Diceritakan oleh salah satu website lokal,
www.petisansuroboyo.combahwa pada suatu masa hiduplah seorang raja yang bernama Firaun Hanyokrowati. Raja ini memimpin di kerajaan Masiran. Seperti Firaun lainnya, Firaun yang ini pun ditakuti rakyatnya. Melihat namanya, mungkin ini Firaun versi jawa ya
Nah, suatu ketika raja berulang tahun entah yang keberapa, namun raja ingin makanan yang sangat istimewa. Dan seperti dalam kisah standar raja-raja, raja yang ini juga memerintahkan seluruh juru masak untuk memasak masakan yang istimewa.
Dan sudah bisa ditebak ceritanya, makanan yang dibuat oleh para juru masak itu tidak ada yang cocok dilidah raja. Entah darimana datangnya, ada seorang bernama Abdul Rozak yang memasak masakan khusus untuk raja dan mencoba menyajikannya untuk raja. Melalui punggawa kerajaan, akhirnya makanan pun tersaji untuk sang raja.
Dan seperti yang ada dalam kisah-kisah 1001 malam, raja serta merta cocok dengan makanan yang dibawa oleh rakyatnya tersebut. Raja sangat menikmati makanan buatan Abdul Rozak tersebut.
Raja yang menyukai masakan tersebut lalu menanyakan apa nama masakan tersebut. Dan ternyata Abdul Rozak belum memiliki nama untuk makanannya.
Lalu raja pun menanyakan apa saja bahan-bahan yang dipakai untuk membuatnya. Raja penasaran dengan satu bahan yang teksturnya kenyal seperti daging. Ternyata itu adalah hidung onta. Sejarah menuliskan bahwa itu mulut onta, namun salah, mulut onta tidak kenyal.
Akhirnya raja memberi nama makanan tersebut dengan nama Rozak Cingur. Sesuai dengan nama pembuatnya dan nama bahan yang khas didalamnya.
Lalu bagaimana ceritanya hingga makanan ini sampai ke jawa timur? Itu karena Abdul Rozak menerima hadiah sebuah kapal dari raja sesuai dengan keinginannya untuk mengembara.
Dengan kapal inilah dia mengembara hingga pada suatu saat sampailah dia ke dermaga Tanjung Perak. Apakah terasa janggal sampai disini? Ah sudahlah, informasinya seperti itu.
Singkat cerita, disinipun ia mulai memperkenalkan masakan yang ia hidangkan untuk sang raja, mungkin karena dia ingin cari hadiah lagi atau mungkin dia berjualan. Namun, karena tidak ada cingur atau hidung unta, maka ia pun menggantinya dengan cingur sapi yang ternyata justru memiliki rasa yang jauh lebih baik.
Dan makanan tersebut pun terkenal karena kelezatan dan keunikan bahannya. Masyarakat didaerah tersebut rupanya kesulitan untuk menyebut Rozak sehingga kebanyakan masyarakat mengenalnya sebagai makanan Rujak cingur. Sehingga, nama itulah yang dipakai hingga kini.
Dari sejarahnya, bisa ditarik kesimpulan bahwa rujak cingur adalah makanan kelas raja yang merakyat (selanjutnya saya tulis rujak cingur ya, lebih enak didengar daripada rozak cingur atau cingur rozak). Dan sejarah yang berasal dari desas-desus walaupun ngga bisa dikatakan 100% benar tapi dalam rujak cingur benar-benar ada sebuah filosofi yang dalam tentang kesederhanaan.
Perlu diketahui bahwa penyajian rujak cingur membutuhkan petis sebagai bumbunya dan petis tersebut ada dua macam, yaitu petis hitam lezat dan petis kecoklatan yang katanya kurang enak.
Dan mungkin banyak yang berpikir bahwa penggunaan kedua jenis petis tersebut adalah salah satu trik agar bisa mendapatkan untung lebih banyak.
Rupanya, pemikiran tersebut kurang tepat, Rujak cingur yang dibuat hanya dengan menggunakan petis hitam yang berkualitas tinggi ternyata justru menghasilkan rujak yang kurang lezat bahkan cenderung membuat eneg.
Untuk membuatnya lebih lezat, dicampurkan juga petis kecoklatan yang kurang enak sehingga tercapailah keseimbangan rasa. Hal ini merupakan salah satu cara untuk bisa mendapatkan rujak cingur dengan citarasa yang pas di lidah dan nikmat.
Dari penggunaan petis tersebut mengandung nilai filosofi hidup yang cukup mendalam bahwasanya hidup yang selalu "serba paling enak" seringkali membuat "eneg", atau kehilangan rasa enaknya.
Seperti hidup, mungkin akhirnya "eneg" juga kalo selalu serba enak, sehingga diperlukan penyeimbangan yang membuat hidup terasa lebih enak dan nyaman yaitu dengan mencampurnya dengan yang kurang enak. Hidup flat itu membosankan bray..masalah adalah solusi kedataran tersebut
Mungkin kalimat ini kurang tepat tapi bagi saya sudah sesuai dengan filosofi penggunaan petis pada rujak cingur tersebut.
-
Sejarah Rozak Cingur
- nulis sendiri
Fotonya isi rujak ketutupan sayur
