Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

neji2607Avatar border
TS
neji2607
Cerita Tentang Petobo Palu

Sebuah Desa yang Hilang

Hangatnya mentari Kota Palu pagi itu membuat saya bersemangat menggeber si hijau ke Pasar Inpres Palu Barat, menemui Mama yg biasanya menjual makanan. "Komiu -kamu dalam bahasa Suku Kaili halus- jadi ke Petobo kah? Iya Mama tolong bungkus 20 pakai ikan, jawabku. "Noted, jawabnya. Saya tertawa berderai, cukup untuk menutup kekecewaan karena tidak bisa mengisi ulang batrei HP semalam.
Saya berangkat setelah membayar 300 ribu. Harga yg murah untuk kota ini.
Petobo sebenarnya cukup dekat ia persis di belakang Bandara Sis Al Jufri, termasuk Kelurahan besar di Palu Selatan, tetapi saya harus berputar melalui Jl. Dewi Sartika terus ke Karajalemba karena akses tertutup di bawah.
Ini justru lebih baik karena bisa melihat Petobo dari ketinggian. Setelah berkendara 30 menit saya sampai ke tanggul irigasi. Motor harus diparkir disini, sy harus berjalan sekitar 20 meter, tiba disini saya terduduk di tepi jalan aspal yang terpotong dan amblas ke bawah. Tenggorokanku tercekat, mata jadi perih, tak terasa air mataku jatuh. Bagaimana bisa ini terjadi? Kampung ini berubah menjadi tanah lapang dengan ornamen bubungan atap rumah. Angin sepoi pagi itu membawa -maaf- bau anyir mayat.
Seorang lelaki tua muncul dari bawah, tatapannya penuh selidik, yang bisa saya mengerti setelah maraknya pencuriaan dirumah tidak berpenghuni Saya mengangguk dan tersenyum "Assalamu Alaikum Bapak" dia menjawab salam saya. Jurus lama tapi ampuh saya pakai, saya menawarkan sebatang rokok untuk mencairkan suasana. Namanya Pak Ramli, beliau penduduk asli Kaili Petobo. Bapak, bagaimana kejadian disini? Tanya saya sambil menawarkan sebotol kopi yg sempat saya beli di Pasangkayu. Jadi sore itu seperti biasanya beliau bekerja di kolam ikan belakang rumahnya. Guncangan pertama membuat kolamnya terbelah menjadi dua membuat air kolam lenyap seketika kedalam lubang sedalam kurang lebih 10 meter, kemudian menyatu kembali. Beliau sempat menyelamatkan istri dan berlari dalam gelap kearah selatan sesuai penanda yg ia tahu. Ia sempat menggenggam tangan dua anak perempuan tetangganya tapi sekali lagi tanah terbelah dan berputar, kedua anak itu terjatuh kedalam lubang lumpur, tanah kemudian menutup kembali, mengambil mereka bersamanya. Seorang istri polisi terjepit setengah badan, beliau menariknya dari leher " Pak, sudah tinggalkan saja saya" katanya. Tidak, Ibu bisa sy bantu. Akhir nya ibu itu bisa ditarik walaupun kakinya patah. Pak Ramli terus berjalan bersama sekitar 20 orang anggota rombongan. Sekitar 4.30 mereka tembus ke Karajalemba di utara.
Besoknya setelah mengecek, rumahnya telah bergeser sejauh 1.5 km dari lokasi semula dan bukan hanya bergeser, tetapi berputar arah, ia jadi mengerti kenapa mengalami disorientasi malam itu, kenapa mereka hanya lari berputar putar.
"Komiu kalau mau bisa ketengah, disana masih banyak mayat, saya hanya bisa kasih tanda saja" katanya.
"Belum bisa hari ini Pak" jawabku. Kami masih harus mendahulukan yg selamat dan saya akan lanjut ke Mamboro" sambil mengangsurkan makanan yg saya beli tadi.
Sayangnya saya tdk sempat mengambil foto karena HP lowbatt. Insya Allah besok, akan kesana lagi. Malam ini bisa menulis karena saya ke Bandara Sis Al Jufri yg punya pasokan listrik dari genset.
Banyak cerita tentang Petobo. Yg akan saya sambung kembali.

Palu, 3/10/2018

Arfandy Majid
0
1.6K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan