- Beranda
- Komunitas
- Regional
- Kalimantan Barat
Dampak Tidak Bagus Kabut Asap


TS
lamberianto.
Dampak Tidak Bagus Kabut Asap
Quote:
Quote:

Quote:
PONTIANAK, KOMPAS.com- Jumlah titik api ( hotspot) di wilayah Kalimantan Barat kembali meningkat menjadi 887 titik.
Data itu berdasarkan pembaruan pemantauan titik panas (hotspot) dari satelit pengolahan data Lapan pada tanggal 22 Agustus 2018 mulai pukul 07.00 WIB hingga 23 Agustus 2018 pukul 07.00 WIB yang dirilis BMKG.Jumlah tersebut kemudian bertambah hingga pukul 09.30 WIB menjadi 914 hotspot. Bahkan, jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan pembaruan sehari sebelumnya, Rabu (22/8/2018) yang berjumlah 664 hotspot
.Data itu berdasarkan pembaruan pemantauan titik panas (hotspot) dari satelit pengolahan data Lapan pada tanggal 22 Agustus 2018 mulai pukul 07.00 WIB hingga 23 Agustus 2018 pukul 07.00 WIB yang dirilis BMKG.Jumlah tersebut kemudian bertambah hingga pukul 09.30 WIB menjadi 914 hotspot. Bahkan, jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan pembaruan sehari sebelumnya, Rabu (22/8/2018) yang berjumlah 664 hotspot
Quote:
Titik api tersebut tersebar di 14 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Barat, di antaranya Kabupaten Sambas 49 titik, Mempawah 22 titik, Sanggau 89 titik, Ketapang 288 titik, Sintang 44 titik, Kapuas Hulu 22 titik, Bengkayang 32 titik, Landak 45 titik, Sekadau 28 titik, Kayong Utara 68 titik, Melawi 22 titik, Kubu Raya 173 titik, dan Kota Pontianak 5
Berdasarkan pantauan, sejak Kamis (23/8/2018), kabut masih menyelimuti wilayah Kota Pontianak. Padahal, hujan sempat mengguyur sejumlah wilayah di Kalimantan Barat, termasuk Pontianak.
Berdasarkan pantauan, sejak Kamis (23/8/2018), kabut masih menyelimuti wilayah Kota Pontianak. Padahal, hujan sempat mengguyur sejumlah wilayah di Kalimantan Barat, termasuk Pontianak.
Quote:
Kabut asap merupakan bencana nasional yang hampir selalu dialami masyarakat Indonesia khususnya wilayah Sumatra dan Kalimantan. Setiap tahunnya kedua wilayah ini mengalami kondisi yang mengkhawatirkan akibat adanya kebarakaran hutan. Sayangnya, kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun tersebut disinyalir merupakan bencana yang diakibatkan kesengajaan manusia.
Quote:
Tidak hanya berbahaya bagi keaneka ragaman hayati yang ada di lingkungan hutan saja, kabut asap akibat kebakaran hutan juga dapat membahayakan kesehatan manusia. Berikut beberapa dampak kabut asap akibat kebakaran hutan ini :
Quote:
Quote:
Bahaya Kabut Asap Bagi Kesehatan Tubuh
Quote:
1. Gangguan Sistem Pernafasan
Konsentrasi asap yang tinggi di udara menyebabkan seseorang sulit bernafas. Saat seseorang menghirup udara, kemampuan kerja par-paru mengalami penurunan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk bernafas.
Kabut asap yang yang terhirup dan dan masuk ke dalam tubuh secara otomatis akan menyebabkan daya tubuh akan menurun. Kondisi ini akan semakin berbahaya bagi orang - orang yang sejak awal memang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Orang tersebut akan lebih rentan mengalami infeksi pada sistem pernafasannya. Dalam jangka pendek, kondisi tersebut bisa saja menyebabkan Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Bagi penderita asma, kabut asap ini juga dapat memperburuk bagi penderitanya. Seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit asma akan lebih rentan kambuh penyakitnya jika menghirup kabut asap ini.
2. Kerusakan Paru Paru
Selain menurunan kinerja paru paru, kabut asap juga dapat menyebabkan daya tahan paru-paru menurun. Jika udara yang sudah tercemar oleh kabut asap terhirup dalam jangka waktu yang lama, bukan tidak mungkin seseorang akan mengalami kondisi dimana paru-parunya mengalami rentan mengalami kerusakan. Dalam jangka panjang dan tergolong kronis, dapat menyebabkan pneumonia atau yang kita kenal dengan paru-paru basah.
Kabut asap ini juga dapat menyebabkan kanker paru-paru. Anda mungkin berpikir bahwa penyakit ini hanya disebabkan dari asap rokok saja. Nyatanya, kabut asap juga akan meningkatkan resiko berkembangnya sel kanker pada paru-paru. Kabut asap mengandung berbagai jenis partikel yang sifatnya kasrsinogenik. Jika terlalu banyak dihirup, partikel-partikel karsinogenik tersebut akan meningkatkan resiko perkembangan sel kanker di paru-paru. Resiko akan lebih meningkat lagi ketika sistem kekebalan tubuh berada dalam kondisi yang tidak baik.
3. Cepat Lelah
Saat kondisi pernafasan terganggu dan kinerja paru-paru menurun, secara otomatis tubuh seseorang akan merasa lebih cepat lelah ketika melakukan aktivitas. Kondisi tersebut terjadi karena pasokan oksigen dalam paru-paru berkurang. Alhasil, suplai oksigen ke seluruh tubuh juga menurun. Lebih buruk lagi, berbagai jenis gas dan juga partikel berbahaya justru akan memenuhi paru-paru.
4. Batuk dan Gangguan Tenggorokan
Akibat dari menghirup kabut asap ini akan menyebabkan kapasitas dahak mengalami peningkatan. Akibatnya, seseorang yang menghirup kabut asap akan mengalami gejala batuk. Daya tahan saluran pernafasan dalam mengatasi ataupun mencegah infeksi juga akan mengalami penurunan. Hal ini dapat mengakibatkan saluran pernafasan terutama bagian tenggorokan akan lebih mudah mengalami infeksi.
5. Berdampak Pada Kinerja Jantung
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit jantung akan sangat rentan mengalami komplikasi jika menghirup udara yang mengandung partikel asap yang terlalu banyak. Bahkan seseorang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantungpun juga rentan mengalami gangguan fungsi jantung jika terlalu lama menghirup kabut asap. Berbagai partikel yang ada di dalam kabut asap beresiko menginfiltrasi darah manusia. Akibatnya, kinerja jantung akan mengalami gangguan. Kondisi semacam itu sangat mungkin terjadi akibat partikel-partikel yang ada dalam kabut asap sangat kecil. BIasanya, partikel-partikel yang menyusun kabut asap memiliki diameter 10 mikrometer. Semakin kecil ukuran partikel penyusun kabut asap maka akan semakin besar resioko yang akan ditimbulkan.
6. Iritasi Mata
Kabut asap juga akan menyebabkan mata mengalami iritasi dan terasa perih. Kondisi tersebut akan menyebabkan mata menjadi merah. untuk itu, bagi anda yang sering melakukan aktivitas di luar rumah hendaknya selalu menggunakan kacamata untuk mencegah iritasi mata akibat kabut asap. Resiko untuk terjadinya iritasi mata juga akan meningkat ketika seseorang memang telah memiliki riwayat alergi terhadap kabut asap.
7. Memperburuk Penyakit Kronik
Bagi orang-orang yang telah memiliki riwayat penyakit kronik seperti kanker maka beresiko untuk memperburuk penyakitnya tersebut. Alasannya, kualias udara yang buruk akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, padahal seseorang yang telah menderita penyakit kronik pada dasarnya memang telah memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika kondisi tersebut terjadi, sudah pasti penyakit kronik yang diderita akan semakin buruk. Alasan lainnya, air dan juga sayuran serta buah-buahan sudah terkontaminasi dengan kabut asap. Jika tidak pintar pintar menjaga kebersihan, air ataupun makanan yang dikonsumsi justru akan menyebabkan kondisi tubuh memburuk.
Konsentrasi asap yang tinggi di udara menyebabkan seseorang sulit bernafas. Saat seseorang menghirup udara, kemampuan kerja par-paru mengalami penurunan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk bernafas.
Kabut asap yang yang terhirup dan dan masuk ke dalam tubuh secara otomatis akan menyebabkan daya tubuh akan menurun. Kondisi ini akan semakin berbahaya bagi orang - orang yang sejak awal memang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Orang tersebut akan lebih rentan mengalami infeksi pada sistem pernafasannya. Dalam jangka pendek, kondisi tersebut bisa saja menyebabkan Insfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Bagi penderita asma, kabut asap ini juga dapat memperburuk bagi penderitanya. Seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit asma akan lebih rentan kambuh penyakitnya jika menghirup kabut asap ini.
2. Kerusakan Paru Paru
Selain menurunan kinerja paru paru, kabut asap juga dapat menyebabkan daya tahan paru-paru menurun. Jika udara yang sudah tercemar oleh kabut asap terhirup dalam jangka waktu yang lama, bukan tidak mungkin seseorang akan mengalami kondisi dimana paru-parunya mengalami rentan mengalami kerusakan. Dalam jangka panjang dan tergolong kronis, dapat menyebabkan pneumonia atau yang kita kenal dengan paru-paru basah.
Kabut asap ini juga dapat menyebabkan kanker paru-paru. Anda mungkin berpikir bahwa penyakit ini hanya disebabkan dari asap rokok saja. Nyatanya, kabut asap juga akan meningkatkan resiko berkembangnya sel kanker pada paru-paru. Kabut asap mengandung berbagai jenis partikel yang sifatnya kasrsinogenik. Jika terlalu banyak dihirup, partikel-partikel karsinogenik tersebut akan meningkatkan resiko perkembangan sel kanker di paru-paru. Resiko akan lebih meningkat lagi ketika sistem kekebalan tubuh berada dalam kondisi yang tidak baik.
3. Cepat Lelah
Saat kondisi pernafasan terganggu dan kinerja paru-paru menurun, secara otomatis tubuh seseorang akan merasa lebih cepat lelah ketika melakukan aktivitas. Kondisi tersebut terjadi karena pasokan oksigen dalam paru-paru berkurang. Alhasil, suplai oksigen ke seluruh tubuh juga menurun. Lebih buruk lagi, berbagai jenis gas dan juga partikel berbahaya justru akan memenuhi paru-paru.
4. Batuk dan Gangguan Tenggorokan
Akibat dari menghirup kabut asap ini akan menyebabkan kapasitas dahak mengalami peningkatan. Akibatnya, seseorang yang menghirup kabut asap akan mengalami gejala batuk. Daya tahan saluran pernafasan dalam mengatasi ataupun mencegah infeksi juga akan mengalami penurunan. Hal ini dapat mengakibatkan saluran pernafasan terutama bagian tenggorokan akan lebih mudah mengalami infeksi.
5. Berdampak Pada Kinerja Jantung
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit jantung akan sangat rentan mengalami komplikasi jika menghirup udara yang mengandung partikel asap yang terlalu banyak. Bahkan seseorang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantungpun juga rentan mengalami gangguan fungsi jantung jika terlalu lama menghirup kabut asap. Berbagai partikel yang ada di dalam kabut asap beresiko menginfiltrasi darah manusia. Akibatnya, kinerja jantung akan mengalami gangguan. Kondisi semacam itu sangat mungkin terjadi akibat partikel-partikel yang ada dalam kabut asap sangat kecil. BIasanya, partikel-partikel yang menyusun kabut asap memiliki diameter 10 mikrometer. Semakin kecil ukuran partikel penyusun kabut asap maka akan semakin besar resioko yang akan ditimbulkan.
6. Iritasi Mata
Kabut asap juga akan menyebabkan mata mengalami iritasi dan terasa perih. Kondisi tersebut akan menyebabkan mata menjadi merah. untuk itu, bagi anda yang sering melakukan aktivitas di luar rumah hendaknya selalu menggunakan kacamata untuk mencegah iritasi mata akibat kabut asap. Resiko untuk terjadinya iritasi mata juga akan meningkat ketika seseorang memang telah memiliki riwayat alergi terhadap kabut asap.
7. Memperburuk Penyakit Kronik
Bagi orang-orang yang telah memiliki riwayat penyakit kronik seperti kanker maka beresiko untuk memperburuk penyakitnya tersebut. Alasannya, kualias udara yang buruk akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, padahal seseorang yang telah menderita penyakit kronik pada dasarnya memang telah memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Jika kondisi tersebut terjadi, sudah pasti penyakit kronik yang diderita akan semakin buruk. Alasan lainnya, air dan juga sayuran serta buah-buahan sudah terkontaminasi dengan kabut asap. Jika tidak pintar pintar menjaga kebersihan, air ataupun makanan yang dikonsumsi justru akan menyebabkan kondisi tubuh memburuk.
Quote:
Quote:

Quote:
Quote:
Dampak Kabut Asap Bagi Lingkungan
Quote:
1. Mematikan Pohon Lebih Dari 80%
Penelitian Prof. Dr. Tukirin, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menemukan hasil bahwa dampak kebakaran berat dapat mematikan hampir seluruh pepohonan penyusun hutan mencapai lebih dari 80%
Ekosistem hutan tropik pada dasarnya tidak bisa terbakar secara alami sekalipun pada daerah beriklim kering. Namun pengelolaan hutan yang kurang tepat menyebabkan menurunnya kelembapan udara dan bukaan kanopi hutan sehingga berakibat serasah dan material runtuhan di lantai hutan menjadi kering yang memicu kebakaran di areal hutan tropik di Indonesia.
2. Tidak ada pohon yang mampu bertahan pasca kebakaran di hutan rawa gambut
Hasil penelitian yang dilakukan Tukirin juga menyebutkan jika untuk hutan rawa gambut umumnya akan mati secara keseluruhan, tidak ada pohon yang mampu bertahan pasca kebakaran apalagi kebakaran berulang akan memusnahkan seluruh jenis primer.
Jenis tumbuhan yang muncul setelah kebakaran adalah jenis-jenis tumbuhan pionir dan sekunder seperti kelompok mahang (Macaranga spp.), anggrung (Vernonia arborea), tembalik angin (Croton sp.), dan tumbuhan paku rasam (Pteridium sp. dan Gleichenia sp.). Sedangkan pada habitat rawa gambut, pasca kebakaran hanya ditumbuhi oleh jenis paku-pakuan seperti Nephrolepis spp., Blechnum spp. dan Stenchlaena palustris. “Tidak ada tumbuhan berbunga yang mampu bertahan dan tumbuh setelah kebakaran,” ujar Tukirin.
3. Krisis air di daerah kebakaran hutan semakin nyata
]Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Dr. Herman Hidayat mengatakan jika kebakaran hutan bersumber dari lahan gambut yang seharusnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air.
Lahan gambut sebenarnya tidak boleh digunakan oleh pengusaha untuk budidaya kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Tapi kenyataannya peraturan itu tak digubris. Semakin berkurangnya lahan gambut pasti akan mengurangi daya serap dan ketersediaan air tanah.
4. Pencemaran udara akibat kebakaran hutan bisa sebabkan hipoksia
Kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan berkepanjangan itu bisa menyebabkan hipoksia. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan pada organ-organ tubuh. Di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan.
Ari Fahrial Syam, peneliti dari Universitas Indonesia menyebutkan jika kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan asap yang ada dan dampak penurunan kadar oksigen agar dampak pada masyarakat dapat diketahui dan diantisipasi.
Penelitian Prof. Dr. Tukirin, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menemukan hasil bahwa dampak kebakaran berat dapat mematikan hampir seluruh pepohonan penyusun hutan mencapai lebih dari 80%
Ekosistem hutan tropik pada dasarnya tidak bisa terbakar secara alami sekalipun pada daerah beriklim kering. Namun pengelolaan hutan yang kurang tepat menyebabkan menurunnya kelembapan udara dan bukaan kanopi hutan sehingga berakibat serasah dan material runtuhan di lantai hutan menjadi kering yang memicu kebakaran di areal hutan tropik di Indonesia.
2. Tidak ada pohon yang mampu bertahan pasca kebakaran di hutan rawa gambut
Hasil penelitian yang dilakukan Tukirin juga menyebutkan jika untuk hutan rawa gambut umumnya akan mati secara keseluruhan, tidak ada pohon yang mampu bertahan pasca kebakaran apalagi kebakaran berulang akan memusnahkan seluruh jenis primer.
Jenis tumbuhan yang muncul setelah kebakaran adalah jenis-jenis tumbuhan pionir dan sekunder seperti kelompok mahang (Macaranga spp.), anggrung (Vernonia arborea), tembalik angin (Croton sp.), dan tumbuhan paku rasam (Pteridium sp. dan Gleichenia sp.). Sedangkan pada habitat rawa gambut, pasca kebakaran hanya ditumbuhi oleh jenis paku-pakuan seperti Nephrolepis spp., Blechnum spp. dan Stenchlaena palustris. “Tidak ada tumbuhan berbunga yang mampu bertahan dan tumbuh setelah kebakaran,” ujar Tukirin.
3. Krisis air di daerah kebakaran hutan semakin nyata
]Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Dr. Herman Hidayat mengatakan jika kebakaran hutan bersumber dari lahan gambut yang seharusnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air.
Lahan gambut sebenarnya tidak boleh digunakan oleh pengusaha untuk budidaya kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Tapi kenyataannya peraturan itu tak digubris. Semakin berkurangnya lahan gambut pasti akan mengurangi daya serap dan ketersediaan air tanah.
4. Pencemaran udara akibat kebakaran hutan bisa sebabkan hipoksia
Kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan berkepanjangan itu bisa menyebabkan hipoksia. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan pada organ-organ tubuh. Di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan.
Ari Fahrial Syam, peneliti dari Universitas Indonesia menyebutkan jika kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan asap yang ada dan dampak penurunan kadar oksigen agar dampak pada masyarakat dapat diketahui dan diantisipasi.
Quote:
Quote:
Selain dampak terhadap kesahatan manusia dan dampak buruknya bagi lingkungan, kabut asap juga berdampak buruk bagi ekonomi yang tidak dapat dihitung. Hal ini dikarenakan aktivitas masyarakat yang terganggu. Pada sektor penerbangan misalnya, tidak jarang bandar udara yang berada di wilayah Sumatra dan Kalimantan ditutup dan tidak melakukan aktivitas penerbangan. Hal ini dapat dipastikan akan mengganggu aktivitas perekonomian.
Quote:
Quote:
Demikianlah beberapa dampak yang ditimbulkan akibat kabut asap ini. Dibutuhkan kesadaran kepada semua pihak dan tindakan nyata untuk menanggulangi kabut asap ini, demi kepentingan kita juga, Terimakasih.
Quote:
Diubah oleh lamberianto. 28-08-2018 15:57
0
2.6K
Kutip
74
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan