- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Perumnas Balaroa Palu Amblas 20 Meter-Warga Bergelantungan di Kabel Listrik
TS
edisibaru
Perumnas Balaroa Palu Amblas 20 Meter-Warga Bergelantungan di Kabel Listrik
Quote:
BANGKAPOS.COM - Perumnas Balaroayang berada Perumahan Balaroa, Kabupaten Sigi ternyata memiliki dampak yang cukup parah akibat gempa di Palu, Jumat (28/9/2018).
Betapa tidak, gempa berkekuatan 7,4 SR itu membuat Perumnas Balaroa amblas sedalam 20 meter.
Dilansir dari tayangan metro TV Breaking News, seorang pewarta melaporkan langsung bagaimana kondisi perumnas Balaroa yang kini rata dengan tanah.
Dalam tayangan tersebut terlihat puing-puing bangunan perumnas Balaroa berada lebih rendah dari jalanan aspal yang ada di sampingnya.
Kejadian mendebarkan saat perumnas Balaroa amblas itu rupanya ikut dirasakan oleh ratusan kepala keluarga yang tinggal di sana.
Horor
Salah satunya dirasakan oleh seorang wanita bernama Siti Hajar yang masih hafal betul kejadian saat rumah yang ditempatinya amblas sedalam 20 meter.
Kepada pewarta, Siti Hajar mengaku peristiwa yang terjadi pada Jumat sore itu selalu ia kenang.
Sebab saat itu, ia menyaksikan detik-detik saat jalanan yang berada di depan rumahnya ringsek hingga terbelah.
Karena menyaksikan kejadian tersebut, Siti Hajar pun mengaku dirinya sempat terjebak di dalam aspal yang terbelah itu.
Beruntung, saat itu ada sang kakak yang menariknya dari dalam aspal yang terbelah.
Usai diselamatkan oleh sang kakak, Siti Hajar mengaku bahwa ia langsung berpegangan pada kabel listrik yang saat itu sudah sejajar dengan posisinya berdiri.
"Saya di rumah , jalan raya tuh terbelah, saya masuk ke dalam (retakan). Untung ada kakak saya. Kakak saya tarik saya agar ke atas. Saya akhirnya menggantung di kabel listrik," ujar warga perumnas Balaroa itu.
Namun nahas, kakak Siti Hajar kemudian ikut masuk ke dalam aspal yang terbelah akibat guncangan gempa berikutnya. Karenanya, Siti Hajar mengaku saat itu sedih dan tak ingin berpisah dari sang kakak.
"Tapi pas saya selamat udah di atas, ternyata kakak saya ketinggalan di dalam belahan yang aspal itu.(retakan tanah yang amblas)," ceritanya.
Tak ingin tinggal diam, Siti Hajar pun mengungkap bahwa ia langsung berinisiatif menarik sang kakak dari dalam retakan aspal. Sang kakak yang berada di dalam aspal pun ikut berusaha agar bisa keluar dari sana.
"Jadi tanahnya amblas, tiang listriknya jadi sejajar (dengan pijakan). Kakak saya sempat tersangkut di retakan jalanan aspal. Akhirnya saya tarik kakak saya, dan bisa lepas dari sana,"
Usai selamat dari ancaman masuk ke dalam aspal yang terbelah, Siti Hajar dan sang kakak pun akhirnya bertahan di atas gundukan.
Namun tak tinggal diam, Siti Hajar mengaku harus selalu waspada karena saat itu gundukan tanah yang berada di sekitarnya berada dalam kondisi rapuh dan mudah retak.
Hingga akhirnya setelah beberapa lama berpindah-pindah tempat, Siti Hajar dan sang kakak beserta warga lainnya menemukan sebuah gundukan tanah besar untuk tempat bertahan selama setengah jam.
"Sampai di atas kami bertahan di atas gundukan, hanya satu detik kemudian gundukan itu terbelah lagi. Jadi cara kami menyelamatkan diri setiap ada gundukan yang tinggi, aspal naik lagi saya naik. Sampai ada gundukan, di situ kami kumpul sekitar 50 orang bertahan sekitar setengah jam,"
Lebih lanjut lagi, Siti Hajar pun mengungkap kondisi perumnas Balaroa saat itu. Ketika peristiwa itu terjadi, Siti Hajar bercerita bahwa sekelilingnya terlihat gelap gulita.Karenanya, ia dan warga lain tidak bisa melihat secara jelas.Siti Hajar dan sang kakak pun sempat pasrah serta berharap mendapat bantuan.
Hingga akhirnya mereka bisa menempati posisi yang benar-benar aman yakni di jalanan beraspal tinggi yang berada di samping perumnas Balaroa.
Siti Hajar dan sang kakak serta warga lainnya pun harus mencari jalan dalam posisi gelap menuju tempat yang aman dari retakan aspal selama 5,5 jam.
"Kami saat itu sudah pasrah, karena kondisi gelap gulita. Kami juga berharap saat itu ada bantuan dari basarnas, helikopter, BNPB tapi tidak ada.
Malam kejadian itu sekitar jam 17.30 WITA, yang waktu aspal terbelah. Tapi kami baru bisa manjat sampai jalan raya (area tertinggi) sekitar jam 23.00 WITA," lanjut Siti Hajar.
Diberitakan sebelumnya, lurah Balaroa, Rahmatsyah mengatakan, hingga pagi tadi, hari keempat pasca gempa, belum ada bantuan sama sekali dari pemerintah.
"Penanganan sampai sekarang dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat belum ada sama sekali yang hadir, kami butuh sekali logistik, tenda, air, kantung mayat, sepertinya mayat ada ratusan," jelasnya.
Ia menjelaskan, di wilayahnya ada sekitar 900 kepala keluarga, dan hampir semuanya rumah hancur dan amblas 20 meter ke bawah.
Ia juga mengatakan, dirinya sudah mencatat ada sekitar 90 warganya yang sudah dipastikan tertimbun reruntuhan rumah.
"Ada 90 sampai 100-an orang sudah dipastikan meninggal dunia berdasarkan laporan warga, diperkirakan masih banyak lagi korban, ratusan bahkan ribuan warga tertimbun yang tidak bisa kita angkat," tandasnya.
Lurah tersebut juga menjelaskan kalau amblasnya rumah-rumah warga di Perumnas Balaroa itu bersamaan dengan gempa 7,4 SR yang mengguncang Palu, dan tak lama langsung terjadi amblas.(*)
Horor
Betapa tidak, gempa berkekuatan 7,4 SR itu membuat Perumnas Balaroa amblas sedalam 20 meter.
Dilansir dari tayangan metro TV Breaking News, seorang pewarta melaporkan langsung bagaimana kondisi perumnas Balaroa yang kini rata dengan tanah.
Dalam tayangan tersebut terlihat puing-puing bangunan perumnas Balaroa berada lebih rendah dari jalanan aspal yang ada di sampingnya.
Kejadian mendebarkan saat perumnas Balaroa amblas itu rupanya ikut dirasakan oleh ratusan kepala keluarga yang tinggal di sana.
Horor
Salah satunya dirasakan oleh seorang wanita bernama Siti Hajar yang masih hafal betul kejadian saat rumah yang ditempatinya amblas sedalam 20 meter.
Kepada pewarta, Siti Hajar mengaku peristiwa yang terjadi pada Jumat sore itu selalu ia kenang.
Sebab saat itu, ia menyaksikan detik-detik saat jalanan yang berada di depan rumahnya ringsek hingga terbelah.
Karena menyaksikan kejadian tersebut, Siti Hajar pun mengaku dirinya sempat terjebak di dalam aspal yang terbelah itu.
Beruntung, saat itu ada sang kakak yang menariknya dari dalam aspal yang terbelah.
Usai diselamatkan oleh sang kakak, Siti Hajar mengaku bahwa ia langsung berpegangan pada kabel listrik yang saat itu sudah sejajar dengan posisinya berdiri.
"Saya di rumah , jalan raya tuh terbelah, saya masuk ke dalam (retakan). Untung ada kakak saya. Kakak saya tarik saya agar ke atas. Saya akhirnya menggantung di kabel listrik," ujar warga perumnas Balaroa itu.
Namun nahas, kakak Siti Hajar kemudian ikut masuk ke dalam aspal yang terbelah akibat guncangan gempa berikutnya. Karenanya, Siti Hajar mengaku saat itu sedih dan tak ingin berpisah dari sang kakak.
"Tapi pas saya selamat udah di atas, ternyata kakak saya ketinggalan di dalam belahan yang aspal itu.(retakan tanah yang amblas)," ceritanya.
Tak ingin tinggal diam, Siti Hajar pun mengungkap bahwa ia langsung berinisiatif menarik sang kakak dari dalam retakan aspal. Sang kakak yang berada di dalam aspal pun ikut berusaha agar bisa keluar dari sana.
"Jadi tanahnya amblas, tiang listriknya jadi sejajar (dengan pijakan). Kakak saya sempat tersangkut di retakan jalanan aspal. Akhirnya saya tarik kakak saya, dan bisa lepas dari sana,"
Usai selamat dari ancaman masuk ke dalam aspal yang terbelah, Siti Hajar dan sang kakak pun akhirnya bertahan di atas gundukan.
Namun tak tinggal diam, Siti Hajar mengaku harus selalu waspada karena saat itu gundukan tanah yang berada di sekitarnya berada dalam kondisi rapuh dan mudah retak.
Hingga akhirnya setelah beberapa lama berpindah-pindah tempat, Siti Hajar dan sang kakak beserta warga lainnya menemukan sebuah gundukan tanah besar untuk tempat bertahan selama setengah jam.
"Sampai di atas kami bertahan di atas gundukan, hanya satu detik kemudian gundukan itu terbelah lagi. Jadi cara kami menyelamatkan diri setiap ada gundukan yang tinggi, aspal naik lagi saya naik. Sampai ada gundukan, di situ kami kumpul sekitar 50 orang bertahan sekitar setengah jam,"
Lebih lanjut lagi, Siti Hajar pun mengungkap kondisi perumnas Balaroa saat itu. Ketika peristiwa itu terjadi, Siti Hajar bercerita bahwa sekelilingnya terlihat gelap gulita.Karenanya, ia dan warga lain tidak bisa melihat secara jelas.Siti Hajar dan sang kakak pun sempat pasrah serta berharap mendapat bantuan.
Hingga akhirnya mereka bisa menempati posisi yang benar-benar aman yakni di jalanan beraspal tinggi yang berada di samping perumnas Balaroa.
Siti Hajar dan sang kakak serta warga lainnya pun harus mencari jalan dalam posisi gelap menuju tempat yang aman dari retakan aspal selama 5,5 jam.
"Kami saat itu sudah pasrah, karena kondisi gelap gulita. Kami juga berharap saat itu ada bantuan dari basarnas, helikopter, BNPB tapi tidak ada.
Malam kejadian itu sekitar jam 17.30 WITA, yang waktu aspal terbelah. Tapi kami baru bisa manjat sampai jalan raya (area tertinggi) sekitar jam 23.00 WITA," lanjut Siti Hajar.
Diberitakan sebelumnya, lurah Balaroa, Rahmatsyah mengatakan, hingga pagi tadi, hari keempat pasca gempa, belum ada bantuan sama sekali dari pemerintah.
"Penanganan sampai sekarang dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat belum ada sama sekali yang hadir, kami butuh sekali logistik, tenda, air, kantung mayat, sepertinya mayat ada ratusan," jelasnya.
Ia menjelaskan, di wilayahnya ada sekitar 900 kepala keluarga, dan hampir semuanya rumah hancur dan amblas 20 meter ke bawah.
Ia juga mengatakan, dirinya sudah mencatat ada sekitar 90 warganya yang sudah dipastikan tertimbun reruntuhan rumah.
"Ada 90 sampai 100-an orang sudah dipastikan meninggal dunia berdasarkan laporan warga, diperkirakan masih banyak lagi korban, ratusan bahkan ribuan warga tertimbun yang tidak bisa kita angkat," tandasnya.
Lurah tersebut juga menjelaskan kalau amblasnya rumah-rumah warga di Perumnas Balaroa itu bersamaan dengan gempa 7,4 SR yang mengguncang Palu, dan tak lama langsung terjadi amblas.(*)
Horor
cerita horor. menarik utk difilm kan
1
2K
Kutip
14
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan