Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Bob.TorresAvatar border
TS
Bob.Torres
Politainment dalam Opening Asian Games 2018

Politainment dalam Opening Asian Games 2018

Rasanya memiliki kebanggaan sendiri setelah melihat pembukaan Asian Games 2018. Acara akbar tersebut seolah – olah menaikkan standar kualitas perhelatan akbar dalam lingkup internasional. Dengan rentetan pertunjukan yang disajikan sepertinya tidak akan ada satu orang pun yang tidak terpukau. Di sisi lain, bukan di Indonesia namanya jika setiap insiden terlepas dari kegaduhan politik. Hal yang dibahas bisa dari mana saja, misalnya dari aspek dana ataupun aksi dari pejabat publik.

Satu hal yang menarik perhatian saya adalah tampilnya Pak Jokowi dalam acara tersebut. Dikemas secara rapi melalui video dilanjut aksi secara langsung tepat di stadion. Beliau melakukan aksi yang keren menggunakan motor gede layaknya hipster masa kini. Belum lagi ditambah aksi akrobatik yang sepatutnya dilakukan oleh professional kecuali kalau memang Pak Jokowi sudah professional. Kegelian saya muncul ketika pasca acara tersebut, di media mainstream berseliweran mempersoalkan apakah beliau memakai stuntman atau tidak. Tapi ujung-ujungnya bermuatan sentimen politik. Hal remeh temeh seperti ini pun dijadikan isu politik.

Tren semacam ini sudah umum dalam era post-modern sekarang. Namun, hanya sedikit yang sadar akan fenomena ini. Sebagian yang lain cukup terpengaruh, tapi sayangnya mereka tidak sadar. Fenomena ini dapat disebut politainment. Singkatnya, politainment adalah pesan politik yang dikemas dengan entertainment. Sehingga, kalau banyak politisi oposisi yang mempermasalahkan apakah pakai stuntman atau tidak, itu berarti mereka memahami betul akan fenomena politainment. Hanya saja, mungkin mereka sudah terlanjur tersulut nafsunya. Akibatnya komentar mereka terlihat ocehan kosong yang tidak ada substansinya sama sekali. Sehingga, kalau dilihat dari segmen calon pemilih cerdas dari sisi tengah, akan cenderung merugikan oposisi. Kecuali kalau dari segmen fanatik oposisi, yang pasti seperti gonggongan anjing yang berfungsi untuk memanggil teman – temannya.

Bentuk pencitraan semacam ini sangat bias untuk dilihat jelas sebagai kampanye. Apalagi dilihat sebagai penyalahgunaan jabatan. Pertama, karena pertunjukan dari Pak Jokowi tersebut yaitu dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara. Kedua, karena dampak politik dari pertunjukan tersebut tidak memiliki wujud empiris, hanya muncul sebagai wacana politik dalam publi. Kalau disebut penyalahgunaan jabatan, bentuk wacana politik tentu saja sulit dibawa ke ranah hukum, paling mentok ya dibalas lagi dengan wacana politik.




1
757
8
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan