Dear agan semua,

Selamat datang kembali di thread ane. Di thread ini, ane mau berbagi mengenai alasan mengapa kok kita dibekali sistem saraf yang sedemikian rupa sehingga kita bisa merasakan perih, nyeri, pedih, sakit, dll. Padahal kan kalo kita ga merasakan hal semacam itu, hidup kita bisa lebih nyaman. Ga perlu yang namanya gigi ngilu, sakit hati, perih, dsb. Eh, tapi ntar ga ada lagu galaunya Vierra yang "Perih" ding


Dan ternyata ada lho kasus dimana seseorang GA PAKE ritual debus-debusan, kerasukan jaran goyang, eh jaran kepang (dibaca: kuda lumping), ato sejenisnya tidak merasakan yang namanya perih, ngilu, dll. meski dia terluka dan berdarah-darah. Sangaaar? Eits... tunggu dulu! Di balik memiliki tubuh yang semi-kebal tersebut, ternyata ada potensi bahaya yang mengintai. 

Congenital Insensitivity to Pain(CIP) atau Congenital Analgesia adalah suatu jenis kelainan yang menyebabkan penderitanya tidak dapat merasakan rasa sakit, perih, pedih, nyeri, dll (Linton, 2015). 


Kelainan ini tergolong sangat langka. CIP disebabkan oleh mutasi gen SCN9A (gen yang berperan dalam pembentukan suatu jenis protein yang terlibat dalam penghantaran rangsangan), sehingga rangsangan rasa sakit fisik yang seharusnya dihantarkan menuju sistem saraf pusat (dalam hal ini otak atau pun sumsum tulang belakang) tidak dapat diteruskan (GARD, 2016). 


Dengan demikian, penderita tidak merasakan sakit walau mereka terluka akibat kecelakaan lalu lintas sekali pun. Meski begitu, bukan berarti tulang atau pun organ dalam mereka dalam keadaan baik-baik saja. Tulang mereka tetap bisa saja patah, organ dalam pun bisa saja terluka dan mengalami perdarahan internal, atau bahkan jika darah mereka mengalir keluar dan mereka tidak menyadari hal itu (karena ga merasa sakit blas!), mereka bisa saja mati kehabisan darah tanpa mereka sadari. 


Jadi gan-sis, rasa sakit, nyeri, perih, pedih, dan sebangsa-nya yang kita rasain itu sebenarnya adalah salah satu cara tubuh untuk memberitahu otak bahwa hal yang dapat melukai kita itu dapat membahayakan kita, atau bahkan membunuh kita, sehingga kita akan berupaya untuk segera menjauhi sumber penyebab dan mencari perawatan ketika terluka. Secara evolusioner, rasa sakit yang sering kita anggap sebagai suatu hal yang mengganggu dan jahat, ternyata melindungi kita.    



Coba aja kalo misalnya kita ga bisa merasakan sakit, digebug pake Lucille di bagian perut-dada mungkin sekali gebug kita ga ngerasain apa-apa walau darah ngalir keluar, digebug kedua kali, masih ga sakit walau darah ngalir lebih deras, digebug ketiga kali, masih ga sakit sambil mesam mesem, digebug yang ke-4 kali, masih ga merasakan sakit sama sekali tapi nyawa sudah melayang soalnya tulang rusuk-dada patah dan organ di dalamnya rusak. 


Beda cerita kalau misalnya kita bisa merasakan sakit, gebugan Lucille pertama kita pasti akan merasakan sakit yang mendalam. Tubuh kita mungkin akan meresponnya dengan teriakan, ternyata teman-teman kita mendengar teriakan kita dan datang menolong, lalu menembak si penggebug itu, sehingga kita bisa selamat dari gebugan kedua. Atau saat gebugan kedua akan dilontarkan, kita akan berupaya menghindar  karena kita tahu bahwa gebugan Lucille ternyata menyakitkan dan bisa membunuh kita jika itu terjadi lagi.  

Namun begitu otak kita sangatlah berkembang dan dibekali dengan kemampuan untuk membedakan mana penyebab rasa sakit yang sekiranya aman untuk dikonsumsi, dan mana rasa sakit yang sekiranya bisa membunuh, sehingga walau sakit, kita kadang tetep mendatangi sumber rasa sakit itu karena kita sadar itu tidak akan membunuh kita. 

Jadi gan, masih punya keinginan 'kekebalan' semu?