Kaskus

Story

rainyanaAvatar border
TS
rainyana
Blue Bird - Christina Perri (SongFic)
“ Masih betah ngejomblo Ni?” Suatu hari Maya lagi-lagi datang ke tempat kerjaku.
Aku memiliki sebuah coffe shop yang menyediakan beverage dan kue-kue kecil, selain itu coffe shop yang aku dirikan 3 tahun terakhir terbilang banyak peminatnya. Dengan menggunakan motto ‘Minum sambil Baca’, menjadikan coffe shop milikku ini menjadi temapt yang cocok untuk ngopi sambil baca. Jadi walau gak punya teman nongkrong, kita tetap bisa menikmati duduk-duduk santai sambil ditemani buku.
Ini sudah kesekian kalinya Maya datang. Malah setiap seminggu sekali dia datang ke tempatku kerjaku ini.

“ Lo kan tau gue sibuk kerja dan urus bisnis gue ini May… “ jawabku sambil sibuk menyaring kopi diatas sebuah gelas besar yang terbuat dari nikel.
“ Ah gue tau kok alasan sebenarnya” jawab Maya lagi sambil menatapku penuh curiga. Aku mengangkat bahu tak mengerti. Maya adalah sahabat baikku, dia memiliki pribadi yang ceria, lincah dan juga cantik. Kadang sesekali, aku sangat ingin mejadi dia, dia yang selalu hidup dengan senyuman diwajahnya, membuatnya dicintai banyak orang.
“ Gak usah berspekulasi macam-macam May… Gue kan emang mau fokus pada kerjaan gue. Lo inget kan cita-cita gue apa?” jawabku sambil memberikan kopi racikanku sendiri untuk disuguhkan pada Maya.
“ Punya Café Kopi khas Indonesia dan buka cabang di luar negri? Gue masih inget… cita-cita elo emang keren banget deh Ni…” sejenak dia menghentikan komentarnya, dia mencium aroma kopi buatanku sambil memejamkan mata.
“ Wangi….” Ucapnya… lalu menyicipi kopi tersebut.
“ Gimana rasanya?” Tanya ku. Dan selalu, dia akan menjawab dengan pujian-pujian andalannya yang bisa membuatku melambung tinggi. Maya sangat baik, aku sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya. Dia adalah satu-satunya orang yang mendukung ku untuk membatalkan pernikahanku dengan Erwin. Aku tidak pernah menceritakan pada siapa pun termasuk pada Maya, tidak ada yang tahu kenapa aku membatalkan pernikahan yang  sudah diujung mata waktu itu. Maya hanya mengatakan
“ Ni, Gue tau… elo punya alasan yang kuat dibalik keinginan lo ini. apa pun pilihan elo, semoga itu terbaik buat elo Ni… tapi gue tahu, lo masih sayang kan sama Erwin?"
Aku saat itu hanya bisa menangis dipelukan Maya. Aku tidak bisa menceritakan semuanya… tidak bisa. Yang pasti hatiku masih sakit jika mengingat tentangnya, tentang Erwin.
“ Ni, elo udah gak kontekan lagi gitu sama Erwin?” Tiba-tiba saja Maya membahas Erwin. Sudah 4 tahun dari kejadian itu, bahkan aku tak pernah mengetahui kabar Erwin bagaimana, dia ada dimana, dia sudah menikah apa belum, aku sungguh tidak tahu.
Honestly, pernah sih ketemu bebrapa kali but now I hadn’t seen him in quite
some time.”

“ Gak kangen?
“ Engga”
Begitulah selalu ujung-ujunganya percakapan kami. Maya selalu membawakan topik tentang Erwin. Kau tahu? Setiap malam saat aku hendak tidur, aku masih menyimpan album kenangan dengan Erwin… aku melihat bagaimana bahagaianya kami dan selalu air mata yang menjadi hasilnya. Terkadang aku berbohong pada diriku sendiri bahwa aku benar melupakan Erwin, namun pada akhirnya kebohongan itu selalu terjawab oleh air mata. Aku menangis mengingat Erwin.
Kau tahu rasanya ketika kau dibuai sebuah harapan yang tinggi tentang angan-angan hidup bahagia, tapi saat sejengkal kau akan sampai pada langkah itu, dia mengecewakanmu, dia membuatmu terluka. Apa kau pernah merasakan perasaan seperti itu? Dan parahnya orang-orang yang tak mengetahui kekecewaan mu dengan santainya bilang, bahwa aku yang salah. Semua itu berlalu sangat pahit.
Tak mudah aku melewati masa-masa itu, bahkan terasa menyiksa saat orang yang kau sayangi sekaligus menyakitimu masih tetap bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa.
How the hell does a broken heart, get back together when its torn apart? Teach itself to start beating again...”
Sore ini Maya datang lagi, kali ini dia sangat manis dengan balutan Cardigan warna stabilo biru. Rambutnya dikepang dua, dia terlihat seperti gadis yang masih SMA. Dia menunggu ku sedari tadi karena ketika dia datang, aku sedang sibuk menemani rekan bisnis ku yang berniat menanamkan modal agar cafeku lebih maju.
“ Ciee, kayaknya bisnisnya bakalan lebih okeh nih “ Goda Maya begitu aku duduk disampingnya. Dia sedang membaca Novel teentlit karya Jessica Agnes.
“ Doain gue ya...” Kataku sambil memegang kedua belah tangannya.
“ Tentu aja gue selalu doain elo Seruni... Sahabat gue yang paling keren” Pujinya dengan mata berbinar-binar.
“ Ah iya Ni, gue lihat postingannya si Erwin di Instagram tuh... dia lagi di Jepang yah kayaknya?” Lagi dan lagi Maya membahas tentang Erwin. Tapi kini aku sudah terbiasa dengan topik yang dibawakannya, bahkan secara tak sadar aku selalu menunggu bagian dimana Maya membawa kabar baru tentang Erwin.
“ Ah yaa? Gue ga tau May.. gue bahkan udah ga temenan di Facebook, di Path, bahkan di Instagramnya pun engga...”
“ Loh kok bisa? Katanya putus baik-baik kan?” Tanyanya penuh selidik. Aku mengambil sebutir kacang dipiring cemilan Maya dan mengunyahnya sambil sedikit terhanyut dengan pertanyaan Maya.
Putus baik-baik? Menurut ku itu bullshit terbesar dalam hidup ini.
“ Lo di unfriend ?” tanya Maya dengan hati-hati. Aku menjawab dengan sekali anggukan lalu berjalan  menuju tempat duduk Favoritku, tempat dimana aku biasa menyajikan kopi untuk para tamu.
“ Duh kok gue ikutan sakit ya dengernya Ni... Tapi setiap cewe yang putus dari dia bakalan hancur hatinya, gue yakin itu. Secara dia tuh good looking, terus smart... “
Maya memang benar, selalu akan ada yang patah hati kehilangan seorang seperti Erwin. Tapi, buatku kini perasaan itu sudah lama hilang. Luka yang dia berikan telah lebih dalam menghapuskan semuanya, makanya aku menyerah.
“ Dia pacarnya sekarang siapa Ni?” tanya Maya lagi membuyarakan pikiranku yang sempat membayangkan Erwin.
“ Gue gak tau May... elo kan ada sosmednya? Kenapa engga elo aja yang tanya langsung dia!” ungkapku dengan nada sedikit tinggi.
we weren’t even friend May... gue udah ga ada hubungan apa-apa sama dia, and you can have him May, trust me” Jawabku ngasal. Entah kenapa aku risih jika Maya sudah mengungkit tema percintaan Erwin, seperti ada sesuatu yang membuat jantungku bedebar tapi debarannya tidak mengenakkan.
“ Kok elu gitu sih Ni... kan Cuma pengen tau aja kabar kalian berdua, bagaimana hubungan kalian berdua saat ini. Tentunya sebagai sahabat elo, gua juga pengen tau gimana perasaan elo saat ini”
Aku hanya terdiam setelah mendengar penjelasan dari Maya. Memang seorang teman berhak mengetahui setiap cerita dari kawannya, tapi bagiku ada rule tertentu  rule tertentu yg harusnya secara tersirat dapat kami mengerti secara alami. Yang tidak menyakiti. Entah apa pun itu.

“ Seriusan May, You can have him if you want… dan gak susah kok cari dia” Jawabku lagi. Maya menatapku segan, tapi aku tahu dia ingin tahu di mana mantan pacarku itu berada.
“ Dia masih ada di dunia ini May... hahah... he not yet died May. Kan lagi ada di Jepang  lo bilang?” Tambahku pelan.
Percakapan sore itu, yang sedikit ada emosi dariku akhirnya berlalu seolah aku tak pernah marah.
Saat itu, kira-kira pukul 11 malam, ketika aku hendak tutup caffe dan sedikit mengecek peralatan apakah sudah benar-benar dalam keadaan off, aku melihat sosoknya di depan pintu.
Dia yanng dulu rambutnya selalu gondrong, hari ini berbeda. Rambutnya rapi dan terlihat lebih dewasa dari biasanya. Tangannya menenteng sebuah goodiebag bertuliskan huruf kanji.
“ Hai... do you still remember me?” sapanya. Erwin.
Deg...






doctorkelinciAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan doctorkelinci memberi reputasi
2
607
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan