- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Tiongkok akan Batalkan Kebijakan 2 Anak


TS
gilbertagung
Tiongkok akan Batalkan Kebijakan 2 Anak
Tiongkok akan Batalkan Kebijakan 2 Anak
28/08/2018, 14:10 WIB | Editor: Dyah Ratna Meta Novia

Tiongkok sebelumnya memberlakukan peraturan dua anak, warga Tiongkok diatur hanya boleh memiliki dua anak paling banyak (Population Growth)
JawaPos.com - Tiongkok sebelumnya memberlakukan peraturan dua anak, warga Tiongkok diatur hanya boleh memiliki dua anak paling banyak. Namun Tiongkok tampaknya siap membatalkan kebijakan dua anak tersebut.
Dengan adanya pembatalan tersebut, diperkirakan akan mengakhiri praktik aborsi dan sterilisasi di negara yang dikenal paling banyak penduduknya di dunia tersebut. Surat kabar Tiongkok mengutip rancangan undang-undang perdata yang akan merombak aturan keluarga berencana yang kontroversial dalam beberapa dekade tersebut, Senin (28/8).
The Procuratorate Daily mengatakan, rancangan itu dapat menghapus program keluarga berencana yang mengakibatkan para pasangan untuk membatasi diri tidak memiliki lebih dari dua anak.
Namun laporan tersebut tidak menunjukkan apakah kebijakan baru akan menaikkan atau mengizinkan memiliki dengan jumlah anak yang tidak terbatas. Rancangan undang-undang perdata yang sedang dibahas oleh Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional pekan ini direncanakan akan selesai pada 2020 mendatang.
Awalnya, Partai Komunis mulai memberlakukan kebijakan satu anak yang bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan penduduk. Namun kemudian kebijakan tersebut diubah, warga Tiongkok dapat memiliki dua anak pada 2016 lalu, saat itu Tiongkok berebut untuk meremajakan 1,4 miliar penduduknya.
Kekhawatiran tersebut kemudian meningkat, melihat kenyataan tenaga kerja yang semakin tua dan menyusut yang justru memperlambat ekonomi Tiongkok. Sementara adanya ketidakseimbangan gender dapat menyebabkan masalah sosial. Maka diberlakukanlah kebijakan dua anak untuk menambah sumber daya manusia.
"Cukup jelas bahwa pemerintah Tiongkok semakin waspada terhadap angka kelahiran yang rendah dan kegagalan untuk menghasilkan dorongan yang diharapkan dalam kelahiran dengan mengurangi kebijakan satu-anak," ungkap penulis Betraying Big Brother: The Feminist Awakening di Tiongkok, Leta Hong Fincher, seperti dilansir AFP.
(ce1/trz/JPC)
Sumber
28/08/2018, 14:10 WIB | Editor: Dyah Ratna Meta Novia

Tiongkok sebelumnya memberlakukan peraturan dua anak, warga Tiongkok diatur hanya boleh memiliki dua anak paling banyak (Population Growth)
JawaPos.com - Tiongkok sebelumnya memberlakukan peraturan dua anak, warga Tiongkok diatur hanya boleh memiliki dua anak paling banyak. Namun Tiongkok tampaknya siap membatalkan kebijakan dua anak tersebut.
Dengan adanya pembatalan tersebut, diperkirakan akan mengakhiri praktik aborsi dan sterilisasi di negara yang dikenal paling banyak penduduknya di dunia tersebut. Surat kabar Tiongkok mengutip rancangan undang-undang perdata yang akan merombak aturan keluarga berencana yang kontroversial dalam beberapa dekade tersebut, Senin (28/8).
The Procuratorate Daily mengatakan, rancangan itu dapat menghapus program keluarga berencana yang mengakibatkan para pasangan untuk membatasi diri tidak memiliki lebih dari dua anak.
Namun laporan tersebut tidak menunjukkan apakah kebijakan baru akan menaikkan atau mengizinkan memiliki dengan jumlah anak yang tidak terbatas. Rancangan undang-undang perdata yang sedang dibahas oleh Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional pekan ini direncanakan akan selesai pada 2020 mendatang.
Awalnya, Partai Komunis mulai memberlakukan kebijakan satu anak yang bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan penduduk. Namun kemudian kebijakan tersebut diubah, warga Tiongkok dapat memiliki dua anak pada 2016 lalu, saat itu Tiongkok berebut untuk meremajakan 1,4 miliar penduduknya.
Kekhawatiran tersebut kemudian meningkat, melihat kenyataan tenaga kerja yang semakin tua dan menyusut yang justru memperlambat ekonomi Tiongkok. Sementara adanya ketidakseimbangan gender dapat menyebabkan masalah sosial. Maka diberlakukanlah kebijakan dua anak untuk menambah sumber daya manusia.
"Cukup jelas bahwa pemerintah Tiongkok semakin waspada terhadap angka kelahiran yang rendah dan kegagalan untuk menghasilkan dorongan yang diharapkan dalam kelahiran dengan mengurangi kebijakan satu-anak," ungkap penulis Betraying Big Brother: The Feminist Awakening di Tiongkok, Leta Hong Fincher, seperti dilansir AFP.
(ce1/trz/JPC)
Sumber


anasabila memberi reputasi
1
1.5K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan