Uda lama ane ga buka kaskus jadi bingung mau bikin kata pembuka apaan
Ketemu lagi sama ane yg ganteng ini (kata emak sih)
Mengapa atheis tidak mengakui adanya Tuhan?
Karena dengan kecerdasannya ia membuat sebuah kesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada. Artinya ia mengandalkan (baca=menuhankan) akalnya. Jadi hanya sesuatu yang masuk akal saja yang bisa dipercaya yang diluar akal tidak akan dipercaya.
Namun para atheis yang CERDAS sebenarnya sudah satu langkah menuju kepercayaan kepada Tuhan. Karena ia sudah menggunakan akalnya. Ia sudah mencoba mengerti, memahami, belajar dan berbagai usaha lainnya untuk membuktikan tuhan itu tidak ada. Padahal segala macam usaha akalnya justru akan mengarah kepada keberadaan Tuhan.
Atheis lebih berpeluang besar untuk mengenal Tuhan dari pada orang yang taklid buta. (TAKLID BUTA = Kepercayaan tanpa pembuktian pribadi) Maka jika para atheis dengan pikiran terbuka dan perasaan jujur untuk mencari kebenaran niscaya mereka akan menemukannya.
Spoiler for Keraguan 1:
Atheis meminta definisi Tuhan yang jelas. Jelas dan logis. Jelas seperti melihat bulan. Padahal kalau menuruti kemauan atheis menjadikan Tuhan terbatas. Dan tuhan yang terbatas menjadi tidak logis. Kok ada tuhan tapi terbatas, seharusnya khan diatas segalanya. Lalu mengapa deskripsi dan definisi Tuhan berbeda pada setiap agama?. Gajah adalah binatang dengan belalai yang panjang. Kemudian ada pendapat lainnya bahwa gajah adalah binatang dengan kuping yang lebar. Kaki 4, besar dll. Mereka mendefinisikan gajah sesuai dengan logika masing-masing yang berbeda satu sama lain. Apakah dengan kenyataan ini kemudian disimpulkan bahwa gajah itu tidak ada?. Kalau demikian malang sekali nasib sang gajah.
Quote:
Dalam skala sebesar alam semesta justru merupakan tanda-tanda adanya Tuhan. Karena tidak ada sesuatu yang ada dengan sendirinya tanpa sebab. Kalau berkesimpulan alam semesta ada dengan sendirinya tentu jika orang lain berkesimpulan bahwa threed yang ane tulis ini ada dengan sendirinya merupakan kesimpulan yang benar dan logis. Padahal kesimpulan seperti ini adalah kebodohan yang nyata. Mana mungkin artikel ini tidak ada yang nulis. Pasti ada, walaupun ente tidak tahu nama ane, alamat ane? status ane?, fisik ane? (Ganteng pasti ) , dan kalau dilanjutkan ada ratusan hal yang lain yang tidak akan kita ketahui.
Quote:
Quote:
Quote:
Dibanding alam semesta, maka artikel ini tidak ada apa-apanya. Alam semesta adalah ciptaan yang luar biasa canggih, komplit, seimbang, menakjubkan, buesar, dan jutaan venomena-venomena lainnya yang tidak mungkin kita ketahui. Mana mungkin otak sebesar tempurung kepala sanggup mengetahui segala sesuatu. Kalau kita berkesimpulan tulisan ini ada yang membuatnya, maka alam semesta lebih masuk akal harus ada yang membuatnya.
Quote:
Quote:
Tuhan adalah sesuatu yang luar biasa dimana harus membutuhkan bukti yang nyata dan jelas. Apakah salah? Tidak, justru pernyataan itu benar. Maka carilah bukti bahwa Tuhan itu ada. Tetapi sesuatu yang luar biasa buktinya juga harus luar biasa. Kalau ingin membuktikan Tuhan harus bisa dilihat, maka lihatlah dulu matahari. Kalau Tuhan harus bisa dilihat oleh mata artinya Tuhan terbatas. Berarti kalau mata merem, Tuhan jadi tidak terlihat.
Quote:
Quote:
"Tanpa pembuktian secara empirispun tetap bisa diterima akal bahwa Tuhan itu ada". Pertanyaan ini bagus sekali. Sebelum membuktikan kebenaran_Nya maka ada pertanyaan lain dalam skala yang jauh lebih kecil. Apakah ruh ada? Ada. Alasannya? Karena kita hidup. Dimana ruh? Tidak ada yang bisa membuktikan posisi ruh. Apakah listrik ada? Ada. Alasannya? Bisa dirasakan. Rasanya bagaimana? Kalau mau tahu rasanya, panjatlah tiang listrik dan pegang.
Quote:
Quote:
"Apakah Tuhan ada?" Ada. "Alasannya?" Karena kita bisa merasakannya
Sumur : blog sebelah
Ane edit sedikit supaya ga kepanjangan dan mudah mudahan tidak mengurangi intinya