Oit gan

Beban hidup datang gak pernah nyapa, kadang bisa dihandle, kadang bikin depresi, pengennya lari aja dari masalah-masalah yang nyamperin. Lari dari masalah mungkin dianggap sebagai tindakan tak bertanggung jawab, namun menurut ane kadang perlu dilakukan. Untuk setidaknya memiliki waktu kontemplasi, untuk introspeksi, untuk mencari secercah sinar untuk menemukan solusi.

So, let's run!

Bayangkan lari sebagai traveling dengan moda transportasi kaki sendiri. Dan efek traveling itu adalah menyenangkan. Lari juga punya efek menyenangkan yang sama.
Kalo khawatir bakal cepet bosen karena emang lari ya gitu-gitu doang, coba ditampik dengan murahnya olahraga ini dan bisa dilakuin di mana aja. Ketika bosen satu tempat, bisa cari tempat lain.

Atau coba ikut event-event balap lari. Setidaknya agan punya alasan untuk menghindar dari masalah sementara

Ane bantu share beberapa event balap lari dilihat dari jenis medannya nih gan, semoga membantu dan memotivasi.

1. Track Run

• Sprinting
  Siapa cepat dia dapat. Mulai dari jarak 100m, 200m dan 400m. Pelari perlu menjaga kecepatan tertinggi dalam jarak yang pendek ini. Dan mereka yang bisa jaga top-speed di jarak-jarak krusial.
  
• Mid-distance
  Menggabungkan speed dan endurance. Kategorinya, 800, 1500 dan 3000 meter. Endurance lebih diprioritaskan di sini, tapi tetep juga harus bisa menjaga kecepatan, meski gak perlu mainin top speed.
  
• Long-distance
  Lebih menekankan strategi, pace dan stamina karena jarak yang panjang di atas 3000 meter. Kecepatan berpengaruh pada faktor-faktor tersebut. Timing kapan menambah kecepatan dan menstabilkan energi menjadi sangat penting
  

Kadang kita pengen banget lari secepat mungkin, menjauhi masalah yang ada. Tapi ketika sudah sampai di garis akhir, ternyata masalah itu masih eksis. Butuh lari dulu, sebelum menyadari kalo sebenernya memang masalah itu tetap akan menghampiri dan harus dihadapi.

2. Road Run

• Half-Marathon
  Kayak namanya, jarak half marathon setengah dari ukuran standar marathon di 21 kilometer.
  
• Marathon
  Event marathon gak mengenal gender, umur, dan gak harus atlet, yang penting demen lari aja. Karena eventnya bisa diikutin siapa pun, dan sekarang penyandang disabilitas pun bisai terlihat di beberapa ajang marathon. Peserta yang bisa ikutan pun angkanya masif. Dalam setahun, peserta ajang-ajang Marathon bisa mencapai jutaan orang.
  
• Ultramarathon
  Anggep aja dua kali marathon. Tergantung kebijakan ajang dan penyelenggara, biasanya garis akhir ultramarathon ditentukan secara spesifik, bisa dari durasi atau jarak tertentu. 50 kilometer adalah jarak terpendek dan jarak terpanjang-nya sekitar 150-an. Bengep tuh kaki. Saking panjangnya perjalanan ini, peserta musti bawa pasokan asupannya sendiri. Nambah beban dah tuh.
  
• Ekiden
  Yep, Jepang banget. Seperti marathon, tapi estafet. Tiap event bisa punya target jarak yang beda begitu juga jumlah partisipannya. Berasal dari kata.... Coba yang jago Jepang artiin, ada hubungannya dengan stasiun dan transit. Ekiden pertama dilaksanakan waktu selebrasi perpindahan ibukota dari Kyoto ke Tokyo, 508 kilometer. Beuh
  

Kalo diperhatiin, eskpresi para finisher marathon itu menggambarkan jelas perjuangan mereka lari dengan jarak yang luar biasa panjang, hingga garis akhir. Di perjalanan marathon itu, banyak banget waktu buat kusyuk mempertanyakan semua keputusan yang pernah diambil, beban yang harus terus dipikul, dan semakin menumpuk. Air mata pun menetes, dan itu gak jarang, ketika akhirnya beban rontok satu-satu dan kita berhasil menyelesaikan masalah. Habis nangis, sekarang ketawa.

3. Off-road Run

• Cross country
  Di Indonesia ada gak sih? Soalnya biasa diadain di negara yang ada musim gugur dan dingin. Datarannya gak cuma jalanan rata, tapi juga setapak, rumput, bebatuan, dekat dengan alam lah. Dan melibatkan perbatasan daerah-daerah. Bayangkan kayak pergi ke pedesaan, tapi lari. Kayaknya sih rasanya nenangin banget.
  
• Fell run
  Balapannya ada elemen mountain, trail-run dan orienteering. Yang ngebedain paling peraturan asosiasi penyelenggaranya aja di pengklasifikasian lari off-road. Orienteering gak selamanya perbukitan, sedangkan fell ada hubungannya dengan tanjakan yang bergradasi, namun kadang ada fitur orienteering-nya.
  
• Sky run
  Jadi cabang ekstrim mountain-run, karena larinya di ketinggian 2,000 meter. Idenya datang dari seorang pendaki Itali, Marino Giacometti, tahun 1990, dan digelar perdana di Mont Black dan Monte Rosa. Di ketinggian seperti itu, dan harus lari, rasakan lah bebannya hingga menghimpit menyesakkan dada.
  

Refresing di alam emang selalu jadi pilihan buat nyegerin pikiran dan jasmani. Seolah aura negatif ikut terbuang digantikan oksigen yang masih murni belum terkontaminasi polutan. Dan melihat horizon yang luas bikin diri terkucilkan, sadar bahwa beban kita pun sebenernya gak sebesar bumi ini.

4. Orienteering



Orienteering sebenernya gak cuma lari, tapi ada juga sepeda atau ski. Selain mengandalkan kemampuan fisik, kemampuan navigasi juga diperlukan. Pelari harus bisa membaca peta, untuk menemukan 'checkpoint' nilai sebagai penentu hasil akhir dari balapan. Peraturan orienteering juga biasanya berbeda-beda tiap penyelenggara. Tapi paling di jumlah poin tiap checkpoint doang. Prinsipnya sih sama.
Menemukan titik yang diperlukan dengan menggunakan peta topografi dan kompas.
Deg-degan di awal, tapi tiap ketemu checkpoint pasti excited banget.

Sama seperti kita mencoba mencari solusi dari masalah, terkadang kita terlalu fokus sama masalahnya sehingga melupakan untuk sejenak melihat angle lain. Entah itu sebuah distraksi atau pandangan acak. Kadang dari distraksi tersebut bisa muncul pencerahan. Belajar darii lelahnya menanggung beban, sehingga bisa mampu menanggung beban yang mungkin akan lebih berat nantinya.

So, let's run! But not just run...