- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gerindra Yakin Ancaman Komunis Selalu Ada


TS
l4d13put
Gerindra Yakin Ancaman Komunis Selalu Ada
Gerindra Yakin Ancaman Komunis Selalu Ada
SELASA, 25 SEPTEMBER 2018 , 11:55:00 WIB
RMOL. Partai Gerindra menyakini bahwa ancaman komunis bukan hal mengada-ada. Bagi mereka ancaman tersebut selalu ada sehingga masyarakat perlu diberikan peringatan terus-menerus.
Begitu kata Ketua DPP Gerindra Habiburokhman kepada Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Selasa (25/9).
“Ancaman komunis itu laten dan selalu ada, jadi bukan isu yang kita angkat-angkat,” tegas ketua dewan penasehat Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) itu.
Partai Gerindra merasa perlu memberikan peringatan karena rekam jejak komunis di indonesia yang pahit. Komunis yang menjelma dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) telah melakukan pemberontakan dan tidak sedikit korban jiwa berguguran gara-gara pemberontakan tersebut.
Jadi, sambung Habiburokhman, Gerinda bukan menebar isu-isu komunis, melainkan sebatas mengingatkan soal bahaya laten komunis.
“Ya itu kita menjawab kegelisahan masyarakat selama ini soal bahaya laten komunis,” pungkasnya. [ian]
Sumber Berita
===================================================
Komen TS
Betul sekali, kita harus mewaspadai bahaya laten komunis yang sudah mulai beraksi untuk membungkam golongan Agama dan Nasionalis.
Ketika PKI masih eksis dulu, PKI adalah partai yang selalu berusaha menyingkirkan Partai Sosialis Indonesia (PSI).
Salah satu tokoh PSI adalah Soemitro Djojohadikoesoemo yang merupakan bapak dari Prabowo Subianto.
Jadi sekarang ini kalo ada yang sangat membenci bapak Prabowo Subianto, maka sudah jelas mereka itu jelas anak-cucu dan penerus PKI.
Bapak Prabowo Subianto berasal dari keluarga pahlawan nasional dan sudah ratusan tahun memperjuangkan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
2 orang pamannya adalah pahlawan nasional yang gugur dalam pertempuran lengkong Tangerang saat berusaha melucuti senjata tentara Dai-Nippon
Di era rejim karno, Ayah dari bapak Prabowo Subianto adalah seorang pejuang yang memperjuangkan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Saat itu rejim diktator otoriter karno yang menyebabkan kemiskinan merata di seluruh wilayah NKRI, sehingga mengetuk hati nurani ayah dari bapak Prabowo Subianto untuk berjuang demi memperbaiki ketidakadilan jaman rejim karno, selain itu beliau juga memberantas para anggota PKI di wilayah Sumatera dan Sulawesi.
.
Hati-hati dengan propaganda neo-neo komunis yang berusaha menggadaikan negara ini kepada mengleng. Wiwik adalah anak dari ketua OPR Boyolali, ketua Grayak, ketua Merapi-Merbabu Complex yang kerjaannya membegal dan menyembelih rakyat yang mau berangkat ke pasar saat subuh.
Bapak Prabowo Subianto layak diperjuangkan untuk menjadi Presiden NKRI, karena beliau adalah dari keluarga para pahlawan Nasional.
Berikut ini adalah jasa dan pengorbanan keluarga bapak Prabowo Subianto
1. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Banyakwide
Beliau adalah kakek buyut dari Margono Djojohadikoesoemo (kakek Prabowo Subianto). Raden Tumenggung Banyakwide atau lebih dikenal dengan sebutan Panglima Banyakwide, saudara dan pengikut setia dari Pangeran Diponegoro, dan anak dari asisten Wedana Banyumas.
2. Raden Mas (RM) Margono Djojohadikoesoemo
Beliau adalah kakek dari Prabowo Subianto. Margono Djojohadikusomo yang lahir pada tanggal 16 Mei 1894 di Purwokerto, adalah cucu buyut dari Raden Tumenggung Banyakwide atau lebih dikenal dengan sebutan Panglima Banyakwide, pengikut setia dari Pangeran Diponegoro, dan anak dari asisten Wedana Banyumas.
Beliau adalah ketua DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara) NKRI. Beliau adalah tokoh yang mengusulkan supaya dibentuk sebuah Bank Sentral atau Bank Sirkulasi seperti yang dimaksud dalam UUD '45. Beliau adalah pendiri bank BNI (Bank Negara Indonesia) dan orang pertama yang menjabat Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI).
Beliau juga tokoh yang mencetuskan hak angket DPR. Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, "Hak Angket" pertama kali digunakan DPR pada tahun 1950-an. Ihwalnya berawal dari usul resolusi oleh R.M. Margono Djojohadikusomo agar DPR mengadakan "Hak Angket" atas usaha memperoleh devisa dan cara mempergunakan devisa.
Panitia angket yang kemudian dibentuk beranggotakan 13 orang yang diketuai Margono. Tugasnya adalah menyelidiki untung-rugi mempertahankan devisen-regime berdasarkan Undang-Undang Pengawasan Devisen tahun 1940 dan perubahan-perubahannya.
Beliau adalah ayah dari
1. Soemitro Djojohadikusumo
2. Soebianto Djojohadikusumo
3. Taruna Soejono Djojohadikusumo
Dua orang putranya adalah pahlawan nasional yang gugur saat menyerbu markas tentara Dai-Nippon yang dikenal sebagai Pertempuran Lengkong Tangerang. Dua putranya gugur bersama 34 pejuang lainnya, diantaranya adalah Daan Mogot dan Sjewket Salim (putra haji Agus Salim).
Penghargaan yang diterima:
Gedung R.M. Margono Djojohadikusomo di Universitas Gajah Mada dinamakan sesuai dengan nama beliau.
Nama R.M. Margono Djojohadikusomo juga diabadikan menjadi nama jalan di Jakarta.
Kisah kehidupannya menjadi inspirasi pembuatan film Merah Putih
3. Soemitro Djojohadikoesoemo
Beliau adalah ayah dari Prabowo Subianto. Beliau adalah pendiri fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan salah seorang ekonom Indonesia yang terkenal dan banyak berjasa bagi perekonomian Indonesia. Dalam pemerintahan, posisi yang pernah diembannya adalah sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Riset atau Menristek
Beliau adalah seorang ahli ekonomi yang banyak berjasa bagi kemajuan perekonomian Indonesia. Beliau juga pernah berusaha membebaskan negeri ini dari jerat kediktatoran karno yang menyebabkan rakyat sengsara dan menderita.
Di era rejim karno, Ayah dari bapak Prabowo Subianto adalah seorang pejuang yang memperjuangkan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Saat itu rejim diktator otoriter karno yang menyebabkan kemiskinan merata di seluruh wilayah NKRI, sehingga mengetuk hati nurani ayah dari bapak Prabowo Subianto untuk berjuang demi memperbaiki ketidakadilan jaman rejim karno, selain itu beliau juga memberantas para anggota PKI di wilayah Sumatera dan Sulawesi.
4. Soebianto Djojohadikoesoemo
Beliau adalah paman dari Prabowo Subianto atau adik kandung dari Soemitro Djojohadikusumo. Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo (lahir 1923 - meninggal di Lengkong, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, 25 Januari 1946) adalah perwira Tentara Republik Indonesia (TRI), pahlawan nasional yang gugur dalam Pertempuran Lengkong, Serpong - Tangerang Selatan bersama dengan 34 orang lainnya diantaranya Mayor Daan Mogot.
5. Soejono Djojohadikusumo
Soejono Djojohadikusumo adalah paman Prabowo Subianto (lahir 1928 - meninggal di Lengkong, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, 25 Januari 1946) adalah kadet Tentara Republik Indonesia (TRI), pahlawan nasional yang gugur dalam Pertempuran Lengkong, Serpong - Tangerang Selatan bersama dengan 34 orang lainnya diantaranya Mayor Daan Mogot.
Pertempuran Lengkong, Tangerang
Peristiwa berdarah ini bermula dari Resimen IV TRI di Tangerang, Resimen ini mengelola Akademi Militer Tangerang. Tanggal 25 Januari 1946, Mayor Daan Mogot memimpin puluhan taruna akademi untuk mendatangi markas Jepang di Desa Lengkong untuk melucuti senjata pasukan jepang. Daan Mogot didampingi sejumlah perwira, antara lain Mayor Wibowo, Letnan Soetopo, dan Letnan Soebianto Djojohadikusumo.
Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer, mereka berangkat ke Lengkong. Di depan pintu gerbang markas, tentara Jepang menghentikan mereka. Hanya tiga orang, yakni Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan seorang taruna Akademi Militer Tangerang, yang diizinkan masuk untuk mengadakan pembicaraan dengan pimpinan Dai-Nippon. Sedangkan Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo ditunjuk untuk memimpin para taruna yang menungggu di luar.
Semula proses perlucutan berlangsung lancar. Tiba-tiba terdengar rentetan letusan senapan dan mitraliur dari arah yang tersembunyi. Senja yang tadinya damai jadi berdarah. Sebagian tentara Jepang merebut kembali senjata mereka yang semula diserahkan. Lantas berlangsung pertempuran yang tak seimbang. Karena kalah kuat, korban berjatuhan di pihak Indonesia. Sebanyak 33 taruna dan 3 perwira gugur dalam peristiwa itu. Sedangkan 1 taruna lainnya meninggal setelah sempat dirawat dirumah sakit. Perwira yang gugur adalah Daan Mogot, Letnan Soebianto, dan Letnan Soetopo.
Peristiwa berdarah itu kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Pertempuran Lengkong. Pada waktu itu Akademi Militer berpusat di Tangerang sehingga banyak yang menjadi korban adalah Taruna.
Untuk mengenang Peristiwa Lengkong tersebut ada dua tempat bersejarah yang pertama adalah Taman Makam Pahlawan (TMP) taruna yang bertempat di Jl. Daan Mogot (JL. Raya Jakarta-Serang) KM 24,5 dan yang kedua adalah monumen Lengkong yang berada di wilayah Serpong. Monumen yang dibangun berdampingan dengan Taman Daan Mogot itu berdiri tahun 1993 di atas lahan seluas 500 meter persegi. Pada dinding prasasti monumen terukir nama-nama taruna dan perwira yang gugur pada peristiwa pertempuran Lengkong. Sedangkan di dalam museumnya, terpampang foto-foto perjuangan para taruna militer di Indonesia berserta akademinya.
Monumen Lengkong kini dijadikan sebagai tempat peringatan peristiwa pertempuran Lengkong yang diperingati setiap tanggal 25 Januari. Bahkan, keputusan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu menetapkan peristiwa tersebut sebagai Hari Bakti Taruna Akademi Militer. Hal itu dituangkan lewat Surat Telegram KSAD Nomor ST/12/2005 bertanggal 7 Januari 2005.
-3
4K
171


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan