- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Terinspirasi TRUMP, Kubu Prabowo Tiru Cara Presiden AS Gunakan BIG DATA
TS
soekirmandia
Terinspirasi TRUMP, Kubu Prabowo Tiru Cara Presiden AS Gunakan BIG DATA
Terinspirasi Donald Trump Menang Pilpres, Kubu Prabowo Tiru Cara Presiden Amerika
Rabu, 26 September 2018 14:54
Deklarator Ganti Presiden, Mardani Ali Sera
TRIBUNSUMSEL.COM - Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera menyatakan, pihaknya akan banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana berkampanye pada Pilpres 2019.
Sebab, menurut Mardani, pemilih di Pilpres 2019 kebanyakan merupakan kaum milenial yang tak bisa lepas dari media sosial.
“Pilpres 2019 akan menjadi pertarungan pemilih milenial. Oleh karena itu, pemanfaatan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data akan sangat jauh lebih efektif dan optimal selain strategi komunikasi konvensional,” kata Mardani melalui keterangan tertulis, Rabu (26/9/2018).
Kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat (AS) menjadi inspirasi kubu Prabowo-Sandiaga dalam penggunaan medsos sebagai sarana berkampanye.
Saat itu, kata Mardani, Trump yang menyewa jasa Cambridge Analitical berhasil mengalahkan Hillary Clinton karena memanfaatkan kebocoran data 50 juta pengguna Facebook dan melakukan micro campaign.
Ia menambahkan efektivitas pemanfaatan kampanye berbasis big data juga terjadi di Britania Raya.
"Kisah kemenangan Kubu Pro Brexit dalam referendum tahun 2016 dimana Boris Johnson memanfaatkan isu yang sangat spesifik tentang Curry House (Rumah Kari). Setidaknya ada 600 ribu pemilih berlatar belakang IPB (India, Pakistan dan Bangladesh),” lanjut Mardani.
Ia mengatakan, di Indonesia pemanfaatan big data sudah mulai dimanfaatkan saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Mardani juga menjadikan tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden sebagai contoh lain terkait peranan media sosial.
Mardani mengatakan, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga akan mengoptimalkan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data untuk menjangkau pemilih “Reach #2019GantiPresiden awal September saja sudah menjangkau 600 juta akun sosial media,” kata Mardani.
http://sumsel.tribunnews.com/2018/09...esiden-amerika
Mardani:
Pertarungan Pilpres 2019 Berbasis Big Data
Rabu 26 September 2018 05:18 WIB
JAKARTA – Mardani Ali Sera, wakil ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mengatakan Pilpres 2019 akan menjadi ajang pertarungan memperebutkan pemilih milenial. Menurut dia akan terjadi pertarungan strategi komunikasi melalui media sosial berbasis big data.
"Pilpres 2019 akan menjadi pertarungan pemilih milenial, oleh karena itu pemanfaatan strategi komunikasi melalui social media berbasis big data akan sangat jauh lebih efektif dan optimal selain strategi komunikasi konvensional," kata Mardani, Selasa 25 September 2018.
Pria kelahiran tanah Betawi ini mencontohkan betapa efektifnya pemanfaatan kampanye berbasis big data. "Pilpres AS tahun 2016 misalnya, Donald Trump menyewa jasa Cambridge Analitical yang berhasil mengalahkan Hillary Clinton karena memanfaatkan kebocoran data 50 juta pengguna Facebook dan melakukan micro campaign," tuturnya.
Selanjutnya, politikus PKS ini mengatakan efektifnya pemanfaatan kampanye berbasis big data juga terjadi di Britania Raya. "Kisah kemenangan Kubu Pro Brexit dalam refrendum tahun 2016 di mana Boris Johnson memanfaatkan isu yang sangat spesifik tentang Curry House (Rumah Kari). Setidaknya ada 600 ribu pemilih berlatar belakang IPB (India, Pakistan, dan Bangladesh)," lanjut Mardani.
Lebih jauh inisiator gerakan #2019GantiPresiden ini mengatakan di Indonesia sendiri pemanfaatan big data sudah mulai dimanfaatkan saat Pilkada DKI 2017. "Kampanye melaui social media kian dirasakan pengaruhnya sejak liberalisasi di sektor komunikasi."
Mardani juga menjelaskan bagaimana bisa viral dan kukuhnya tagar 2019 Ganti Presiden menjadi sebuah contoh lain betapa powerfull-nya peranan media sosial, dari sebuah seruan dapat berubah menjadi social movement hampir di seluruh daerah di Indonesia dan juga beberapa negara lain.
"Reach #2019GantiPresiden awal September saja sudah menjangkau 600 juta akun social media," kata Mardani.
Sadar akan hal itu, terang Mardani, Tim Kampanye Nasional Prabowo-Sandi dengan kesadaran akan mengoptimalkan strategi komunikasi melalui sosial media berbasisl big data untuk menjangkau pemilih dengan cerdas dan kukuh menyasar segmen dengan peta yang jelas. "Kita yakin dengan izin Allah #2019GantiPresiden," jelasnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh We Are Social yang bekerja sama dengan Hootsuite menyebutkan bahwa ada 130 juta orang Indonesia yang terbilang aktif di media sosial. Laporan We Are Social mengungkapkan bahwa total populasi Indonesia mencapai 265,4 juta jiwa, sedangkan pengguna internetnya setengah dari populasi yakni sebesar 132,7 juta.
Bila dilihat dari jumlah pengguna internetnya, maka bisa dibilang seluruh pengguna internet di Indonesia sudah mengakses medsos. We Are Social mengatakan 132,7 juta pengguna internet, 130 juta di antaranya pengguna aktif di medsos dengan penetrasi 49 persen.
Sedangkan dari jumlah perangkat, We Are Social mengatakan unique mobile users menyentuh angka 177,9 juta dengan penetrasi 67 persen. Fakta lainnya, orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu untuk berselancar di internet dengan berbagai perangkat hingga 8 jam 51 menit. Sementara rata-rata berkecimpung di medsos dengan berbagai perangkat hingga 3 jam 23 menit. Mengenai kecepatan koneksi internet, We Are Social mengatakan rata-rata kecepatan untuk fixed broadband mencapai 13,79 Mbps dan rata-rata kecepatan untuk mobile broadband mencapai 9,82 Mbps.
Platform medsos yang paling digandrungi oleh orang Indonesia, di antaranya YouTube 43 persen, Facebook 41 persen, WhatsApp 40 persen, Instagram 38 persen, Line 33 persen, BBM 28 persen, Twitter 27 persen, Google+ 25 persen, FB Messenger 24 persen, LinkedIn 16 persen, Skype 15 persen, dan WeChat 14 persen.
https://news.okezone.com/read/2018/0...basis-big-data
Kubu Prabowo-Sandiaga Prioritaskan Kampanye di Medsos
26/09/2018, 13:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera menyatakan, pihaknya akan banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana berkampanye pada Pilpres 2019. Sebab, menurut Mardani, pemilih di Pilpres 2019 kebanyakan merupakan kaum milenial yang tak bisa lepas dari media sosial.
“Pilpres 2019 akan menjadi pertarungan pemilih milenial. Oleh karena itu, pemanfaatan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data akan sangat jauh lebih efektif dan optimal selain strategi komunikasi konvensional,” kata Mardani melalui keterangan tertulis, Rabu (26/9/2018).
Kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat (AS) menjadi inspirasi kubu Prabowo-Sandiaga dalam penggunaan medsos sebagai sarana berkampanye. Saat itu, kata Mardani, Trump yang menyewa jasa Cambridge Analitical berhasil mengalahkan Hillary Clinton karena memanfaatkan kebocoran data 50 juta pengguna Facebook dan melakukan micro campaign. Ia menambahkan efektivitas pemanfaatan kampanye berbasis big data juga terjadi di Britania Raya.
"Kisah kemenangan Kubu Pro Brexit dalam referendum tahun 2016 dimana Boris Johnson memanfaatkan isu yang sangat spesifik tentang Curry House (Rumah Kari). Setidaknya ada 600 ribu pemilih berlatar belakang IPB (India, Pakistan dan Bangladesh),” lanjut Mardani. Ia mengatakan, di Indonesia pemanfaatan big data sudah mulai dimanfaatkan saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Mardani juga menjadikan tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden sebagai contoh lain terkait peranan media sosial. Lanjutkan membaca artikel di bawah Video Pilihan Karena itu, Mardani mengatakan, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga akan mengoptimalkan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data untuk menjangkau pemilih “Reach #2019GantiPresiden awal September saja sudah menjangkau 600 juta akun sosial media,” kata Mardani.
https://nasional.kompas.com/read/201...anye-di-medsos
Mengincar generasi Alay di Pilpres 2019?
-------------------------------
Faktor pertama yang mau diincar oleh Mardani cs diatas itu adalah generasi Alay yang aktif menggunakan medsos, terutama facebook. Tapi harap diketahui pula bahwa generasi milenial itu (generasi Z) telah ramai-ramai meninggalkan facebookbeberapa tahun terakhir ini. Mereka pada hijrah ke Instagram dan youtube. Sementara pengguna Facebook, Whatapps dan Tweeter pada hari-hari ini hanya banyak disimak oleh emak-emak dan bapak-bapak STW (Sudah Setengah Tua), angkatan generasi X dan Y.
Faktor kedua, perilaku dan pilihan ideologis dalam masyarakat Indonesia, tidaklah sama dengan masyarakat Amerika Serikat. apalagi kalangan mudanya. Boleh jadi teknik algoritma di facebook tempo hari bisa sukses dalam mempengaruhi opini usernya dalam Pilpres AS waktu Trump ikut capres. Tapi untuk pengguna facebook di Indonesia (yang umumnya emak-emak itu), belum tentu efeknya bisa sama. Apalagi emak-emak yang menggunakan facebook itu umumnya terbatas di kalangan emak-emak kurang kerjaan di daerah kota dan metropolis saja.
Sementara emak-emak yang bekerja diperkantoran atau jadi guru di daerah perkotaan atau emak-emak di pedesaan di Jawa dan Luar Jawa misalnya, umumnya lebih disibukkan mengurusi anak-anaknya atau pergi ke sawah, atau pergi ke majlis taklim mendengarkan ceramah ustadzs dan kyainya, ketimbang membuka facebook misalnya.
Rabu, 26 September 2018 14:54
Deklarator Ganti Presiden, Mardani Ali Sera
TRIBUNSUMSEL.COM - Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera menyatakan, pihaknya akan banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana berkampanye pada Pilpres 2019.
Sebab, menurut Mardani, pemilih di Pilpres 2019 kebanyakan merupakan kaum milenial yang tak bisa lepas dari media sosial.
“Pilpres 2019 akan menjadi pertarungan pemilih milenial. Oleh karena itu, pemanfaatan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data akan sangat jauh lebih efektif dan optimal selain strategi komunikasi konvensional,” kata Mardani melalui keterangan tertulis, Rabu (26/9/2018).
Kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat (AS) menjadi inspirasi kubu Prabowo-Sandiaga dalam penggunaan medsos sebagai sarana berkampanye.
Saat itu, kata Mardani, Trump yang menyewa jasa Cambridge Analitical berhasil mengalahkan Hillary Clinton karena memanfaatkan kebocoran data 50 juta pengguna Facebook dan melakukan micro campaign.
Ia menambahkan efektivitas pemanfaatan kampanye berbasis big data juga terjadi di Britania Raya.
"Kisah kemenangan Kubu Pro Brexit dalam referendum tahun 2016 dimana Boris Johnson memanfaatkan isu yang sangat spesifik tentang Curry House (Rumah Kari). Setidaknya ada 600 ribu pemilih berlatar belakang IPB (India, Pakistan dan Bangladesh),” lanjut Mardani.
Ia mengatakan, di Indonesia pemanfaatan big data sudah mulai dimanfaatkan saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Mardani juga menjadikan tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden sebagai contoh lain terkait peranan media sosial.
Mardani mengatakan, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga akan mengoptimalkan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data untuk menjangkau pemilih “Reach #2019GantiPresiden awal September saja sudah menjangkau 600 juta akun sosial media,” kata Mardani.
http://sumsel.tribunnews.com/2018/09...esiden-amerika
Mardani:
Pertarungan Pilpres 2019 Berbasis Big Data
Rabu 26 September 2018 05:18 WIB
JAKARTA – Mardani Ali Sera, wakil ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mengatakan Pilpres 2019 akan menjadi ajang pertarungan memperebutkan pemilih milenial. Menurut dia akan terjadi pertarungan strategi komunikasi melalui media sosial berbasis big data.
"Pilpres 2019 akan menjadi pertarungan pemilih milenial, oleh karena itu pemanfaatan strategi komunikasi melalui social media berbasis big data akan sangat jauh lebih efektif dan optimal selain strategi komunikasi konvensional," kata Mardani, Selasa 25 September 2018.
Pria kelahiran tanah Betawi ini mencontohkan betapa efektifnya pemanfaatan kampanye berbasis big data. "Pilpres AS tahun 2016 misalnya, Donald Trump menyewa jasa Cambridge Analitical yang berhasil mengalahkan Hillary Clinton karena memanfaatkan kebocoran data 50 juta pengguna Facebook dan melakukan micro campaign," tuturnya.
Selanjutnya, politikus PKS ini mengatakan efektifnya pemanfaatan kampanye berbasis big data juga terjadi di Britania Raya. "Kisah kemenangan Kubu Pro Brexit dalam refrendum tahun 2016 di mana Boris Johnson memanfaatkan isu yang sangat spesifik tentang Curry House (Rumah Kari). Setidaknya ada 600 ribu pemilih berlatar belakang IPB (India, Pakistan, dan Bangladesh)," lanjut Mardani.
Lebih jauh inisiator gerakan #2019GantiPresiden ini mengatakan di Indonesia sendiri pemanfaatan big data sudah mulai dimanfaatkan saat Pilkada DKI 2017. "Kampanye melaui social media kian dirasakan pengaruhnya sejak liberalisasi di sektor komunikasi."
Mardani juga menjelaskan bagaimana bisa viral dan kukuhnya tagar 2019 Ganti Presiden menjadi sebuah contoh lain betapa powerfull-nya peranan media sosial, dari sebuah seruan dapat berubah menjadi social movement hampir di seluruh daerah di Indonesia dan juga beberapa negara lain.
"Reach #2019GantiPresiden awal September saja sudah menjangkau 600 juta akun social media," kata Mardani.
Sadar akan hal itu, terang Mardani, Tim Kampanye Nasional Prabowo-Sandi dengan kesadaran akan mengoptimalkan strategi komunikasi melalui sosial media berbasisl big data untuk menjangkau pemilih dengan cerdas dan kukuh menyasar segmen dengan peta yang jelas. "Kita yakin dengan izin Allah #2019GantiPresiden," jelasnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh We Are Social yang bekerja sama dengan Hootsuite menyebutkan bahwa ada 130 juta orang Indonesia yang terbilang aktif di media sosial. Laporan We Are Social mengungkapkan bahwa total populasi Indonesia mencapai 265,4 juta jiwa, sedangkan pengguna internetnya setengah dari populasi yakni sebesar 132,7 juta.
Bila dilihat dari jumlah pengguna internetnya, maka bisa dibilang seluruh pengguna internet di Indonesia sudah mengakses medsos. We Are Social mengatakan 132,7 juta pengguna internet, 130 juta di antaranya pengguna aktif di medsos dengan penetrasi 49 persen.
Sedangkan dari jumlah perangkat, We Are Social mengatakan unique mobile users menyentuh angka 177,9 juta dengan penetrasi 67 persen. Fakta lainnya, orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu untuk berselancar di internet dengan berbagai perangkat hingga 8 jam 51 menit. Sementara rata-rata berkecimpung di medsos dengan berbagai perangkat hingga 3 jam 23 menit. Mengenai kecepatan koneksi internet, We Are Social mengatakan rata-rata kecepatan untuk fixed broadband mencapai 13,79 Mbps dan rata-rata kecepatan untuk mobile broadband mencapai 9,82 Mbps.
Platform medsos yang paling digandrungi oleh orang Indonesia, di antaranya YouTube 43 persen, Facebook 41 persen, WhatsApp 40 persen, Instagram 38 persen, Line 33 persen, BBM 28 persen, Twitter 27 persen, Google+ 25 persen, FB Messenger 24 persen, LinkedIn 16 persen, Skype 15 persen, dan WeChat 14 persen.
https://news.okezone.com/read/2018/0...basis-big-data
Kubu Prabowo-Sandiaga Prioritaskan Kampanye di Medsos
26/09/2018, 13:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Mardani Ali Sera menyatakan, pihaknya akan banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana berkampanye pada Pilpres 2019. Sebab, menurut Mardani, pemilih di Pilpres 2019 kebanyakan merupakan kaum milenial yang tak bisa lepas dari media sosial.
“Pilpres 2019 akan menjadi pertarungan pemilih milenial. Oleh karena itu, pemanfaatan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data akan sangat jauh lebih efektif dan optimal selain strategi komunikasi konvensional,” kata Mardani melalui keterangan tertulis, Rabu (26/9/2018).
Kemenangan Donald Trump di Pilpres Amerika Serikat (AS) menjadi inspirasi kubu Prabowo-Sandiaga dalam penggunaan medsos sebagai sarana berkampanye. Saat itu, kata Mardani, Trump yang menyewa jasa Cambridge Analitical berhasil mengalahkan Hillary Clinton karena memanfaatkan kebocoran data 50 juta pengguna Facebook dan melakukan micro campaign. Ia menambahkan efektivitas pemanfaatan kampanye berbasis big data juga terjadi di Britania Raya.
"Kisah kemenangan Kubu Pro Brexit dalam referendum tahun 2016 dimana Boris Johnson memanfaatkan isu yang sangat spesifik tentang Curry House (Rumah Kari). Setidaknya ada 600 ribu pemilih berlatar belakang IPB (India, Pakistan dan Bangladesh),” lanjut Mardani. Ia mengatakan, di Indonesia pemanfaatan big data sudah mulai dimanfaatkan saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Mardani juga menjadikan tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden sebagai contoh lain terkait peranan media sosial. Lanjutkan membaca artikel di bawah Video Pilihan Karena itu, Mardani mengatakan, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga akan mengoptimalkan strategi komunikasi melalui sosial media berbasis big data untuk menjangkau pemilih “Reach #2019GantiPresiden awal September saja sudah menjangkau 600 juta akun sosial media,” kata Mardani.
https://nasional.kompas.com/read/201...anye-di-medsos
Mengincar generasi Alay di Pilpres 2019?
Quote:
-------------------------------
Faktor pertama yang mau diincar oleh Mardani cs diatas itu adalah generasi Alay yang aktif menggunakan medsos, terutama facebook. Tapi harap diketahui pula bahwa generasi milenial itu (generasi Z) telah ramai-ramai meninggalkan facebookbeberapa tahun terakhir ini. Mereka pada hijrah ke Instagram dan youtube. Sementara pengguna Facebook, Whatapps dan Tweeter pada hari-hari ini hanya banyak disimak oleh emak-emak dan bapak-bapak STW (Sudah Setengah Tua), angkatan generasi X dan Y.
Faktor kedua, perilaku dan pilihan ideologis dalam masyarakat Indonesia, tidaklah sama dengan masyarakat Amerika Serikat. apalagi kalangan mudanya. Boleh jadi teknik algoritma di facebook tempo hari bisa sukses dalam mempengaruhi opini usernya dalam Pilpres AS waktu Trump ikut capres. Tapi untuk pengguna facebook di Indonesia (yang umumnya emak-emak itu), belum tentu efeknya bisa sama. Apalagi emak-emak yang menggunakan facebook itu umumnya terbatas di kalangan emak-emak kurang kerjaan di daerah kota dan metropolis saja.
Sementara emak-emak yang bekerja diperkantoran atau jadi guru di daerah perkotaan atau emak-emak di pedesaan di Jawa dan Luar Jawa misalnya, umumnya lebih disibukkan mengurusi anak-anaknya atau pergi ke sawah, atau pergi ke majlis taklim mendengarkan ceramah ustadzs dan kyainya, ketimbang membuka facebook misalnya.
0
2.4K
22
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan