panglima.cendolAvatar border
TS
panglima.cendol
Lanjut Atau Bubaran Ya..
Lanjut atau gimana ya..


Langsung saja ya gan sis semua..
Gue dan calon ketika jadian serius buat rencanain nikah, kami jadian berkat bantuan seorang yg gue panggil Bude. Bude ne yg makcomblangi kami lah. 
Kedua orangtua kami kenal baik dengan Bude. Dan kedua ortu kami, sudah saling kenal lama. Jadi, bisa dibilang kami sudah kenal sejak masih SD, dan hanya sekedar kenal, tidak pernah dekat. Kedekatan kami mulai tahun kemarin dan jadian di awal tahun ne.

Awal jadian dia bilang, 
1. Nabung barengan buat nikah.
2. Jangan khawatir, kalau uang gue nggak cukup ntar pakai uang dia buat bantu nutupin biaya dan persiapan nikah.
3. Nyiapin semua barengan.
4. Tidak mau memberatkan gue.

Oke, kita sama2 kerja, tapi dibidang kerja yang beda. Gue di Quality Control sedangkan dia di Retail. Posisi atau jabatan, bisa dibilang dia 1 tingkat di atas gue. Soal gaji, gaji dia (mungkin) diatas gue (masalah ini sebenarnya gue nggak pernah tanya2 ya).

Gue nabung sebenarnya sejak lama. Gue main2 arisan gitu (kalau disini bilangnya main "tarik'an" atau "jula jula"). Dan karena saat itu gue merantau di luar propinsi, emak gue yang pegang. Dan setiap uang yg gue kasih ke emak gue (buat keperluan sehari2) itu nggak pernah dipakai emak gue, disimpan beliau buat gue nikah nanti katanya.

Lebaran, ortu calon udah tanya2 ke Bude kapan kiranya ortu gue mau melamar. Bude cuma bilang sabar aja, karena dia sendiri bakal ikut rombongan gue dan ortu gue buat melamar calon gue. Dan ketika bude bertanya, mau berapa di uang hantaran, ortunya jawab " berapalah sepantasnya, kami nggak mau mematok berapa (intinya nggak mau memberatkan).

Nah, rencana awal gue dan calon mau lamaran + hantaran 1 acara.
Untuk barang2nya sendiri ada tiga,
1. Barang hantaran yang dia cari/pesan sendiri dan belanja bareng emaknya (ini murni pakai uang dia ya)
2. Barang hantaran yang cari bareng gue (sepatu, tas n set makeup, ini pakai uang gue dan simpan di rumah dia.)
3. Barang hantaran yg emak gue belanja sendiri.
Untuk cincin lamaran sendiri ya, kita udah beli kemarin, pakai uang gue dan ada sedikit dia nambahin.

Awalnya ortu gue nggak setuju 1 acara karena mengira tabungan gue nggak cukup. Tapi setelah gue jelasin cukup berikut tabungan di rekening gue, hasil nabung dari gaji gue, ortu gue setuju 1 acara. Biar nggak bolak balik.

Gue bilang ke bapak dia, gue mau lamar dia. Gue ajukan opsi di tanggal 26S E N S O R8 ini atau 09S E N S O R9, bulan depan. Ortunya nggak masalah, mau kapan aja di buat. Tapi H-3 dari acara gue udah bilang buat persiapan mereka. Skip.

Kesalahan gue,
Gue : mau berapa ya untuk hantaran?
Calon : berapa ya.. Kurang tau
Gue : ada 25 ikat
Calon : mana cukup segitu.
Gue : lain set kamar n mahar
Calon : nggak cukup lah, coba hitung aja sendiri untuk resepsi berapa..
Gue : adanya segitu
Calon : ya kalau belum ada tabung aja dulu kenapa harus buru2
Gue : ya nggak buru2 juga
Calon : aku tu orangnya penuh persiapan, aku nggak mau buru2 dan kesannya apa yg ada dicukup2in. Kalau kamu mau gitu, cari aja perempuan lain..
Gue : dari kamu mau bantu berapa? ( gue bilang ke dia lebih halus dari ini)
Calon : ya aku beli beberapa barang hantaran, tu udah bantuin kamu.

Esoknya emak marah, beliau marah karena gue tanya "mau berapa". Emak ikhlas ngasih sekitar 20 ikat, lain set kamar, dan mahar. Tu udah besar banget disini.

Malamnya, kami ketemu dan kali ini gue bilang kesanggupan 20 ikat, lain set kamar dan mahar. Tapi gue diminta bilang langsung ke ortunya dan wajahnya terlihat raut agak kecewa gitu.

Minggu, kami beli cincin buat pinangan. karena suatu hal uang gue kurang dan pakai uang dia. Cincin ini gue simpan.

Minggu sore, emak cerita soal ini semua ke Bude. Dan Bude coba jadi penengah. Maksudnya jika acara nanti terlaksana, tidak ada acara tawar menawar uang hantaran disini. Emak juga cerita soal kesanggupan kami.

Sore itu juga, Bude nelpon bapaknya calon gue, bilang baiknya tanggal 26S E N S O R8 ini karena adik gue yg kuliah di luar kota mau ikut. Sekalian jelasin kesanggupan emak, 20 ikat, lain mahar dan set kamar.
Mereka (ortu calon) setuju soal tanggal acara, tapi soal kesanggupan kami, mereka mau berunding.

Dan hasil rundingan ternyata,
Mereka mau 30 ikat tunai dan nggak mau kurang sedikitpun, lain set kamar dan mahar., dan yang gue mampu cuma 20 ikat, lain mahar dan set kamar. Untuk uang akan dibawa saat lamaran, set kamar (lemari, meja rias, tempat tidur) diantar 3 minggu sebelum nikah, dan mahar saat nikah nanti.

Emak begitu dikabarin bude soal hasil rundingan mereka shock, Kaget. Bude juga kaget, karena awalnya mereka bilang nggak mau memberatkan kami. Tapi sekarang malah mematok dan tidak mau kurang. Emak juga nggak ikhlas kalau segitu.

Calon gue minta td malam ke rumah sekalian ada yg mau diomongin sama bapaknya, kalau tidak sempat telpon aja. Tapi belum sempat kesana pulang kerja, gue ditelpon sm emak langsung pulang ke rumah karena gue mau disidang. Gue milih pulang nggak jadi ketemu bapaknya calon gue. Dan akhirnya gue bicara sm emak empat mata perihal permintaan 30 ikat mereka dan pandangan orang tua gue soal calon gue yg intinya dia kurang ikhlas dan sedih gue dapet yg kayak gini. Karena pandangan emak gue, calon gue nggak mau hidup susah, matre, banyak gaya, sombong. Emak khawatir kalau dia nggak bakalan bisa nerima adik2 gue setelah kami nikah dan malah sayang gue ke adik2 gue pudar. Harapan emak gue cuma gue, anak laki2 satu2nya dari 3 bersaudara.

Emak udah shalat. Dia mimpi kami berantem rebutan slip gaji gue dan itu yg buat dia kepikiran kalau gue sama dia jadi nikah. Emak juga nyalahin gue nggak pikir panjang saat mau jadian dengan dia, karena emak awalnya berpikir kami cuma temen2an doank.

Bicara uang, uang segitu hampir 2 tahun lebih gue ngumpulinnya, dari sisa gaji gue tiap bulan. Dan gue emang ngumpulinnya buat modal nikah, karena gue ngerti nikah butuh biaya, gue juga ngerti nggak mungkin nikahi istri gue tanpa kasih apapun ke keluarganya. Tanpa buat resepsi sekedar kabari saudara atau kerabat. 
Bukannya pelit ya, atau perhitungan soal duit. Tapi ukuran 20 ikat di sini udah termasuk besar, karena 20 ikat tu cuma uang, tidak termasuk mahar dan set kamar. Kalau untuk resepsi juga disini udah cukup bagus lah, nggak bisa dibilang mewah, tapi juga nggak sederhana banget. Dan buat apa hambur2in banyak duit cuma buat resepsi biar prestise dan pamer doank. Kan bisa buat yang lain, karena kami udah rencanain begitu habis meriied mau ngontrak rumah sambil ngusahain KPR. Intinya bisa buat kehidupan setelah nikah.

Oh ya, kalau soal pendidikan, sama ya. Gue dan calon sama2 sarjana.

Yg mau gue tanyain
1. Setelah ini masih perlukah gue ke rumah calon gue untuk jelasin kesanggupan gue?

2. Jika ortu calon melunak, perlukah gue lanjut tapi satu sisi emak gue udah nggak suka sama calon gue?

3. Jika harus bubar. Soal barang hantaran berupa tas, sepatu, dan set makeup yg udah kita beli, gue ikhlas. Anggap gue kasih hadiah ke dia karena dia juga ada beliin gue hadiah. Tapi yg masalah soal tambahan uang waktu beli cincin, perlu itu gimana ya? Balikin atau gimana ya?

4. Jika harus bubar, gimana baiknya buat nyelesaikannya? Terlebih gue udah bilang serius buat melamar.

5. Masih perlu gue jelasin kesanggupan gue ke dia? Harus ketemu atau by phone?

Maaf ya gan sis kalau kepanjangan. Gue cuma numpang curhat dan minta masukkannya.

Terima kasih..


0
4.4K
46
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan