part 4 | KASKUS

izhhar

22-09-2018 02:09

part 4

Kembali ke Rumah Mustofa dengan membawa sekotak Donat yang lembut, Mustofa masih sibuk dengan bebebrapa laporan di depan computer, Riska hanya melirk sebentar kearah Kamar mustofa menuju dapur dan membuatkan Mustofa tea hangat dengan sedikit perasan Lemon, kudapanya donat yang masih hangat.
“silahkan pak”
Mustofa memandang Riska yang seperti biasanya menyediakan kudapan dan tea lemon, seperti yang lalu-lalu. Perasaan hangat di hati Mustofa mulai kembali.
“emm trimakasih, nama temanmu siapa?”
“Fadli,putra bungsu dari Batik karto sasminto,Jogja”
“sudah lama jalan?”
“lumayan sejak anda pergi,dia yang menemani saya”
“mas mu Bagas,tadi kirim fax coba kamu lihat”
“fax? Tumben biasanya kirim email”
Sebuah laporan penjualan untuk tiga bulan pertama di Hogkong. Riska mengumpulkan semua laporan terbaru dari Hongkong, penjualanya lumayan meskipun hanya sedikit tapi mulai meningkat. Semakin hari Riska mulai menyibukan diri untuk belajar bahasa Mandari persiapan ke Hongkong. Memang agak sedikit rumit tapi dia harus berusaha untuk terbang ke Hongkong dan membuka peluang- peluang baru di sana.
Setiap malam Mustofa mempertanyakan hubungan seperti apa yang dia dan Riska bangun, Hubungan tanpa nama atau hubungan apa? Mengapa diam – diam dia merasa cemburu atas hubungan Riska dan Fadli yang akrab, mengapa Riska tak memberikan jarak jika dia memang serius dengan Fadli, mengapa bayangan Lasmini yang dulu selalu menghantuinya kini justru berubah menjadi bayangan Riska, Riska juga tidak pernah tidak perduli padanya seakan memberi harapan.
Hp Riska berdering.
“assalamualaikum Budhe,ada apa?”
“walaikumsalam,bapakmu sakit Ris, katanya bapak kangen sama kamu”
“sekarang budhe di mana?”
“budhe ada di rumahmu nduk, bapak kritis minta ketemu kamu sama mas Bagas”
“tapi Budhe, bapak bilang saya nga boleh balik sebelum bawa calon suami”
“iya nduk Budhe tahu, apa kamu tidak bisa mengajak Fadli saja?”
“bisa Budhe, tapi ini sangat serius sedangkan aku dan Fadli memang tidak serius berhubungan”
“kamu ini sama Fadli gimana sih,masak hubungan di permainkan”
“anggaplah kita berteman Budhe.”
“ya sudah kalau sudah dapat calon suami segera bawa kesini kasihan bapakmu nduk”
“iya Budhe, oya mas Bagas sudah di kabari?”
“sudah mas mu sudah di kabari dia baru ngurus cuti mungkin seminggu lagi baru balik”
“iya budhe”
“kalau bisa cepet pulang ya nduk bawa calon suamimu takut kalau-kalau bapakmu”
“iya budhe,semoga bapak cepet sehat ya”
Riska tak penah memahami mengapa bapaknya ngotot untuk dia menikah muda dia setuju tapi dia masih merasa ini bukanlah saat yang tepat membina rumah tangga.
Siang ini fadli menjemputnya ada rapat dengan pemilik butik di mall, katanya penjualan mulai menurun harus ada yang di benahi. Sepanjang Rapat otak Riska terus melayang – layang memikirkan bapaknya. Sesekali melirik Fadli, dia sudah tahu harapanya tipis Fadli mau menikah denganya.
“kenapa?”
“kepikiran bapak”
“bapak kenapa?”
“sakit”
“jenguk lah”
“maunya, tapi harus bawa calon suami”
“ya bawa lah”
“kamu?”
“bukan”
“ya udah ga usah ngasih saran”
“Mustofa?”
“hemmmmmm”
Suasana lengang sejenak.
“eh ris aku mau ke Jerman”
“ngapain? Nyusul bulikFmu?”
“iya, di suruh jadi manajer sementara di sana”
“ow balik ke sini ngak?”
“balik, tapi lumayan lama. Kamu jangan nikah dulu ya?”
“apa hak nya situ? Situ ga mau nikah sama sini”
“ya siapa tahu kita Jodoh”
“udah ya dli aku pergi dulu”
“loh ris, riska!”
Riska berlalu pergi meninggalkan Fadli, Riska sudah buntu dia memang menyukai Fadli dan merasa pas dengan Fadli tapi tak ada tanda-tanda keseriusan Fadli hubungan ini hanya untuk saling mengisi setiap jengkal kesepian masing – masing tanpa kesiapan untuk kearah yang lebih baik. Sepanjang jalan Riska berharap semoga jika dia membawa calon suami bapaknya bisa sembuh. Tapi jika ini hanya kedok Riska akan melukai calon suaminya , jika ini serius dia berharap ini benar – benar serius.