- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pengungsi di Palu dan Donggala Mudah Emosi, Ini Penjelasan Psikolog


TS
dsturridge15
Pengungsi di Palu dan Donggala Mudah Emosi, Ini Penjelasan Psikolog

KOMPAS.com - Pasca-bencana gempa dan tsunami yang menghantam sejumlah daerah di Sulawesi Tengah, berbagai infrastruktur hancur. Hal itu menyebabkan Palu, Donggala, dan beberapa kota lain terisolasi di tengah keadaan krisis.
Kelangkaan bahan pangan, air bersih, listrik, dan beragam barang logistik lainnya harus dihadapi oleh korban selamat yang berada di barak pengungsian.
Di tengah kondisi sulit itu, akses bantuan sangat terbatas karena terkendala berbagai hal.
Hingga terdengat kabar, banyaknya pengungsi yang marah-marah dan mudah tersulut emosi.
Salah satunya disampaikan oleh istri Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Syamsuddin Said (Pasha), Adelia Pasha, melalui akun Instagram miliknya, Selasa (2/10/2018).
Memenuhi kebutuhan dasar
Menurut Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Koentjoro Soeprapto, sikap pengungsi yang mudah emosi terjadi akibat rasa panik. Kepantikan itu antara menderita, lapar, serta dilanda ketidakpastian.
"Banyak penelitian psikologi sosial menyebutkan bahwa ketika tikus-tikus dilaparkan maka saling membunuh," kata Koentjoro, saat dihubungi Kompas.com, kemarin.
"Paling mengerikan kalau basic need tidak terpenuhi, mereka diombang-ambingkan situasi ketidakpastian," ucapnya.
Koentjoro menjelaskan, sifat ini adalah "human animal" yang akan segera pulih saat semua kebutuhan dasar telah terpenuhi.
Bukan hanya orang dewasa yang mengalami kondisi ini. Kepanikan yang dirasakan orangtua, menurut Koentjoro, juga dapat menular pada anak-anaknya.
"Kepanikan orangtua berimbas pada anak-anaknya. Panik, mudah tersinggung, mudah marah," ujarnya.
Hal utama yang harus dilakukan adalah memenuhi kebutuhan dasar yang saat ini masih sulit untuk didapatkan.
"Mereka harus dipenuhi kebutuhan dasarnya, dibuat merasa aman," ucap Koentjoro.
Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah pemerataan distribusi bantuan kepada seluruh masyarakat terdampak bencana.
"Politisi, birokrat dan kaum menengah ke atas, karena mereka memiliki jaringan sosial yang luas, cenderung menerima bantuan lebih banyak dan menumpuk," ujar Koentjoro.
Penjarahan
Ketika disinggung masalah penjarahan alat-alat elektronik dan kendaraan bermotor yang dilakukan sejumlah oknum masyarakat di Palu dan Donggala, Koentjoro menyebut hal itu sebagai tindak kriminal.
Karena itu, dia menyerahkan kepada polisi dan aparat penegak hukum untuk bertindak tegas. Dengan demikian, perilaku kriminal itu tidak merugikan pengungsi lain.
"Kalau penjarahan di luar sembilan kebutuhan pokok, itu kriminal dan wajib ditindak. Hukum harus tegas," kata dia.
Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2018/10/03/15114571/pengungsi-di-palu-dan-donggala-mudah-emosi-ini-penjelasan-psikolog
Quote:
0
1.4K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan