Indonesia nampaknya tak berdaya dengan permainan UEA yang hanya mengandalkan serangan balik namun sukses membuat sang pengadil lapangan dua kali menunjuk titik putih untuk pinalti.



Entahlah apa hal ini karena kurang adilnya si wasit atau memang dewi fortuna tidak menghampiri tim Indonesia. Tapi setidaknya progress timnas sepakbola Indonesia sudah menunjukkan kemajuan, lalu timbullah pertanyaan lanjutan ketika timnas sepakbola pun kalah dalam adu penalti dimana dua penendang tidak sanggup menyarangkan bola ke gawang.

Ada wacana dari ketua PSSI yang sibuk berpolitik ketika menjadi gubernur Sumatra Utara bahwa Luis Milla akan digantikan dengan pelatih lain, namun belakangan ini lebih melunak penggantian pelatih harus disepakati dalam rapat exco di PSSI. Tapi yang jelas sang pelatih ingin menenangkan diri dahulu ke tanah kelahirannya di Spanyol.



Ranah penggantian pelatih menjadikan isu yang membuat publik pecinta sepakbola berkomentar dari Presiden, Menpora hingga rakyat biasa masih menginginkan sang pelatih dengan bayaran yang fantastis itu terus melatih timnas Garuda muda, karena jelas terlihat fisik pemain tidak cepat lelah skema taktik dalam permainan pun terlihat lebih hidup dengan memainkan 2 sayap cepat dan striker haus gol di depan atau false 9 bila ada penggantian pemain.

Namun di tengah-tengah wacana #saveMilla ada saja yang ingin pelatih ini diganti karena tidak berhasil menorehkan prestasi di target semi final sebagai tujuan dari sang pelatih ini, tak hanya itu karena bayarannya yang terlalu tinggi dianggap hanya membuang dana yang bisa dimanfaatkan PSSI untuk mengelola fasilitas untuk timnas kedepannya seperti lapangan latihan khusus timnas, infrastruktur latihan seperti ruangan gym, kolam renang tertutup, ruangan medis dan penyembuhan cedera dan juga tempat tinggal para pemain yang dipanggil untuk membela negara.



Setidaknya ada satu tempat khusus yang di punya PSSI sebagai ujung tombak pemain yang ingin membela negaranya diberikan faslitas infrastruktur layaknya atlit profesional di eropa, jadi dibandingkan harus menyewa dan berpindah-pindah lokasi, satu lokasi namun di punya oleh PSSI sendiri nampaknya lebih penting daripada harus menggaji pelatih yang harganya bikin mata berbinar, toh pelatih lokal pun sebenarnya mampu memberikan hasil terbaik, namun terbatasnya fasilitas dan teknologi pelatihan lah yang menjadi kendala selama ini.

Terlebih lagi binaan para club fasilitasnya juga belum memadai, hingga para pemain pun tidak optimal mengeluarkan kemampuannya di lapangan hijau. Bagaimana pendapat juragan wajibkah ganti pelatih atau #saveMilla ? Monggo serupuut dolo



c4punk@2018

Referensi

http://www.pikiran-rakyat.com/olah-r...kir-dari-asian