Kaskus

Entertainment

sorrynotsorryAvatar border
TS
sorrynotsorry
Kurang-kurangi Menyebut Kita dan Mereka, Dunia Tidak Se-Biner Itu
Kurang-kurangi Menyebut Kita dan Mereka, Dunia Tidak Se-Biner Itu

Menyambut tahun politik yang tentunya akan membuat atmosfir sosialisasi kita makin terbagi dua kubu, saya akan berbagi mengenai beberapa pandangan yang point utama-nya terinspirasi dari sebuah buku bertajuk "[url=https://www.S E N S O R/book/show/34890015-factfulness]Factfulness[/url]". 



"kalau tidak suka artinya benci" 

"kalau bukan putih artinya hitam"


Kerap kali, manusia sangat cenderung untuk melihat dunia secara biner seperti dua pernyataan di atas. Tak bisa dipungkiri lagi memang bisa dibilang kodrat kita sebagai makhluk sosial untuk mengkelompokan hal-hal ke dalam dua wadah yang mengidentifikasi, untuk membedakan antara kita dan mereka. Parahnya lagi adalah kita sangat cenderung untuk mengidentifikasikan dua wadah tersebut dengan ciri-ciri ekstrim yang otak kita kemudian menjadikannya sebagai identitas atau wajah dari masing-masing kelompok tersebut. Nah kecenderungan ini bisa sangat berbahaya karena mempengaruhi cara pandang kita terhadap masalah secara subjektif, kita akan cenderung bias untuk menerima fakta-fakta yang memperkuat pandangan kita saja, dan menganggap fakta-fakta yang keluar dari kubu yang berseberangan adalah mutlak salahnya. 

Sebagai bagian dari negara besar yang terdiri dari berragam etnis, agama, dan golongan, cara pandang yang memang secara naluriah cenderung mengikuti echo-chamber kita ini sebenarnya sangat berbahaya untuk kesatuan kita secara utuh. 


"Kalau tidak memilih calon A maka mereka anti Pancasila "


"Kalau tidak memilih calon B maka mereka PKI"


"Kalau tidak memilih calon C maka mereka Kafir"


Dalam dunia politik di Indonesia dewasa ini kalimat-kalimat serupa seperti tiga kalimat diatas mungkin sering terdengar atau terlihat kedua pasang mata kita di feed media sosial. Kalimat-kalimat yang bisa menimbulkan perpecahan seperti itu lah produk utama dari kecenderungan kita sebagai manusia untuk mengkelompokkan semua hal menjadi dua kesatuan yang berlawanan. Kecenderungan ini disebut sebagai The Gap Instict dalam buku yang menjadi acuan inspirasi penulis thread ini. The Gap Instinct inilah yang menjadi makanan empuk bagi para provokator-provokator untuk mengadu domba kita, dan provokator itu tak hanya ada dalam satu kubu lho, kita perlu menyadari bahwa mereka ada dari dua kubu yang ada, dan itu yang harus segera kita sadari.


Untuk itu kita perlu menyadari bahwa dunia ini tidak biner gansis. Dunia tidak hanya ada warna hitam dan putih, di pelangi saja paling tidak ada 7 warna lain selain hitam dan putih. Jadi mari kita mulai membiasakan diri menyadari bahwa tidak bijak jikalau kita mengkelompokkan semua menjadi dua kubu. Kita harus mulai memperhitungkan bahkan menyadari bahwa sebagian besar dari populasi sebenarnya berada di tengah.

0
809
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan