Korban Gempa Palu/ANTARA
PRAJURIT TNI mengangkat jenazah korban gempa Palu di TPU Poboya Indah, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 2 Oktober 2018. Sebanyak 83 jenazah dimakamkan bersamaan dan dilakukan secara bertahap.

JAKARTA, (PR).- Gempa berkekuatan 7,4 skala richter yang menyebabkan gelombang tsunami setinggi 1,5 meter di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah sudah terprediksi sejak 2017. Saat pemerintah memutakhirkan peta zonasi gempa di seluruh Indonesia.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyimpulkan, gempa yang mengguncang Palu dan Donggala diduga akibat pegeseran sesar Palukoro.

Sesar tersebut membentang dari sebelah barat dan timur Pulau Sulawesi bagian tengah. Kendati demikian, dalam peta zonasi gempa 2017, pemerintah belum memiliki citra setelit sejauh mana bentangan sesar Palukoro yang berada di bawah laut. Data sesar Palukoro yang dimiliki hanya yang berada di darat.

“Peta zonasi gempa itu memuat sumber-sumber gempa di Indonesia secara detail. Termasuk Palu, kami sudah tahu di sana itu berpotensi tergadi gempa yang besar sekali. Dalam peta merah sekali, karena dilintasi langsung sesar Palukoro dan Matano,” kata Peneliti Geologi Kegempaan LIPI Danny Hilman Natawidjaja dalam seminar Analisis LIPI untuk Gempa dan Tsunami Indonsia, di Gedung LIPI, Jakarta, Selasa, 2 Oktober 2018.

Danny menegaskan, kendati sudah terprediksi, hingga saat ini belum ada ilmu, teknologi atau metode ilmiah yang bisa memastikan kapan suatu gempa akan terjadi.

Gempa besar terakhir kali terjadi di Sulawesi Tengah pada 1969. Ia menuturkan, secara ilmiah, seluruh wilayah Indonesia kecuali sebagian besar Pulau Kalimantan berpotensi diguncang gempa.

“Wilayah timur Indonesia berpotensi lebih besar daripada wilayah barat. Dampak dari gempa ini bisa diantisipasi tergantung seberapa banyak dan akuratnya data yang dimiliki pemerintah. Di dalam mitigasi bencana, wilayah yang dilewati sesar sebaiknya jangan dibangun gedung atau permukiman,” katanya.

Pertemuan empat lempeng tektonik
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko menjelaskan, Indonesia menjadi pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Bumi nusantara juga terletak di kawasan sabuk vulkanik (Volcanic Arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa , Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.

“Fakta ini harus diyakini agar masyarakat Indonesia harus siap menghadapi segala kemungkinan bencana. Yang paling penting adalah mempersiapkan masyarakat agar selalu siaga melalui penyadaran publik mengenai mitigasi bencana, salah satunya lewat publikasi temuan ilmiah tentang kebencanaan,” ucap Handoko.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto menyebutkan, sampai saat ini belum ada satu pun teknologi di dunia yang mampu secara akurat dan presisi memprediksi kapan datangnya bencana, terutama gempa bumi. Ia menegaskan, jika ada pendapat yang menyatakan mampu memprediksi kapan terjadi gempa bumi beserta kekuatan magnitudonya, maka itu adalah hoaks.

“Terkait gempa dan tsunami Palu letak Palu berada di atas sesar Palukoro. Sesar tersebut patahan yang membelah Sulawesi menjadi dua bagian barat dan timur. Sesar ini mempunyai pergerakan aktif dan jadi perhatian para peneliti geologi,” ujar Eko.

Peneliti Bidang Geofisika Kelautan dari Pusat Penelitian Oseanografi Nugroho Dwi Hananto mengatakan, tsunami di Palu dan Donggala terjadi karena sesar mendatar Palukoro yang memiliki komponen deformasi vertikal di dasar laut.

“Kawasan Teluk Palu hingga Donggala juga mempunyai bentuk mirip kanal tertutup dengan bentuk dasar laut yang curam. Akibatnya jika ada massa air laut datang, gelombangnya lebih tinggi dan kecepatannya lebih cepat,” kata Nugroho.

http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2018/10/02/gempa-tsunami-palu-sudah-terprediksi-sejak-2017-430968

Ternyata sdh terprediksi sejak 2017 bray

Tp krn semua alat BMKG rusak tak berfungsi jumlah korban tewas tak bisa ditekan

Kalimantan tetap aman dan tentram tanpa Nasbung dan Nastak