- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[ TAMAT ] Tetangga Baru


TS
dewikunt
[ TAMAT ] Tetangga Baru
Akhirnya....punya waktu luang untuk menyelesaikan cerita ini. Karena ane lagi sibuk nganggur nih gan, jadi gak sempet nyelesaiin tread ini. Nahh untuk mempermudah, ane jadiin satu aja ya ceritanya. Kemaren masih amatiran nih nulis di kaskus jadi berantakan dan gak enak dilihat. Oke, buat yang belum pernah baca nanti dibawah ane kasih per part part nya yaa....Cerita ini memang singkat banget karena ane cuma nempati ini rumah selama 4 bulan, jadi gak begitu kenal sama ' tetangga baru '
ane ini
Quote:
" Mbak Reni lagi nyuci ya "
" Ahhh kean, sana sama bunda aja ya. "
" Kenapa mbak?"
" Kean sama bunda aja ya. Tuh dipanggil bunda "
" Engga kok "
Aku mendengar pertengkaran kecil di tempat cucian piring. Bergegas aku menghampiri mereka berdua.
" Ada apa sih ren?" Tanya ku pada Reni yang terus menyuruh Kean untuk meninggalkannya
" ini kean mbk. Suruh jangan kesini dong. Nanti lihat anu lagi "
Aku menghela nafas. Reni masih saja takut, malahan ketakutannya sekarang sudah kelewatan. Masa hanya ditemeni Kean aja takut. Takut kean melihat makhluk gaib. Padahal anakku bukan anak indigo. Kalau kemaren dia bisa melihat 'mereka' aku kira itu hanya kebetulan, karena sudah sebulan dia tidak pernah melihatnya.
" Dulu hanya kebetulan Ren, ini udah mau satu bulan juga dia gak pernah liha lagi "
" pokoknya aku gak mau deket deket kean mbak " dia masih kekeuh dan aku gak bisa memaksanya
" Yuk sayang temenin bunda yuk"
Kean mangangguk dan mengikutiku ke depan. Baru saja aku sampai depan, aku mendengar reni berteriak sangat keras. Buru buru aku menghampirinya. Wajahnya pucat. Berdiri di depan kamar mandi. di tangannya masih memegangi spon untuk mencuci piring. Kacamata yang dikenakannya hampir terjatuh.
" Ada apa Ren?"
Melihatku, dia langsung berhambur memelukku.
" Mbak aku pulang sekarang ya. Aku nyucinya bsok pagi gapapa ya, sebelum warungnya buka " Suaranya terbata. Sesekali dia menoleh ke arah kamar mandi
" Memangnya kenapa ren?"
Begitulah hari itu. Reni pulang sebelum cucian nya kelar. Dia tidak mengatakan apapun padaku kenapa dia ingin pulang. Aku yang penasaran juga tidak ingin bertanya lebih jauh padanya. Aku takut malah memperburuk keadaannya.
Dan sejak kejadian itu, sikap Reni semakin aneh. Dia yang biasanya selalu riang dan ceplas ceplos menjadi lebih pendiam. Tak banyak yang ia ceritakan padaku. Padahal biasanya, baru sampai aja udah nerocos, entah itu cerita tentang suaminya yang payah, mertuanya yang galak, atau kakak iparnya yang suka menyindir. Jujur aku merasa kehilangan sosoknya. Kerjaan jadi gak enak karena kami sering saling diam.
" Bawa apa itu yank?"
Suamiku sejak pagi sudah pergi.
" Ini " dia memperlihatnya kepingan VCD padaku. Murotal Al Quran.
aku mengerti maksudnya. Aku menggangguk tanda setuju. Selama ini aku memang sring mengaji di kamar. Hanya saja tidak pernah lama. Baru baca berapa ayat saja badanku rasanya berat banget. Mataku kadang gak kuat melanjutkannya. Pandanganku sering kabur.
Akhirnya suamiku menyalakan VCD murotal. Gak tanggung tanggung. Kami menyalakannya 3 hari full non stop gan. Dari juz 1 sampai juz 30. Khatam, kami ulangi lagi. Kenapa 3 hari? itu bukan syarat atau kenapa kenapa, tapi setelah 3 hari VCD kami rusak. Serius gan, rusak. Aku tidak mau menerka nerka yang bukan bukan, pikirmu mungkin karena kami memutar nya non stop dan dalam volume yang agak besar. 3 hari itu, suasana rumah lumayan nyaman. Reni juga sedikit demi sedikit sudah mulai bercerita padaku. Seperti pagi ini, dia bercerita tentang repotnya mengurus persiapan 1000 hari meninggal neneknya. Kerepotannya membeli keperluan masak, keperluan tahlilan dll. Dia juga meminjam uang padaku untuk keperluannya itu. Ahh gapapa, yang penting Reni yan dulu sudah kembali. Mudah mudahan rumah ini semakin nyaman dan tenang.
Tapi ada yang aneh gan,
sejak kami memutar murotal di VCD itu, warung ku jadi sepi. Beneran, sepi banget. Aku tak pernah mendapatkan uang lebih dari 100.000 .
Aku mencoba menerimanya. Mungkin memang rejekiku baru segini. Meski dalam hati aku juga bertanya tanya. Aku dan reni malah sering tiduran di dalam. Padahal sebelumnya, untuk makan saja aku harus gantian dengannya.
Bukan hanya itu gan, hawa rumah kami semakin panas, padahal biasanya kalau malam dingin banget. Sekarang kipas angin gak mempan di kamar kami.
Dan yang lebih menyebalkan, aku pernah melihatnya gan. Waktu itu malam aku terpaksa mandi. Namanya juga istri gan, kewajibannya gak hanya siang, malam juga kewajiban. Saat aku mandi, rasanya gak enak banget gan. Gimana ya ceritanya, susah dijelasin gan. Pokoknya hawanya gak enak dan rasanya berat sekali leherku. Dan di kamar mandiku ada cermin gan, nah pas aku hendak mengambil handuk, aku melihat sesuatu yang sangat besar seperti aku gendong gan. Badannya sangat besar dan hitam. Saking besarnya, aku sampai tidak bisa melihat wajahnya di cermin. Aku berdoa dan memejamkan mata, dan seketika makhluk itu hilang.
" Mbak "
Seseorang memanggilku. Aku kira pembeli, ternyata bukan. Aku seperti mengenal laki laki ini. Tapi dimana.
" Saya kang masnya pak Hari " Beliau memperkenalkan diri
Ohh iya, ini kakak nya pak Hari yang dulu ambil brangkas itu.
" iya pak, ada yang bisa saya bantu?"
" Suami mbak ada?"
Aku segera memanggil suamiku. Beliau berjalan ke belakang. Mengamati rumah ini.
Singkat kata, kita duduk bertiga di ruang tengah. aku sudah lupa dia ngomongnya gimana karena panjang banget. Yang kuingat, dia bercerita kalau keponakannya 3 hari yang lalu sering kesurupan. Dan dia merasa, ada yang sudah terjadi di rumah ini.
Aku bertatapan dengan suamiku. Apa karena VCD itu?
Singkat kata, dia minta ijin ke kamar, dia membuka pojokan atap kamar. Dan ternyata, di setiap sudut atap kamar kami ada beberapa keris berukuran kecil
" Rumah ini sengaja saya isi. Untuk wibawa dan mempermudah segala urusan "
Aku tidak mengerti apa yang ia katakan gan, pikiranku kacau. Akuu sudah tidak tau harus berkata apa. Jujur, aku percaya dengan hal hal yang berbau gaib, jin itu ada. Aku percaya itu. Tapi meminta tolong pada mereka untuk keberuntungan??
" Apa yang dibilang bapaknya tadi?" Aku bertanya pada suamiku
Sejak dia bilang rumah ini diisi aku langsung meninggalkan mereka berdua. Aku jengkel sekali gan, aku menyewa rumah ini gak murah. 25jt per tahun. Dan aku berharap dengan menyewa rumah ini kami akan betah menempatinya. Tapi nyatanya, aku justru sangat tidak nyaman. Aku marah gan, kecewa.
" Katanya kita suruh melihara burung puter di belakang. Nanti ditaruh di gudang samping dapur "
" Dan kamu mau?"
" Kata nya itu biar jualan kita laris lagi. Dia tau kalau dagangan kita sepi "
" Aku mau pindah. Oper kontrak aja rumah ini. AKu gak mau disini "
" Gak gampang oper kontrak yank, blm kita cari lagi "
" aku mau pindah. Dengan, atau tanpa persetujuanmu "
Aku meninggalkan suamiku. Aku sangat marah saat itu. Bagaimana pun suamiku yang mencari rumah ini. Bahkan tanpa persetujuanku langsung oke. Dan sekarang dengan adanya kejadian ini.............
" Oke kita pindah. " Tiba tiba suamiku menyusulku ke kamar dan memelukku
Keesokan harinya kami berkemas. Aku belum menemukan tempat untuk jualan. Semua peralatan jualan aku obral, yang penting cepat laku.
Hingga......malam itu, saat Reni membantuku berkemas. Malam sudah menunjukan pukul 10 tapi suaminya belum juga menjemputnya. Harusnya ia pulang magrib tadi.
" Besok kalau jualan lagi kabari ya mbak. Tapi cari tempat jualannya jangan kayak gini "
" Pasti. Doain ya "
Tepat pukul setengah sebelas malam, suami Reni datang. Lembur katanya dia. Reni berpamitan pada kami, bahkan dia tersedu sangat memelukku.
" Daa...assalamualaikum " Suara cemprengnya menggema di seluruh rumah. Aku masih sangat mengingat suara itu
Sampai tiba tiba dia berdiam di depan pagar dan menatap rumah . Seketika dia tertawa terbahak bahak. Keras banget gan. Aku belum pernah mendengar suara tawanya seperti itu. Aku merinding kalau ingat suaranya. Dia masih tertawa terbahak sampai membonceng suaminya
Keesokan harinya, suaminya menelponku. dia mengabari kalau Reni sakit dan dirawat di rumah sakit. Aku segera bergegas menengoknya
" Sejak keluar dari rumah mbak dia tertawa terus. bahkan di jalan juga tertawa. Tapi sampai rumah menangis dan badannya demam. Lalu aku bawa ke rumah sakit "
" Kata dokter dia sakit apa?"
Perlu waktu lama dia menjawabnya," Kata dokter dia depresi mbak "
Aku shock mendengarnya. Ada rasa bersalah dalam diriku.
" Sebelum demam, dia bilang sama saya, kalau di atap rumah mbak ada ada banyak makhluk mengerikan. "
Begitulah...sampai lebaran kemaren ketika aku mengunjunginya, Reni masih depresi meski kadang dia normal saat diajak bicara. Dia masih terus kontrol dan masih sering tertawa keras
Cepat sembuh ya Ren. aamiin
" Ahhh kean, sana sama bunda aja ya. "
" Kenapa mbak?"
" Kean sama bunda aja ya. Tuh dipanggil bunda "
" Engga kok "
Aku mendengar pertengkaran kecil di tempat cucian piring. Bergegas aku menghampiri mereka berdua.
" Ada apa sih ren?" Tanya ku pada Reni yang terus menyuruh Kean untuk meninggalkannya
" ini kean mbk. Suruh jangan kesini dong. Nanti lihat anu lagi "
Aku menghela nafas. Reni masih saja takut, malahan ketakutannya sekarang sudah kelewatan. Masa hanya ditemeni Kean aja takut. Takut kean melihat makhluk gaib. Padahal anakku bukan anak indigo. Kalau kemaren dia bisa melihat 'mereka' aku kira itu hanya kebetulan, karena sudah sebulan dia tidak pernah melihatnya.
" Dulu hanya kebetulan Ren, ini udah mau satu bulan juga dia gak pernah liha lagi "
" pokoknya aku gak mau deket deket kean mbak " dia masih kekeuh dan aku gak bisa memaksanya
" Yuk sayang temenin bunda yuk"
Kean mangangguk dan mengikutiku ke depan. Baru saja aku sampai depan, aku mendengar reni berteriak sangat keras. Buru buru aku menghampirinya. Wajahnya pucat. Berdiri di depan kamar mandi. di tangannya masih memegangi spon untuk mencuci piring. Kacamata yang dikenakannya hampir terjatuh.
" Ada apa Ren?"
Melihatku, dia langsung berhambur memelukku.
" Mbak aku pulang sekarang ya. Aku nyucinya bsok pagi gapapa ya, sebelum warungnya buka " Suaranya terbata. Sesekali dia menoleh ke arah kamar mandi
" Memangnya kenapa ren?"
Begitulah hari itu. Reni pulang sebelum cucian nya kelar. Dia tidak mengatakan apapun padaku kenapa dia ingin pulang. Aku yang penasaran juga tidak ingin bertanya lebih jauh padanya. Aku takut malah memperburuk keadaannya.
Dan sejak kejadian itu, sikap Reni semakin aneh. Dia yang biasanya selalu riang dan ceplas ceplos menjadi lebih pendiam. Tak banyak yang ia ceritakan padaku. Padahal biasanya, baru sampai aja udah nerocos, entah itu cerita tentang suaminya yang payah, mertuanya yang galak, atau kakak iparnya yang suka menyindir. Jujur aku merasa kehilangan sosoknya. Kerjaan jadi gak enak karena kami sering saling diam.
" Bawa apa itu yank?"
Suamiku sejak pagi sudah pergi.
" Ini " dia memperlihatnya kepingan VCD padaku. Murotal Al Quran.
aku mengerti maksudnya. Aku menggangguk tanda setuju. Selama ini aku memang sring mengaji di kamar. Hanya saja tidak pernah lama. Baru baca berapa ayat saja badanku rasanya berat banget. Mataku kadang gak kuat melanjutkannya. Pandanganku sering kabur.
Akhirnya suamiku menyalakan VCD murotal. Gak tanggung tanggung. Kami menyalakannya 3 hari full non stop gan. Dari juz 1 sampai juz 30. Khatam, kami ulangi lagi. Kenapa 3 hari? itu bukan syarat atau kenapa kenapa, tapi setelah 3 hari VCD kami rusak. Serius gan, rusak. Aku tidak mau menerka nerka yang bukan bukan, pikirmu mungkin karena kami memutar nya non stop dan dalam volume yang agak besar. 3 hari itu, suasana rumah lumayan nyaman. Reni juga sedikit demi sedikit sudah mulai bercerita padaku. Seperti pagi ini, dia bercerita tentang repotnya mengurus persiapan 1000 hari meninggal neneknya. Kerepotannya membeli keperluan masak, keperluan tahlilan dll. Dia juga meminjam uang padaku untuk keperluannya itu. Ahh gapapa, yang penting Reni yan dulu sudah kembali. Mudah mudahan rumah ini semakin nyaman dan tenang.
Tapi ada yang aneh gan,
sejak kami memutar murotal di VCD itu, warung ku jadi sepi. Beneran, sepi banget. Aku tak pernah mendapatkan uang lebih dari 100.000 .
Aku mencoba menerimanya. Mungkin memang rejekiku baru segini. Meski dalam hati aku juga bertanya tanya. Aku dan reni malah sering tiduran di dalam. Padahal sebelumnya, untuk makan saja aku harus gantian dengannya.
Bukan hanya itu gan, hawa rumah kami semakin panas, padahal biasanya kalau malam dingin banget. Sekarang kipas angin gak mempan di kamar kami.
Dan yang lebih menyebalkan, aku pernah melihatnya gan. Waktu itu malam aku terpaksa mandi. Namanya juga istri gan, kewajibannya gak hanya siang, malam juga kewajiban. Saat aku mandi, rasanya gak enak banget gan. Gimana ya ceritanya, susah dijelasin gan. Pokoknya hawanya gak enak dan rasanya berat sekali leherku. Dan di kamar mandiku ada cermin gan, nah pas aku hendak mengambil handuk, aku melihat sesuatu yang sangat besar seperti aku gendong gan. Badannya sangat besar dan hitam. Saking besarnya, aku sampai tidak bisa melihat wajahnya di cermin. Aku berdoa dan memejamkan mata, dan seketika makhluk itu hilang.
" Mbak "
Seseorang memanggilku. Aku kira pembeli, ternyata bukan. Aku seperti mengenal laki laki ini. Tapi dimana.
" Saya kang masnya pak Hari " Beliau memperkenalkan diri
Ohh iya, ini kakak nya pak Hari yang dulu ambil brangkas itu.
" iya pak, ada yang bisa saya bantu?"
" Suami mbak ada?"
Aku segera memanggil suamiku. Beliau berjalan ke belakang. Mengamati rumah ini.
Singkat kata, kita duduk bertiga di ruang tengah. aku sudah lupa dia ngomongnya gimana karena panjang banget. Yang kuingat, dia bercerita kalau keponakannya 3 hari yang lalu sering kesurupan. Dan dia merasa, ada yang sudah terjadi di rumah ini.
Aku bertatapan dengan suamiku. Apa karena VCD itu?
Singkat kata, dia minta ijin ke kamar, dia membuka pojokan atap kamar. Dan ternyata, di setiap sudut atap kamar kami ada beberapa keris berukuran kecil
" Rumah ini sengaja saya isi. Untuk wibawa dan mempermudah segala urusan "
Aku tidak mengerti apa yang ia katakan gan, pikiranku kacau. Akuu sudah tidak tau harus berkata apa. Jujur, aku percaya dengan hal hal yang berbau gaib, jin itu ada. Aku percaya itu. Tapi meminta tolong pada mereka untuk keberuntungan??
" Apa yang dibilang bapaknya tadi?" Aku bertanya pada suamiku
Sejak dia bilang rumah ini diisi aku langsung meninggalkan mereka berdua. Aku jengkel sekali gan, aku menyewa rumah ini gak murah. 25jt per tahun. Dan aku berharap dengan menyewa rumah ini kami akan betah menempatinya. Tapi nyatanya, aku justru sangat tidak nyaman. Aku marah gan, kecewa.
" Katanya kita suruh melihara burung puter di belakang. Nanti ditaruh di gudang samping dapur "
" Dan kamu mau?"
" Kata nya itu biar jualan kita laris lagi. Dia tau kalau dagangan kita sepi "
" Aku mau pindah. Oper kontrak aja rumah ini. AKu gak mau disini "
" Gak gampang oper kontrak yank, blm kita cari lagi "
" aku mau pindah. Dengan, atau tanpa persetujuanmu "
Aku meninggalkan suamiku. Aku sangat marah saat itu. Bagaimana pun suamiku yang mencari rumah ini. Bahkan tanpa persetujuanku langsung oke. Dan sekarang dengan adanya kejadian ini.............
" Oke kita pindah. " Tiba tiba suamiku menyusulku ke kamar dan memelukku
Keesokan harinya kami berkemas. Aku belum menemukan tempat untuk jualan. Semua peralatan jualan aku obral, yang penting cepat laku.
Hingga......malam itu, saat Reni membantuku berkemas. Malam sudah menunjukan pukul 10 tapi suaminya belum juga menjemputnya. Harusnya ia pulang magrib tadi.
" Besok kalau jualan lagi kabari ya mbak. Tapi cari tempat jualannya jangan kayak gini "
" Pasti. Doain ya "
Tepat pukul setengah sebelas malam, suami Reni datang. Lembur katanya dia. Reni berpamitan pada kami, bahkan dia tersedu sangat memelukku.
" Daa...assalamualaikum " Suara cemprengnya menggema di seluruh rumah. Aku masih sangat mengingat suara itu
Sampai tiba tiba dia berdiam di depan pagar dan menatap rumah . Seketika dia tertawa terbahak bahak. Keras banget gan. Aku belum pernah mendengar suara tawanya seperti itu. Aku merinding kalau ingat suaranya. Dia masih tertawa terbahak sampai membonceng suaminya
Keesokan harinya, suaminya menelponku. dia mengabari kalau Reni sakit dan dirawat di rumah sakit. Aku segera bergegas menengoknya
" Sejak keluar dari rumah mbak dia tertawa terus. bahkan di jalan juga tertawa. Tapi sampai rumah menangis dan badannya demam. Lalu aku bawa ke rumah sakit "
" Kata dokter dia sakit apa?"
Perlu waktu lama dia menjawabnya," Kata dokter dia depresi mbak "
Aku shock mendengarnya. Ada rasa bersalah dalam diriku.
" Sebelum demam, dia bilang sama saya, kalau di atap rumah mbak ada ada banyak makhluk mengerikan. "
Begitulah...sampai lebaran kemaren ketika aku mengunjunginya, Reni masih depresi meski kadang dia normal saat diajak bicara. Dia masih terus kontrol dan masih sering tertawa keras
Cepat sembuh ya Ren. aamiin




anasabila dan AnakRumahan580 memberi reputasi
2
2.4K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan