- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
CERITA SEJARAH 17 AGUSTUS 1945 YANG HAMPIR TERLUPAKAN!


TS
wahyuargian
CERITA SEJARAH 17 AGUSTUS 1945 YANG HAMPIR TERLUPAKAN!
Siapa sih yang gatau tanggal Indonesia merdeka? Tentu aja semua orang di Indonesia tau itu. Ya benar 17 Agustus 1945, Merupakan hari dimana Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya ke segala penjuru. Tapi ada beberapa "Sejarah yang terabaikan" yang tidak semua orang tau. Simak hasil rangkuman ane tentang sejarah yang terabaikan sebelum dan sesudah kemerdekaan berikut:
1. Mencari Proklamator
Quote:
Setelah menjalani pengasingan selama 6 tahun usai PNI Pendidikan dibubarkan. Sjahrir dibebaskan oleh Jepang. Segeralah seorang yang bernama asli Sastra menemui Sjahrir yang ditempatkan di kompleks polisi Sukabumi bersama dengan Hatta. Mereka membuat rencana agar Hatta berpura-pura bekerjasama dengan Jepang untuk melindungi teman-temannya. Sastra dan Sjahrir juga membicarakan soal siapa yang akan menjadi proklamator kemerdekaan, hendaknya bukan Sjahrir. Sekalipun cukup dikenal dikalangan pergerakan, namun kirang dikenal pada kalangan masyarakat. Seokarno dan Hatta terkenal dikalangan masyarakat namun ada noda dimata masyarakat dan International akibat bekerjasama dengan Jepang.
Terpikirlah oleh mereka untuk menghubungi Tan Malaka, namun sangat sulit untuk dicari keberadaan Tan Malaka. Karena pada tanggal 1 Mei 1922 pemerintahan kolonial Belanda membuangnya ke Belanda. Sejak saat itu ia berkelana keberbagai negara. Pada tahun 1942 ia melarikan diri ke Indonesia, lalu pada tahun 1943 ia melarikan diri ke Bayah, Banten dengan nama samaran Ilyas Husein. Bukan Ibrahim.
Dengan bantuan Marta, seorang kepala stasiun di Menes, Pandeglang. Mereka berhasil menemukan Tan Malaka. Mereka bertanya kepada Tan Malaka "Apakah bersedia menjadi sang Proklamator?" Dijawab dengan segera dan spontant olehnya bahwa dia tidak siap. Jadi misi tersebut gagal. Sjaharir pun tidak menunjukan sama sekali keinginan untuk menjadi proklamator. Tan Malaka pun menolak jadi tidak ada pilihan lain bagi mereka selain Soekarno dan Hatta.
Pada 9 Agustus 1945, Tan Malaka melakukan rapat gelap dengan para pemuda untuk mengobarkan semangat kemerdekaan serta bangsa Indonesia bukan kolaborator. Setelah kekalahan Jepang sekutu hendak mengambil alih kekuasaan, namun bangsa Indonesia tidak mau kembali dalam penjajahan Belanda dan Proklamasi kemerdekaan harus terjadi. Kemerdekaan harus direbut dengan persatuan dan kekuatan. Kemudian dengan kaum pemuda sebagai barisan depan, dan seluruh rakyat harus berdiri dibelakang proklamasi itu. Sebagai rakyat Banten terutama pemuda telah siap untuk "merdeka" dan mereka bersumpah untuk mewujudkan proklamasi itu.
Ironisnya sebagai orang pertama yang menggagas konsep republik dalam bukunya Naar de Republic Indonesiayang ditulis pada tahun 1925. Tan Malaka sama sekali tidak terlibat dalam penyusunan dan tidak menghadiri pembacaan proklamasi. Padahal saat itu ia bolak balik Jakarta-Banten.
Terpikirlah oleh mereka untuk menghubungi Tan Malaka, namun sangat sulit untuk dicari keberadaan Tan Malaka. Karena pada tanggal 1 Mei 1922 pemerintahan kolonial Belanda membuangnya ke Belanda. Sejak saat itu ia berkelana keberbagai negara. Pada tahun 1942 ia melarikan diri ke Indonesia, lalu pada tahun 1943 ia melarikan diri ke Bayah, Banten dengan nama samaran Ilyas Husein. Bukan Ibrahim.
Dengan bantuan Marta, seorang kepala stasiun di Menes, Pandeglang. Mereka berhasil menemukan Tan Malaka. Mereka bertanya kepada Tan Malaka "Apakah bersedia menjadi sang Proklamator?" Dijawab dengan segera dan spontant olehnya bahwa dia tidak siap. Jadi misi tersebut gagal. Sjaharir pun tidak menunjukan sama sekali keinginan untuk menjadi proklamator. Tan Malaka pun menolak jadi tidak ada pilihan lain bagi mereka selain Soekarno dan Hatta.
Pada 9 Agustus 1945, Tan Malaka melakukan rapat gelap dengan para pemuda untuk mengobarkan semangat kemerdekaan serta bangsa Indonesia bukan kolaborator. Setelah kekalahan Jepang sekutu hendak mengambil alih kekuasaan, namun bangsa Indonesia tidak mau kembali dalam penjajahan Belanda dan Proklamasi kemerdekaan harus terjadi. Kemerdekaan harus direbut dengan persatuan dan kekuatan. Kemudian dengan kaum pemuda sebagai barisan depan, dan seluruh rakyat harus berdiri dibelakang proklamasi itu. Sebagai rakyat Banten terutama pemuda telah siap untuk "merdeka" dan mereka bersumpah untuk mewujudkan proklamasi itu.
Ironisnya sebagai orang pertama yang menggagas konsep republik dalam bukunya Naar de Republic Indonesiayang ditulis pada tahun 1925. Tan Malaka sama sekali tidak terlibat dalam penyusunan dan tidak menghadiri pembacaan proklamasi. Padahal saat itu ia bolak balik Jakarta-Banten.
2. Tanda Tangan Proklamasi Seperti Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
Quote:
Setelah penyusunan naskah proklamasi selesai, mereka masuk keruangan tengah dimana orang-orang terkemuka telah menunggu yaitu anggota PPKI, Pemimpin pemimpin pemuda, Beberapa pemimpin gerakan dan anggota Badan Pertimabangan Pusat. Seluruhnya kira-kira ada 40-50 orang. Soekarno langsung memulai membuka sidang informal persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan membacakan naskah proklamasi secara pelan-pelan dan berulang-ulang. Sesudah itu bertanya "Dapatkah ini saudara-saudara setuju?" Serentak berteriak "Setuju".
Setelah itu Hatta mengira tidak ada yang tidak setuju kemudian berkata "Baiklah, bagi semua yang hadir disini untuk menandatangani naskah proklamasi Indonesia merdeka sebagai suatu dokumen bersajarah ini. Penting bagi anak cucu kita untuk mengetahui siapa saja yang ikut memproklamasikan Indonesia merdeka. Ambilah contoh pada naskah proklamasi merdeka America Serikat dahulu. Semuanya yang memutuskan ikut menandatangani keputusan mereka bersama." Soekarno juga mengusulkan hal yang sama. Hatta juga meminta orang orang Indonesia lain yang telah membantu menyusun proklamasi untuk menandatanganinya juga, setelah menyepakati isinya yang singkat.

Sejenak suasana rapat diam. Sukarni maju dan bicara "Bukan kita semuanya yang hadir di sini harus menandatangani naskah itu. Cukuplah dua orang saja dengan mengatasnamakan rakyat Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta." Pernyataan itu disambut dengan tepuk tangan riuh dan muka berseri. Hatta pun merasa kecewa padahal ia ingin mereka semua menandatangani dokimen bersejarah itu agar bisa menjadi kebanggaan bagi anak dan cucu mereka dikemudian hari. Maka proklamasi diumumkan hanya dengan memuat nama Soekarno dan Hatta.
Setelah itu Hatta mengira tidak ada yang tidak setuju kemudian berkata "Baiklah, bagi semua yang hadir disini untuk menandatangani naskah proklamasi Indonesia merdeka sebagai suatu dokumen bersajarah ini. Penting bagi anak cucu kita untuk mengetahui siapa saja yang ikut memproklamasikan Indonesia merdeka. Ambilah contoh pada naskah proklamasi merdeka America Serikat dahulu. Semuanya yang memutuskan ikut menandatangani keputusan mereka bersama." Soekarno juga mengusulkan hal yang sama. Hatta juga meminta orang orang Indonesia lain yang telah membantu menyusun proklamasi untuk menandatanganinya juga, setelah menyepakati isinya yang singkat.

Sejenak suasana rapat diam. Sukarni maju dan bicara "Bukan kita semuanya yang hadir di sini harus menandatangani naskah itu. Cukuplah dua orang saja dengan mengatasnamakan rakyat Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta." Pernyataan itu disambut dengan tepuk tangan riuh dan muka berseri. Hatta pun merasa kecewa padahal ia ingin mereka semua menandatangani dokimen bersejarah itu agar bisa menjadi kebanggaan bagi anak dan cucu mereka dikemudian hari. Maka proklamasi diumumkan hanya dengan memuat nama Soekarno dan Hatta.
3. Mesin tik Nazi Jerman
Quote:
Setelah semua konsep naskah proklamasi disetujui, rumusan itu harus diketik terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada anggota PPKI dan lainnya yang berada diruang tengah. Terdapat beberapa perubahan dan coretan akibat perbedaan pendapat seperti "secermat-cermatnya" diganti dengan "seksama". Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah Proklamasi. Tapi naskah tersebut tidak bisa langsung diketik karena tidak ada mesin tik dirumah Maeda. Ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa terdapat mesin tik tapi dengan huruf kanji jadi sulit untuk digunakan.

Pembantu Maeda yang bernama Satzuki Mishimana pergi dengan mengendarai Jeep untuk ke kantor Jerman meminjam mesin tik. Lalu ia bertemu dengan Mayor Kandelar, Perwira Angkatan Laut Nazi Jerman, yang kemudian meminjamkan mesin tik itu. Mungkin dari agan agan ada yang bertanya-tanya kenapa bisa ada Nazi Jerman di Jakarta? Setelah Penyerahan Belanja ke Jepang di Kalijati, Subang, pada Maret 1942 sejumalah kapal selam Jerman bertebaran di perairan Indonesia. Tujuannya untuk membantu sekutunya, Jepang. Terutama untuk menembus blokade sekutu. Sebagian ada yang kembali untuk mengawal kapal yang berisikan bahan-bahan perkebunan untuk Industri perang Jerman di Eropa. Setelah Jerman kalah beberapa kapal selam yang masih berfungsi diberikan kepada tentara Angkatan Laut Jepang. Mesin tik itu kini terimpan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol, Jakarta.

Pembantu Maeda yang bernama Satzuki Mishimana pergi dengan mengendarai Jeep untuk ke kantor Jerman meminjam mesin tik. Lalu ia bertemu dengan Mayor Kandelar, Perwira Angkatan Laut Nazi Jerman, yang kemudian meminjamkan mesin tik itu. Mungkin dari agan agan ada yang bertanya-tanya kenapa bisa ada Nazi Jerman di Jakarta? Setelah Penyerahan Belanja ke Jepang di Kalijati, Subang, pada Maret 1942 sejumalah kapal selam Jerman bertebaran di perairan Indonesia. Tujuannya untuk membantu sekutunya, Jepang. Terutama untuk menembus blokade sekutu. Sebagian ada yang kembali untuk mengawal kapal yang berisikan bahan-bahan perkebunan untuk Industri perang Jerman di Eropa. Setelah Jerman kalah beberapa kapal selam yang masih berfungsi diberikan kepada tentara Angkatan Laut Jepang. Mesin tik itu kini terimpan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol, Jakarta.
4. Proklamasi Minta di-Ulang
Quote:
Sekitar pukul 19.00 Dr. Murwadi ketua Barisan Pelopor bentukan Jepang memerintahkan Sudiro ketua Barisan Pelopor Harian untuk mengerahkan sebanyak mungkin anggota Barisan Pelopor besok pagi jam 10.00 agar mereka hadi di Lapangan Ikada, Gambir untuk mendengarkan Proklamasi. Semalam suntuk Sudiro dengan beberapa orang menghubungi anggota-anggota Barisan Pelopor.
Tanggal 17 Agustus 1945 pagi, ia menemui S. Suhud yang bersama 3-4 orang Barisan Pelopor yang ditugaskan untuk menjaga Keluarga Soekarno di rumahnya di Pengangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sudiro memberitahukan hal yang sangat pentinf yang akan terjadi di Ikada jam 10 nanti. Dengan mengayuh sepedanya, Sudiro menuju Ikada namun, disana sudah banyak sekali tentara Jepang dengan senjata lengkap. Dia segera pergi menghubungi Muwardi dirumahnya. "Tidak jadi di Ikada, Mas" kata Muwardi. "Barisan-barisan supaya disuruh terus menuju kerumah Bung Karno".
Ketika pasukan barisan pelopor sudah mulai bergerak ke Ikada. Sudiro langsung memerintahkan beberapa anggotanya untuk menempelkan kertas pemberitahuan di pohon-pohon dekat Ikada bahwa proklamasi tidak jadi di Ikada tapi dirumah Bung Karno di Pengangsaan Timur No. 56. Sudiro segera kembali ke Pengangsaan Timur untuk memberitahu kepada Suhud akan dinyatakannya proklamasi dan diberi tugas untuk mengadakan persiapan-persiapan seperlunya seperti bendera Merah Putih, Membuat tiang bendera dan sebagainya. Sudiro sempat pulang untuk pamitan karena ia tidak mengajak istrinya. Dan resikonya pun besar. Setibanya di Pengangsaan Timur sudah banyak orang berkumpul.
Singkat cerita setelah pemabacaan teks proklamasi dan pengibaran bendera Merah Putih diikuti dengan lagu Indonesia Raya selesai dalam waktu kurang dari satu jam. Dengan basah kuyup pasukan B. Pelopor sekitar seratus orang yang di pimpin S. Brata memasuki halaman rumah Soekarno. Dengan rasa kecewa karena mereka terlambat datang. Meskipun pada jarak 500 meter terakhir mereka berlari.
Dengan suara lantang S. Brata meminta Soekarno untuk mengulang pembacaan proklamasi. Soekarno pun mengatakan bahwa proklamasi tidak dapat diulang dan hanya dibacakan sekali dan berlaku selamanya. Namun S. Brata masih belum merasa puas, ia meminta Bung Hatta memberi amanat singkat. Permintaan itu pun dipenuhi oleh Bung Hatta. Tidak lama setelah Bung Hatta pulang 3 orang pembesar Jepang pun datang yang diutus oleh Gunseikan untuk pergi ke Pengangsaan Timur No. 56 untuk melarang Seokarno mengucapkan proklamasi. Namun sayangnya proklamasi itu sudah di ucapkan oleh Soekarno.
Tanggal 17 Agustus 1945 pagi, ia menemui S. Suhud yang bersama 3-4 orang Barisan Pelopor yang ditugaskan untuk menjaga Keluarga Soekarno di rumahnya di Pengangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sudiro memberitahukan hal yang sangat pentinf yang akan terjadi di Ikada jam 10 nanti. Dengan mengayuh sepedanya, Sudiro menuju Ikada namun, disana sudah banyak sekali tentara Jepang dengan senjata lengkap. Dia segera pergi menghubungi Muwardi dirumahnya. "Tidak jadi di Ikada, Mas" kata Muwardi. "Barisan-barisan supaya disuruh terus menuju kerumah Bung Karno".
Ketika pasukan barisan pelopor sudah mulai bergerak ke Ikada. Sudiro langsung memerintahkan beberapa anggotanya untuk menempelkan kertas pemberitahuan di pohon-pohon dekat Ikada bahwa proklamasi tidak jadi di Ikada tapi dirumah Bung Karno di Pengangsaan Timur No. 56. Sudiro segera kembali ke Pengangsaan Timur untuk memberitahu kepada Suhud akan dinyatakannya proklamasi dan diberi tugas untuk mengadakan persiapan-persiapan seperlunya seperti bendera Merah Putih, Membuat tiang bendera dan sebagainya. Sudiro sempat pulang untuk pamitan karena ia tidak mengajak istrinya. Dan resikonya pun besar. Setibanya di Pengangsaan Timur sudah banyak orang berkumpul.
Singkat cerita setelah pemabacaan teks proklamasi dan pengibaran bendera Merah Putih diikuti dengan lagu Indonesia Raya selesai dalam waktu kurang dari satu jam. Dengan basah kuyup pasukan B. Pelopor sekitar seratus orang yang di pimpin S. Brata memasuki halaman rumah Soekarno. Dengan rasa kecewa karena mereka terlambat datang. Meskipun pada jarak 500 meter terakhir mereka berlari.
Dengan suara lantang S. Brata meminta Soekarno untuk mengulang pembacaan proklamasi. Soekarno pun mengatakan bahwa proklamasi tidak dapat diulang dan hanya dibacakan sekali dan berlaku selamanya. Namun S. Brata masih belum merasa puas, ia meminta Bung Hatta memberi amanat singkat. Permintaan itu pun dipenuhi oleh Bung Hatta. Tidak lama setelah Bung Hatta pulang 3 orang pembesar Jepang pun datang yang diutus oleh Gunseikan untuk pergi ke Pengangsaan Timur No. 56 untuk melarang Seokarno mengucapkan proklamasi. Namun sayangnya proklamasi itu sudah di ucapkan oleh Soekarno.

Sekian yang dapat ane sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf. Jangan sampai agan-agan diKaskus melupakan sejarah 

Spoiler for Sumber:
1. Mencari Proklamator
a. Sastra, "Makna Sjahrir untuk Sastra dan Sastra untuk Sjahrir" Page 81-91, dalam Rosihan Anwar, Mengenang Sjahrir (Jakarta: Gramedia, 1980).
b. Rudolf Mrazek, Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia, penerjemah Mochtar Pabotinggi, Matheos Nalle, S. Maimoen. (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1996).
c. Harry A. Poeze, Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia: Agustus 1945- Maret 1946, Penerjemah Hersri Setiawan (Jakarta: Yayasan obor Indonesia dan KITLV-Jakarta, 2008).
2. Tanda tangan proklamasi seperti Deklarasi Kemerdekaan Amerika serikat.
a. Mohammad Hatta, Untuk Negeriku jilid 3.
b. Toeti Kakiailatu, BM Diah Wartawan Serba Bisa, (Jakarta: Sinar Harapan, 1997).
c. Frances Gouda dan Thijs Brpcades Zaalbreg, Indonesia Merdeka Karena AS? Politik Luar Negeri AS dan Nasionalisme Indonesia, 1920-1949, Penerjemah Zia Anshor, (Jakarta: Serambi 2008)
d. Florence Lamoureux, Indonesia: A Global Studies Handbook, (Santa Barbara, California ABC-CLIO, 2003)
e. Muhammad Yamin, [I]Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia(Jakarta: Ghalia Indonesia, cetakan keenam, 1982)
3. Mesin Tik Nazi Jerman
a. Arief Priyadi, Wawancara dengan Sayuti Melik, (Jakarta: Yayasan Proklamasi dan Centre for Strategic and International Studies, 1986).
b. Majalah Historia, No. 4, Tahun I 2012.
c. Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya.
d. Toeti Kakiailatu, BM Diah Wartawan Serba Bisa, (Jakarta: Sinar Harapan, 1997).
4. Proklamasi Minta Diulang
a. Sudiro, Pengalaman Saya Sekitar 17 Agustus 1945, (Jakarta: CV Haji Masagung, cetakan kelima1994).
b. Mohammad Hatta, Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945
c. Asvi Warman Adam, "Kesaksian Bung Karno" dalam Bung Karno Penyambung Lodah Rakyat Indonesia. Edisi revisi 2007.
d. Mohammad Hatta, Untuk Negeriku Jilid 3.
e. Majalah Historia, Nomor 1 Tahun I, 2012.







swiitdebby dan 3 lainnya memberi reputasi
4
3.6K
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan