- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Proyek ramah lingkungan di Indonesia dilirik investor asing


TS
BeritagarID
Proyek ramah lingkungan di Indonesia dilirik investor asing

Sejumlah pelajar berkampanye tentang bahaya sampah plastik di Jalan Arief Rahman Hakim, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (3/10). Pelajar tersebut mengajak masyarakat untuk mengontrol penggunaan barang berbahan plastik karena sulit terurai secara alami.
Keseriusan Indonesia untuk meningkatkan pembangunan proyek ramah lingkungan dan berkelanjutan telah menarik perhatian investor dunia. Miliaran dolar dana asing diperkirakan akan masuk ke proyek-proyek hijau yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Seiring dengan gencarnya pembangunan yang dilakukan, pemerintah mulai memikirkan mencari pendanaan alternatif agar tidak terlalu bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun di satu sisi, pemerintah juga menjaga agar pembangunan tersebut tidak berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan perubahan iklim dunia.
Hingga akhirnya, pada Februari tahun ini pemerintah menerbitkan surat utang syariah berbasis wawasan lingkungan (green sukuk) senilai 1,25 miliar dolar AS, atau setara Rp15,2 triliun, yang telah menarik banyak minat investor global. Surat utang ini pun laris diborong oleh para investor yang mayoritas berbasis di luar negeri.
Indonesia menjadi negara pertama yang menjual obligasi tersebut. Surat berharga tersebut ditawarkan dengan jangka waktu lima tahun dengan margin yang sudah ditentukan sebesar 3,75 persen.
Dana yang didapatkan dari penjualan green sukuk akan dimanfaatkan untuk proyek pengembangan infrastruktur yang berhubungan dengan energi baru dan terbarukan (EBT) dan perumahan.
Terlepas dari tujuan green sukuk yang mengembangkan energi bersih, skema pembiayaan ini juga memiliki tujuan lain untuk mengembangkan infrastruktur yang dapat menekan populasi kendaraan bermotor di jalan raya.
Oleh karena itu, sektor perkeretaapian, pelabuhan, hingga bandar udara menjadi target utama dari pembiayaan melalui skema ini.
Wakil Presiden Bank Dunia, Arunma Oteh, mengatakan green sukuk adalah instrumen pembiayaan sangat penting bagi kelestarian lingkungan hidup. Menurutnya, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan, pemerintah Indonesia perlu mengharmonisasikan kebijakan untuk mendorong langkah itu.
“Tantangan kita adalah bagaimana agar pembangunan selaras dengan upaya pelestarian lingkungan. Dunia sedang berkonsentrasi kepada proyek-proyek yang berbasis kesinambungan, terutama pada tema-tema lingkungan dan penghijauan. Dan kemudian Green Sukuk hadir diprakarsai pertama kali oleh Indonesia,” ujar Oteh dalam seminar Green Finance for Sustainable Development di Hotel Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).
Dalam Konferensi Perubahan Iklim Dunia atau Conference of the Parties (COP) 21 UNFCCC di Paris, Prancis, 2015, Presiden Joko Widodo telah berkomitmen akan menurunkan tingkat emisi karbon sebesar 29 persen dalam 15 tahun ke depan.
Indonesia disorot karena dianggap sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, terutama karena kebakaran hutan untuk pembukaan lahan pertanian.
Dalam sesi seminar pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengklaim perhatian Indonesia terhadap pembangunan proyek ramah lingkungan telah membawa Indonesia satu langkah lebih maju jika dibandingkan dengan negara-negara berkembangan lainnya.
"Tidak hanya dalam realisasi teknis di lapangan, dari segi kebijakan fiskal, secara tidak langsung pemerintah juga telah mendukung penurunan emisi karbon secara global," ujar Sri Mulyani.
Dalam prosesnya, skema green bonds telah banyak dimanfaatkan oleh berbagai negara dalam pengembangan infrastruktur. Pada sektor perkeretaapian, China Railway Corp (222 miliar dolar), Indian Railways (14,7 miliar dolar), hingga Korea Railroad (10,5 miliar dolar) telah memanfaatkan skema ini dalam jumlah masif.
Meksiko juga memanfaatkan skema ini untuk mengembangkan bandar udara senilai 2 miliar dolar.
Di sektor swasta, sudah ada beberapa perusahaan Indonesia yang menerbitkan surat utang hijau atau green bond secara global. Contohnya, Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Limited yang merilis green bond senilai 650 juta dolar di AS pada pertengahan April lalu.
Contoh lainnya adalah lembaga keuangan Tropical Landscape Finance Facility (TLFF) yang pernah merilis green bond senilai 95 juta dolar pada akhir Februari 2018, untuk mendanai PT Royal Lestari Utama, perusahaan patungan Michelin Prancis dan Grup Barito Pacific.
Teranyar, International Finance Corporation (IFC)--anggota Bank Dunia--menerbitkan Green Komodo Bond dalam denominasi rupiah yang berhasil menarik permintaan sebanyak Rp2 triliun atau 134 juta dolar.
Obligasi ini dikeluarkan untuk membiayai infrastruktur yang mendasari dan proyek-proyek terkait iklim. Ini adalah penerbitan Komodo Bond pertama kalinya dalam mata uang rupiah oleh bank pembangunan multilateral untuk investasi ke proyek-proyek iklim di Indonesia.
Surat utang bertenor lima tahun ini mulai terdaftar di Bursa Efek London dan Bursa Efek Singapura pada Selasa (9/10/2018).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Tengah), dan Vice President Treasury World Bank Arunma Oteh (Kanan), menjadi pembicara dalam diskusi bertema Green Finance for Sustainable Development pada Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018, di Nusa Dua, Bali (9/10). Mengapa investor asing tertarik?
Jika dilihat dari kacamata bisnis, sebetulnya investasi hijau memiliki tantangan tersendiri bagi para investor. Investasi hijau kerap dinilai lebih mahal dibandingkan dengan proyek konvensional sebab beberapa aspek.
Pertama, investasi hijau biasanya membutuhkan teknologi yang inovatif dan harus dihadapkan oleh keterbatasan sumber daya manusia. Selain itu, insentif yang diperoleh investasi hijau juga masih minim.
Namun Country Director UNDP Indonesia, Christophe Bahuet, menyebut investasi hijau berdampak sosial dan lingkungan luar biasa. Manfaat tersebut bisa dirasakan dalam bentuk penciptaan lapangan kerja dan pembangunan ketahanan perubahan iklim yang berkelanjutan.
Oleh sebab itu, pendanaan pembangunan proyek ramah lingkungan menjadi perhatian besar para filantropis dunia.
Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Silvano Rumantir, mengatakan penerbitan surat utang berbasis lingkungan menjadi alternatif bagus bagi pembiayaan Indonesia. Pasalnya, belakangan ini investor semakin menyukai aset yang ramah lingkungan. Terutama investor asal Eropa yang sensitif dengan isu lingkungan.
"Biasanya investor tersebut tergabung dalam sebuah komunitas yang sangat peduli dengan isu lingkungan hidup dan pemanasan global," jelas Silvano kepada Beritagar.id di Nusa Dua Bali, Selasa (9/10).
Di sisi lain, penerbit obligasi hijau masih sangat minim, terutama di negara-negara berkembang (emerging market).
"Emerging market jarang yang mengeluarkan green bond. Ini celah market yang layak dioptimalkan," ujarnya.

Penjualan green bonds di Asia Tenggara 2016-2018Proyek diseleksi ketat
Pemerintah terus menyeleksi jumlah proyek yang berhak menerima pembiayaan dari green bond. Seleksi proyek tersebut dilakukan oleh Tim Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) yang bernaung di bawah Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Senior Vice President PINA, Lukman Adi Prananto, menyebutkan setidaknya ada tiga proyek potensial yang dapat didanai dengan instrumen obligasi ini, yaitu Bandara Kertajati di Majalengka, Pelabuhan New Tanjung Priok di Jakarta, dan PLTA Jatiluhur di Purwakarta.
Namun skema pembiayaan dengan green bond ini akan dilakukan secara ketat. Setidaknya ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi guna memastikan proyek yang dikerjakan benar-benar ramah lingkungan. Salah satunya menyoroti soal izin AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang dikeluarkan untuk proyek.
Kendati begitu, Lukman belum bisa memastikan besaran dana yang bisa digarap melalui instrumen green bond untuk masing-masing proyek. Ia menilai masih perlu adanya pendekatan secara business-to-business terhadap masing-masing perusahaan pengelola proyek tersebut, seperti PT Angkasa Pura II Persero dan PT Pelindo II Persero.

Pembiayaan proyek ramah lingkungan di Indonesia.

Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...investor-asing
---
Baca juga dari kategori BERITA :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
434
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan