Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annisa2019Avatar border
TS
annisa2019
Rupiah Senin Sore Kembali Dekati Zona 14.900 per Dolar AS ...
Rupiah Senin Sore Kembali Dekati Zona 14.900 per Dolar AS
Senin, 2018-09-10 18:19 WIB


Foto: Antara/ Akbar Nugroho Gumay

Covesia.com - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (10/9/2018) sore bergerak melemah sebesar 37 poin ke Rp14.850 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.813 per dolar AS.

"Dolar AS bergerak lebih tinggi terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah karena data kerja Amerika Serikat yang kuat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.


Ia mengemukakan data "non farm payrolls" (NFP) Amerika Serikat naik sebanyak 201.000 pada Agustus 2018. Data itu lebih tinggi dari perkiraan untuk penciptaan pekerjaan sebanyak 191.000 pekerja.


Kemudian, lanjut dia, indeks upah Amerika Serikat rata-rata naik 0,4 persen pada tingkat bulanan di Agustus, di atas ekspektasi untuk kenaikan 0,3 persen. Sementara tingkat pengangguran bertahan di level 3,9 persen.


Ia menambahkan pelemahan mata uang dunia juga dipicu oleh kekhawatiran potensi meningkatnya tensi ketegangan dagang Amerika Serikat dan Tiongkok.


"Presiden AS Donald Trump memberikan peringatan untuk kembali menaikan tarif pada hampir semua impor Tiongkok ke Amerika Serikat," katanya.


Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (10/9), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.835 dibanding sebelumnya (7/9) di posisi Rp14.884 per dolar AS.

https://www.covesia.com/news/baca/59...0-per-dolar-as


Dolar AS 'Sapu Bersih' Asia, Rupiah Jadi Korbannya
10 September 2018 16:34



Ilustrasi Rupiah-Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)


Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan hari ini. Rupiah tidak mampu menghalau keperkasaan dolar AS yang berlangsung meluas. 

Pada Senin (10/9/2018) pukul 16:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.852 di pasar spot. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.  

Kala pembukaan pasar, pelemahan rupiah hanya 0,03%. Seiring perjalanan, depresiasi rupiah kian menjadi. Depresiasi rupiah mulai menipis jelang akhir perdagangan, meski masih jauh untuk membalikkan kedudukan menjadi positif. 



Pada perdagangan hari ini, posisi terkuat rupiah ada di Rp 14.815/US$. Sedangkan terlemahnya adalah Rp 14.875/US$. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hari ini: 

 Rupiah tidak berjalan sendiri. Berbagai mata uang Asia pun tidak berdaya menghadapi kuatnya dolar AS. Tidak ada yang bisa selamat, dolar AS mencetak sapu bersih.  

Rupee India menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam. Disusul oleh yuan China, peso Filipina, dan rupiah di posisi keempat. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama Asia pada pukul 16:15 WIB: 


https://www.cnbcindonesia.com/market...medium=desktop



BANK INDONESIA:
Jangan Panik, Pelemahan Rupiah Saat Ini Beda dengan Krisis 1998
Senin 10 September 2018 - 18:12


Diskusi Media Forum Merdeka Barat ‘Bersatu untuk Rupiah’ di Kemenkominfo. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)

Pemerintah menjelaskan pelemahan rupiah saat ini jauh berbeda dengan yang terjadi saat krisis ekonomi tahun 1998. Masyarakat diminta tidak perlu takut, layaknya situasi yang terjadi pada 1998. Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (BI), Doddy Zulverdi menyampaikan kedua hal tersebut tidak bisa disamakan.

"Nilai tukar itu adalah salah satu indikator ekonomi yang namanya relative price, yaitu harga relatif. Dia tidak bisa dilihat sebagai angka absolute. Angka Rp 15 ribu sekarang beda dengan Rp 15 ribu 20 tahun lalu, jelas beda. Jadi jangan serta merta disamakan. Ini salah satu pemahanan yang harus kita tanamkan ke berbagai pihak," kata Doddy dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema "Bersatu untuk Rupiah", bertempat di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (10/9).

Lebih lanjut, Doddy menuturkan ada kesalahan berbagai pihak saat ini yang perlu diluruskan dalam melihat nilai tukar mata uang sebagai angka psikologis. Padahal, kata dia, nilai tukar mata uang yang seharusnya dilihat adalah pergerakan angkanya.
Ia mencontohkan kondisi yang terjadi di Australia, Korea Selatan, Malaysia dan Thailand. Pergerakan nilai tukarnya nyaris tidak pernah menjadi berita besar, kecuali perubahannya sangat cepat. Namun, karakter orang Indonesia justru berbeda.

 "Orang tidak melihatnya sebagai angka psikologis, tapi seberapa cepat bergeraknya. Jika angka bergerak hanya 8 persen seperti saat ini dibandingkan semisal naik dari level Rp 2.500 sampai ke Rp 15.000, ya jelas berbeda, itu sangat jauh kenaikannya. Ini harus terus kita tanamkan ke masyarakat. Nilai tukar jangan dilihat dari levelnya, tapi lihat pergerakannya," paparnya.

Terkait hal itu, Doddy pun memastikan kondisi ekonomi makro saat ini sangat berbeda dengan yang terjadi saat krisis tahun 1998.

"Tahun 1998 berapa inflasinya? 78,2 persen, sementara sekarang hanya 3,2 persen. Tahun 1998 berapa cadangan devisanya? USD 23,62 miliar, sementara sekarang USD 118,3 miliar. Tahun 1998 berapa tingkat kredit macet? lebih dari 30 persen, sekarang hanya 2,7 persen dan trennya terus turun, dan lain sebagainya. Yang jelas, tahun ini lebih baik daripada tahun 1998. Jadi, ironis jika ada yang bilang tahun ini kita krisis seperti tahun 1998," tandasnya.

Kepala Departemen Internasional Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menjelaskan tentang kondisi pelemahan mata uang rupiah yang mendekati angka Rp 15.000. 

"Secara historis, ini bukan pertama neraca transaksi berjalan kita mengalami defisit. Pada 2013, current account mengalami defisit minus 4,24 persen di triliwulan keduanya. Hal Itu mengakibatkan neraca primer kita mengalami defisit besar,” kata Iskandar.

Lantaran itu pulalah, masyarakat diingatkan Iskandar untuk tidak khawatir berlebihan demi menghindari akibat negatif yang tidak diinginkan.  

“Kita memang harus siap menghadapi penurunan rupiah ini, mau tidak mau. Tapi ini bukan merupakan hal yang baru. Tidak perlu ditakutkan. Kalau waspada iya. Hanya, ketakutan yang berlebihan itu tidak bagus. Saya banyak melakukan riset, bahwa kalau kita berpikiran negatif itu bisa mengakibatkan hal negatif," kata Iskandar.

Ia mencontohkan ketika terjadinya krisis perbankan, walau sebenarnya banknya sehat. Namun, bisa menjadi tidak sehat ketika nasabah berbondong-bondong tidak percaya hingga bisa menyebabkan bangkrutnya bank tersebut. 

"Itulah sebabnya jangan memberi informasi yang bisa membuat kita semua panik,” imbuhnya Iskandar. 
Diskusi Media Forum Merdeka Barat ‘Bersatu untuk Rupiah’ di Kemenkominfo

Diskusi Media Forum Merdeka Barat ‘Bersatu untuk Rupiah’ di Kemenkominfo. (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Lanjut  Iskandar, masalah terjadinya defisit pada neraca transaksi berjalan bukanlah hal baru dan tidak perlu menciptakan ketakutan yang luar biasa besar. Pasalnya, dibanding tahun 2013 yang angka defisitnya 4,24 persen, defisit neraca berjalan tahun ini yang mencapai minus 3,04 persen bukanlah merupakan sebuah krisis.

“Karena ada arus modal masuk atau capital inflow, kondisi itu menjadi tidak masalah,” tuturnya. 

Hal yang saat ini justru harus diwaspadai menurut Iskandar adalah iklim global yang penuh ketidakpastian. Situasi ini dikhawatirkan bisa memicu capital outflow. 

“Fenomena ketidakpastian ini memang fenomena global. Di Argentina yang kondisi ketidakpastian global telah memicu terjadinya krisis menjadi lebih berat. Dari awal Januari sampai Jumat, mata uang Argentina terdepresiasi 49,62 persen. Kalau Turki 40,7 persen depresiasinya. Coba dibandingkan dengan kita, depresiasi hanya minus 8,5 persen,” lanjut dia.

Tak hanya itu, kekhawatiran berlebihan tidak diperlukan karena fundamental ekonomi di dalam negeri menurutnya masih sangat kuat, hal itu bisa ditunjukkan dengan tingkat inflasi yang masih rendah yakni 3,2 persen.

Untuk mendorong kepercayaan masyarakat pada rupiah, Iskandar mengatakan, pemerintah kini tengah berupaya menerbitkan kebijakan kenaikan tarif PPh impor. Pemerintah juga akan terus mendorong  penggunanan komponen lokal pada proyek-proyek infrastruktur untuk mengurangi beban impor. 

“Sejumlah kebijakan untuk mendorong ekspor juga telah diterbitkan, antara lain dengan sistem OSS dan pos border,” tegas dia.

Selain itu, kata dia, pemerintah juga mendorong penguatan sektor pariwisata. Pada 18 Agustus lalu, sambung dia, pemerintah sudah memutuskan memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pariwisata kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan suku bunga 7 persen. 

“Saya yakin bersama-sama dengan masyarakat, dengan pemberitaan yang seimbang, saya yakin masyarakat percaya ekonomi solid sehingga nilai tukar kita menjadi seimbang,” katanya. 

Sementara itu, Juru Bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot mengatakan seluruh pihak jasa keuangan dipastikan mendukung pemerintah sejumlah program ekonomi yang sedang dijalankan, di antaranya pembiayaan transaksi ekspor.

“Dari semua itu, kami berharap koordinasi terus ditingkatkan, khususnya antara pihak pemerintah dan BI. Sehingga, industri hingga saat ini masih dalam keadaan terjaga. Sejauh ini kami mengapresiasi kebijakan pemerintah yang telah melakukan intervensi kepada pasar,” ujar Sekar.

Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Robert Leonard Marbundalam juga menambahkan pihaknya bersama OJK, BI dan Kemenko terus berkoordinasi mengendalikan, menjaga stabilitas hingga berusaha menjaga kepercayaan pasar.

"Dengan demikian kami berupaya mengurangi dampak negatif dari faktor eksternal. Intinya, kami dari masing-masing Kementerian/Lembaga bersinergi dan melihat mengapa ini terjadi. Sehingga bagaimana ekonomi Indonesia bisa bertumbuh dan pertumbuhan ekonomi menguat," pungkas Robert.
https://kumparan.com/@kumparanbisnis/jangan-panik-pelemahan-rupiah-saat-ini-beda-dengan-krisis-1998-1536577287589060633

Sri Mulyani: 
Rupiah Melemah Rp100/USD, Penerimaan Negara Naik Rp4,7 Triliun
Senin 10 September 2018 14:23 WIB



JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kondisi pelemahan nilai tukar Rupiah berdampak pada nilai penerimaan dan belanja negara. Kendati demikian, kondisi ini tak mengganggu postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN 2018).

Bendahara Negara tersebut menjelaskan, setiap penguatan dolar AS terhadap Rupiah sebesar Rp100 per USD maka akan berdampak pada kenaikan penerimaan negara Rp4,7 triliun. Selain itu, berdampak juga pada kenaikan belanja negara sebesar Rp3,1 triliun.

Penjelasan BI: Beda Pelemahan Rupiah Sekarang dengan Krismon 98

"Tapi kenaikan penerimaan lebih tinggi dari belanja sehingga total balance-nya adalah positif Rp1,6 triliun setiap kenaikan Rp100 per USD," jelasnya dalam rapat dengan Komisi XI di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Melemah Jadi Rp14.940 per Dolar AS 

Hal ini yang menyebabkan kondisi APBN 2018 dinilai tetap sehat di tengah kondisi pelemahan Rupiah. Dia menjelaskan, sampai dengan 31 Agustus 2018, pertumbuhan penerimaan negara mencapai 18,4%.

Hal ini terdiri dari kenaikan penerimaan perpajakan 16,5% lebih tinggi dari Agustus 2017 yang tumbuh 9,5%. Kemudian dari penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang tumbuh 24,3%, meningkat dari periode yang sama tahun lalu tumbuh 20,2%.

"Sehingga kami sampaikan APBN kita dalam situasi sekarang cukup baik. Belanja kita juga cukup baik akselerasinya juga 8,8% dibanding tahun lalu 5,6%," katanya.

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Melemah Jadi Rp14.940 per Dolar AS 

Secara keseluruhan, lanjutnya, per 31 Agustus 2018 primary balance atau keseimbangan primer surplus Rp11,5 triliun. Jauh membaik dibandingkan pada posisi Agustus 2017 keseimbangan primer defisit Rp84 triliun.

"Jadi perbaikannya melonjak jauh, lebih sangat nyata," ucap dia.

Dengan demikian, total defisit APBN hingga Agustus 2018 mencapai Rp150 triliun, lebih rendah jika dibandingkan defisit APBN pada periode yang sama di 2017 yang mencapai Rp220 triliun.

"Kami tetap menjaga fiskal dengan hati-hati karena dalam situasi yang tidak pasti ini kita butuh APBN untuk menjaga ekonomi, baik stabilitas maupun alokasi dan distribusi. Sehingga bisa digunakan dalam mengelola ekonomi yang sangat besar," pungkasnya.
https://economy.okezone.com/read/201...-rp4-7-triliun

---------------------------------


Para pekerja negara berkumpul di luar Kementerian Kehakiman selama protes terhadap PHK di distrik keuangan Buenos Aires, Argentina, 5 September 2018. Presiden Argentina Mauricio memutuskan untuk menaikan pajak ekspor sebagi langkah darurat atasi krisis, Macri berharap keputusan menaikan pajak ekspor didudukung oleh kalangan eksportir. Pasalnya saai ini kondisi ekonomi Argentina dalam kondiasi terpuruk. | REUTERS/Marcos Brindicci

Jangan anggap enteng yah?
Ini lihat berita terbaru, [url=https://akuraS E N S O Rekonomi/id-313297-read-masih-dilanda-krisis-argentina-lanjutkan-berunding-dengan-imf]ARGENTINA kolaps dan minta tolong IMF[/url] mirip RI tahun 1998 lalu!

emoticon-Malu
Diubah oleh annisa2019 10-09-2018 12:21
0
1.1K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan