Belakangan ini industri esports makin berkembang pesat. Mungkin selama ini kita berpikir jika industri esports itu dirajai oleh negara-negara asia timur (cina, jepang, korea selatan), tapi tahukah agan dan sista kalau sebenarnya dunia esports di negara-negara skandinavia sangat maju bahkan bisa dibilang banyak atlet esports sukses lahir di swedia. Meskipun jumalah populasi penduduknya kecil, Swedia adalah salah satu pemimpin dunia dalam eSports. Yuk kita simak apa saja faktor pendukung fakta tersebut...

Sejak tahun 1990-an, orang swedia sudah menggandrungi dunia esports, misalnya saat itu ada nama oskar "Lakerman" ljungstorm yang menjadi player jagoan dalam game quake, sementara di awal tahun 2000 ada nama Emil "HeatoN" Christensen yang menjadi player jagoan dalam game counter strike. Kalau di indonesia tahun segitu masih main tetris paling banter main winning eleven di rental PS1.

Karena banyaknya jagoan esports di swedia, banyak anak yang menjadikan mereka sebagai idola dan panutan. Ini berarti mereka terinspirasi untuk menjadi generasi penerus atlet esports. Apalagi ditunjang ketersediaan sarana seperti internet cepat dan majunya teknologi negara swedia. Hmm emang lebih baik menjadikan atlet esports berprestasi sebagai panutan, daripada mengajari bocah tentang perseteruan kecebong vs kampret.

Berdasar sebuah survei di akhir tahun 2016, Swedia adalah pasar terbesar di Eropa untuk konsumsi eSport, berdasarkan pembelian tiket dan item game yang terhubung ke eSports. Ini berarti orang Swedia tidak hanya bermain game secara kompetitif, mereka juga mengeluarkan banyak uang untuk menonton para gamer profesional berkompetisi di event resmi dan tentu saja mempelajari startegi dan permainan para gamer profesional. Ternyata memang pengalaman adalah guru terbaik.

Turnamen eSports DreamHack adalah salah satu turnamen terbesar dan terbaik di dunia. Turnamen ini berlangsung di kota Stockholm saat musim panas dan kota Jonkoping saat musim dingin. Hal ini juga membantu orang Swedia yang ingin menonton permainan kompetitif tanpa perlu melakukan perjalanan jauh. Yang penting kalau nonton turnamen esports jangan anarkis kayak suporter bola indonesia ya. .

Mayoritas orang tua melihat game hanya sebagai hiburan yang terkadang membuat anak lupa belajar, tetapi di Swedia anggapan tersebut sepertinya sudah hilang karena kini semakin banyak kursus game bahkan di sekolah atau perguruan tinggi ada mata pelajaran/kuliah untuk menjadi ahli eSports. Wah kalau di indonesia, orang tua lebih seneng anaknya jadi PNS atau kerja di BUMN daripada jadi atlet esports.