjadi di Kalimantan Timur (Tarakan dan Paser Utara) serta terasa kerasnya goncangan gempa bumi yang melanda Palu minggu lalu, yang ikut dirasakan oleh warga di Samarainda dan Balikappan, sebenarnya menghapous semua mithos itu, bahwa Kalimantan adalah wilayah paling aman di Nusantara ini.

Kalimantan memang jarang dikenai bencana alam gempa Bumi (apalagi gunung meletus). Tapi bentuk bencana alam yang bisa melanda pulau Kalimantan itu tak kalah dahsyatnya akibat pengrusakan hutan yang masiv beberapa dekade ini. Hutan tropis di Kalimantan kini banyak yang gundul, dan tanahnhya  rusak akibat di konversi ke lahan sawit atau dikeruk permukaannya untuk tambang batubara permukaan. 

Lobang-lobang raksasa banyak menganga akibat penambangan batubara yang tak terkontrol itu, meninggalkan danau-danau berisi air beracun bagi makhluk yang meminumnya. Dalam beberapa kasus, bahkan menjadi sarang nyamuk malaria. Belum lagi kasus kebakaran hutan setiap tahunnya. Belum lagi banjir. Itu ibukota Kaltim, Samarinda, kini tiap musim penghujan harus menanggung banjir besar yang merusak sarana infrastruktur kota itu. Pemasukan dana bagi hasil dari pembukaan tambang batubara dan kelapa sawit serta exploitasi kayu hutan tr0pis yang mereka dapat, ternyata,nggak sebanding dengan nilai kerusakan (social cost) yang ditanggung warganya, dan nilai kerusakan infrastruktur tiap tahunnya.



Diubah oleh annisa2019 13-10-2018 01:15
0
3.8K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan