Resmikan Asian Para Games, Jokowi Salah Ucap Jadi Asian Games
TS
tanah.liat
Resmikan Asian Para Games, Jokowi Salah Ucap Jadi Asian Games
JawaPos.com - Presiden RI Joko Widodo melakukan blunder kecil dalam acara opening ceremony Asian Para Games 2018 pada Sabtu (6/10) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Alih-alih menyebut Asian Para Games, Jokowi malah menyebut Asian Games dalam kalimat pembukaannya.
Hal tersebut terjadi saat Jokowi hendak meresmikan pembukaan multi-event penyandang disabilitas terbesar di Asia tersebut.
"Dengan mengucap bismillah, saya menyatakan dengan resmi Asian Games 2018 di buka," kata Jokowi tanpa melakukan ralat lebih lanjut.
Meski tidak memberikan dampak apapun, ucapan tersebut membuat beberapa penonton yang ada di lokasi mengenyitkan dahi sembari tersenyum. "Harusnya 'kan Para Games," ujar beberapa penonton.
Terlepas dari kesalahan minor tersebut, acara pembukaan tetap berlangsung dengan meriah dan seru.
(isa/JPC)
JAKARTA, KOMPAS.com - Produk buah-buahan asal Indonesia rupanya semakin digemari di luar negeri. Hal itu terlihat dari ekspor buah Indonesia yang terus meningkat.
Kementerian Pertanian mencatat, pada bulan September 2018, ekspor buah Indonesia meningkat 24 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2017.
Direktur Buah dan Florikultura Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, mengatakan, buah tropis digemari masyarakat luar negeri antara lain karena kualitas produksi yang sudah mulai bagus pasca panen. Selain itu buah tropis juga tidak tumbuh di negara tujuan ekspor dan kebanyakan buah ekspor sudah mengarah ke buah organik.
“Buah-buahan yang kita ekspor itu manggis, pisang, salak, jeruk, mangga, nanas, dan rambutan,”ujarnya seperti dikutip dari Kontan.co.id, Jumat (5/10/2018).
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) Hasan Johnny Widjaja mengamini meningkatnya ekspor buah-buahan Indonesia.
“Untuk ekspor ke China, tidak bisa seperti dulu lagi, karena ada pengawasan yang ketat dalam bentuk karantina buah-buahan. Sekarang ekspor ke China baru membaik setelah dibuka lagi registrasinya,” sebut dia.
Sampai akhir tahun ekspor buah Indonesia diperkirakan naik sekitar 9 persen dibandingkan tahun 2017. “Semoga meningkat produksinya di tahun 2018 ini. Karena dari 2016-2017 naik 7,1 persen produksinya,” kata Sarwo.
Sebaliknya, impor buah sampai September 2018 malah menurun hampir 30 persen dibandingkan periode sama tahun 2017.
“Karena produksi kita semakin meningkat dan buah-buahan impor kurang diminati oleh masyarakat kita. Kecuali yang tidak tumbuh di negara kita, seperti kurma, anggur, dan lainnya,” kata Sarwo. (Annisa Maulida)
.
RMOL. Produksi pertanian setiap tahun meningkat. Demikian dikatakan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi dalam Rountable Ketahanan Pangan Nasional 2019, di Menara Kadin Indonesia, Senin (24/9).
"Melalui berbagai kegiatan yang kami lakukan, data menunjukkan tiap tahun produksi pertanian meningkat sehingga pangan kita cukup terutama beras," ujar Agung.
Dalam acara yang penyelenggaraannya bertepatan dengan Hari Tani Indonesia, Agung tampil mewakili Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Dalam paparannya, Agung menjelaskan bahwa beberapa produksi pertanian meningkat dan kinerja eksport pangan juga meningkat.
Selain itu, menurut Agung, Kementan juga sedang mengembangkan potensi pangan lokal yang berlimpah. Di antaranya mengembangkan tepung lokal terutama dari sagu.
"Untuk mewujudkan ketahanan pangan, saat ini kami sedang memproses kebijakan penggunaan tepung lokal sebesar 10 persen. Jadi setiap impor terigu harus dicampur tepung lokal 10 persen," jelas Agung.
Dalam kesempatan ini, Agung juga menagih janji hasil MoU di Bali baru-baru ini untuk direalisasikan kegiatannya.
Dalam sambutannya, Ketua Kadin, Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, luas Indonesia hanya 1/3 yang berupa daratan dimana hanya 30 persen di antaranya yang dapat digunakan untuk pangan.
"Secara umum lahan untuk keperluan pangan sebenarnya tidak besar. Untuk itu kita harus dapat memanfaatkannya seoptimal mungkin," ujar Rosan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bolog, Budi Waseso mengatakan, dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan sangat penting adanya sinergi dengan semua stakeholder.
"Bulok tidak bisa berjalan sendiri, atau pertanian berjalan sendiri," ujar pria yang akrab disapa Buwas.
"Dalam koordinasi juga diperlukan sikap untuk memajukan bangsa dan negara. Jangan menguatkan ego sektoral, sehingga koordinasi dapat merumuskan untuk memajukan bangsa," lanjutnya lagi.
Selain Kementan, Kadin dan Bulog, sejumlah lembaga turut hadir dalam agenda ini di antaranya Badan Penelitian dan Pengembangan. Kemendag, para pakar, media, asosiasi dan organisasi yang mempunyai kepedulian dan berkompeten dengan ketahanan pangan